PRIORITAS, 29/11/24 (Washington): Ya, perang dagang jilid II tampaknya bakal diterapkan Donald Trump, setelah dirinya dilantik jadi Presiden AS.
Hal itu bakal ditandai dengan rencana kebijakan tarif pada masa kepemimpinan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump tersebut nantinya.
Tetapi sepertinya rencana ini bisa menjadi “senjata makan tuan”. Ini telah mengancam masyarakat di Negeri Paman Sam itu sendiri.
Sebab, di bawah ancaman tarif, tidak sedikit pedagang grosir AS memperingatkan, pelanggan akan membayar harga tinggi untuk kebijakan tersebut. Salah satunya Melquiades Flores berusia 58 tahun, pendiri M&M Tomatoes and Chile Company, pedagang grosir yang ia dirikan pada tahun 2019.
Dalam bisnisnya, ia mendapatkan sejumlah produk bahan pokok dari Meksiko. Mulai dari tomat dan cabai yang ditujukan untuk rumah, hotel, dan dapur restoran di seluruh kota.
“Orang-orang harus membayar harga yang lebih tinggi,” kata Flores di Pasar Grosir Hasil Bumi Los Angeles, seperti dikutip Reuters, Kamis (28/11/24) kemarin, sebagaimana dilansir hari Jumat (29/11/24) ini.
“Berapa pun yang mereka tetapkan kepada kami, akan kami teruskan kepada konsumen,” tambahnya.
Tidak punya pilihan
Namun, apa pun yang terjadi pada Januari, saat Trump dilantik, Flores mengatakan, ia tidak punya pilihan. Ia terus akan mengimpor hasil bumi dari Meksiko, terutama di musim dingin.
Sebab, musim tanam cabai di California berlangsung selama empat bulan, dari Agustus hingga November. Sisa tahun itu, ia memperoleh hasil bumi dari negara bagian Meksiko, yaitu Sinaloa, Baja California, dan Sonora.
“Setiap tarif adalah pajak tambahan yang berdampak pada kita semua, termasuk mereka yang membeli satu pon, dua pon, atau seribu atau 10.000 pon,” kata Flores, yang telah tinggal di Los Angeles selama 40 tahun dan berasal dari negara bagian Morelos, Meksiko.
“Presiden seharusnya melihat terlebih dahulu seberapa besar dampak ini terhadap semua orang sebelum berbicara,” tambahnya.
Diketahui, Trump sebelumnya telah berjanji untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada semua impor dari Meksiko dan Kanada saat ia menjabat pada tanggal 20 Januari 2025. Ini juga akan berlaku ke China, di mana bakal ada tarif tambahan baru sebesar 10 persen pada barang-barang Negeri Tirai Bambu.
Ya, Trump telah menyatakan kecintaannya pada tarif, mungkin untuk meningkatkan pendapatan dan melindungi industri AS dari impor. Tetapi ia menghindari berbicara tentang dampak inflasi atau dampak pembalasan potensial dari tiga mitra dagang utama AS.
Sekitar 400.000 lapangan kerja AS hilang
Secara terpisah, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menegaskan, Meksiko akan melakukan tindakan balasan jika Trump melanjutkan rencana penerapan tarif 25% secara menyeluruh. Dilansir Reuters, selain menaikkan harga, langkah ini diperkirakan dapat menghilangkan 400.000 lapangan kerja di AS.
“Jika ada tarif dari AS, Meksiko juga akan menaikkan tarifnya,” kata Sheinbaum dalam konferensi pers, menunjukkan kesiapan negaranya untuk menghadapi dampak kebijakan tersebut.
Sementara Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard, juga mengkritik kebijakan tarif tersebut. Ia menilai langkah itu kontraproduktif.
“Ini seperti menembak kaki sendiri,” ujarnya, seperti dilansir CNBCIndonesia.com.
Ditambahkan, langkah ini melanggar perjanjian perdagangan USMCA antara Meksiko, Kanada, dan AS. USMCA sendiri akan ditinjau kembali 2026 nanti.
Selanjutnya, kata Ebrard, tarif tersebut akan sangat berdampak pada industri otomotif, terutama produsen utama seperti Ford, General Motors, dan Stellantis. Perlu diketahui, sebanyak 88 persen truk pikap yang dijual di AS diproduksi di Meksiko.
Disebutnya, tarif baru ini dapat menaikkan harga kendaraan hingga US$3.000 per unit. Ini bia memukul konsumen di wilayah pedesaan AS yang mayoritas mendukung Trump.
“Kami bisa saja terpecah belah dengan tarif, tapi Meksiko ingin membangun wilayah yang lebih kuat,” ujar Marcelo Ebrard menekankan pentingnya integrasi regional. (P-jr)