26.2 C
Jakarta
Saturday, June 14, 2025

    Delegasi Rusia dengan sombong ancam rebut wilayah lain Ukraina

    Terkait

    PRIORITAS, 16/5/25 (Istanbul): Delegasi tingkat rendah Rusia, dinilai bersikap sombong karena mengutarakan ancaman untuk merebut daerah dua daerah lain yakni Kharkiv dan Sumy, jika Ukraina tak mau mundur dari empat wilayahnya yang sudah diduduki pasukan Rusia.

    Ancaman tersebut dikemukakan kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky,  saat bertemu dengan tim Ukraina yang dipimpin Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, dalam perundingan damai di Istanbul Turki hari Jumat 16 Mei 2025.

    “Rusia mengatakan bahwa mereka hanya akan menyetujui gencatan senjata, jika Ukraina menarik diri dari empat wilayah yang ‘dianeksasi’ Rusia. Moskow juga mengancam akan merebut dua wilayah lagi, Kharkiv dan Sumy,” kata sumber kepada Reporter The Economist, Oliver Carroll, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Kyiv Independent, hari Jumat malam (16/5/25).

    Selain itu,  Vladimir Medinsky juga secara angkuh mengatakan Rusia siap berperang sampai kapanpun di Ukraina.

    “Kami tidak menginginkan perang, tetapi kami siap bertempur selama satu, dua, tiga tahun – berapa pun lamanya. Kami bertempur dengan Swedia selama 21 tahun. Berapa lama Anda siap bertempur?”, ujarnya seperti mengejek.

    Meski begitu, delegasi Ukraina yang rata-rata berlatar belakang militer tidak terpancing. Mereka hanya tersenyum dengan ucapan Medinsky, yang dikenal hanya sebagai politisi murahan penjilat Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Tanpa gencatan senjata

    Akhirnya pertemuan tersebut tak ada kesepakatan untuk gencatan senjata.  Delegasi Ukraina akhirnya memutuskan pembicaraan gencatan senjata hanya akan dibahas antar kepala negara, Presiden Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Vladimir Putin.

    Sebuah sumber di Kantor Presiden Ukraina mengonfirmasi kepada Kyiv Independent,  delegasi Moskow bersikeras agar Ukraina mundur dari Oblast Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson.

    Namun delegasi Ukraina dengan tegas menolak, karena keempat wilayah itu adalah tanah milik Ukraina sendiri, yang coba dirampas dan diduduki militer Rusia.

    Rusia secara ilegal mendeklarasikan aneksasi keempat oblast tersebut, setelah melakukan referendum palsu pada akhir tahun 2022 lalu, dan memasukkannya ke dalam konstitusi Rusia.

    Hal itu adalah sebuah tindakan yang tidak memiliki bobot hukum secara internasional. Militer Ukraina hingga kini masih bertempur melawan Rusia di keempat wilayah tersebut.

    Pertukaran 1000 tahanan

    Hasil pembicraan kurang dari dua jam tersebut hanya memutuskan soal pertukaran tahanan masing-masing 1000 orang di kedua pihak Rusia dan Ukraina.

    “Rusia dan Ukraina hanya mencapai kesepakatan untuk pertukaran tawanan perang (POW) dengan basis 1.000 untuk 1.000”, kata Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov kepada wartawan.

    Setelah pembicaraan berakhir, Presiden Ukraina Zelensky dan beberapa pemimpin tinggi Eropa mengadakan panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Friedrich Merz, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, yang melakukan pertemuan di Warsawa, bergabung dengan Zelensky selama panggilan tersebut.

    Harus ada sanksi

    Menurut Zelensky, Ukraina siap mengambil langkah secepat mungkin untuk perdamaian sejati, dan penting bagi dunia untuk memegang posisi yang kuat.

    “Jika Rusia menolak penghentian penuh dan tanpa syarat atas penembakan dan pembunuhan, harus ada sanksi yang kuat. Tekanan terhadap Rusia harus dipertahankan hingga Rusia siap mengakhiri perang”, ,” tulis Zelensky di Telegram.

    Perdana Menteri Polandia menggemakan kecaman atas keengganan Rusia untuk menghentikan pertempuran.

    “Rusia di Istanbul secara de facto telah menghentikan negosiasi dan menolak gencatan senjata,” tulis Tusk di X. “Saatnya meningkatkan tekanan”, tambahnya. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini