Banjir terjadi di Tolitoli, Sulteng, Minggu (26/10/25) menggenangi permukiman warga hingga atap rumah akibat curah hujan deras dan meluapnya sungai Lembe. (Ist.)PRIORITAS, 28/10/25 (Tolitoli, Sulteng): Dari sebuah catatan kecil di akun FB “Bukan Toliitoli Bicara Part Two”, Ekky Rasyid SH, seorang lawyer berpengalaman di Tolitoli, Sulawesi Tengah, menyoroti masalah banjir yang sering terjadi di daerahnya itu.
“Hidup Harmonis Dengan Banjir?” Itu judul dari catatan ini yang cukup menarik untuk disimak melihat akhir-akhir ini setiap curah hujan tiba, Kota Tolitoli dilanda banjir bandang yang menggenangi rumah penduduk dan juga fasilitas umum, serta infrastruktur jalan. Hal itu dianggap cukup meresahkan warga.
Catatan kecil Ekky Rasyid itu mengajak untuk melihat masalah banjir ketika Tolitoli diguyur hujan sehari penuh Kota Tolitoli pada Minggu (26/10/25) yang membuat Tolitoli kembali dilanda banjir.
Nyaris seluruh bagian kota tergenang air. Gambar video (iriman warga) viral di media sosial menunjukkan jalanan dalam kota penghasil cengkeh terbesar di Sulteng ini bisa dipakai untuk berenang. Ada beberapa tempat tertentu diterpa banjir bahkan setinggi atap rumah warga.
“Terlihat air banjir meluapnya DAS (Daerah Aliran Sungai) sungai Tuweley Kecamatan Baolan merupakan sungai utama yang membelah kota, meluap cukup deras mengenangi sejumlah infrastruktur ruas jalan bahkan permukiman penduduk di sekitar bantaran sungai ini,” tulis Ekky Rasyid dalam catatan yang dilansir Beritaprioritas Selasa 28/10/25.
“DAS di wilayah ini tidak lagi mampu menampung debit volume air. Saya melihat medsos ada teman alumni PU, post katanya ‘banjir 10 tahunan’. Ada juga teman yang posting video sebuah kawasan pertokoan bernama Malosong ikut jebol,” tambah Ekky.
Kejadian berulang kali
Sebagai warga kota Tolitoli, kata Ekky Rasyid, tentu kejadian yang berulang kali ini sangat memprihatinkan. Apalagi banjir di Tolitoli terjadi sepanjang tahun, dan itu terus terjadi jika hujan dalam intensitas sedang. “Apalgi jika curah hujan deras turun mengguyur kota ini. Timbul pertanyaanj melihat peritiwa banjir terjadi setiap tahun namun tidak terlihat ada perhatian dari pengambil kebijakan bisa meminimalisir banjir dari derap hidup warga kota setiap saat hujan turun,” ungkap Ekky Rasyid.
Ia menulis, hujan intensitas ringan, sedang dan berat, sudah terjadi di masa tahun 1970-an 1980-an tapi dampak tidak seperti sekarang. Dulu, katanya, sekeras apapun hujan, DAS Tuweley tidak akan meluap. Sederas apapun curah hujan, warga tidak akan berperahu dan berenang di jalan raya, dan sederas apapun hujan pertokoan Malosong yang nota bene jarak hanya kurang lebih 100 meter dari pantai laut tidak akan terjadi banjir.
Dalam tulisannya, Ekky mengungkapkan, begitupun melihat kawasan permukiman Lembah yang dulunya juga tidak terjadi banjir. Tapi sekarang dampak hujan kenapa bisa separah ini? Kota Tolitoli dapat disebut “Kota Teluk”, karena jarak pusat kota dengan pantai relatif dekat kurang lebih 1 Km. Elevasi jika kita bediri di perempatan ruas jalan sekitar Kantor BNI Cabang Tolitoli, perempatan Jalan Hasanudin, jalan Moh. Hatta dan melihat ke arah timur, tampak jelas permukaan tanah meninggi ke arah Tuweley.
Artinya, kata Ekky Rasyid, jika curah hujan turun air akan lancar menuju pantai. Tapi ternyata daerah permukiman dan pertokoan Malosong masih berdampak terjadi banjir, bahkan jalan sekitar Pasar Susumbolan pernah tergenang.
Grup Diskusi
“Beberapa minggu yang lalu saya melihat medsos ada kegiatan Badan Bencana membuka grup diskusi dengan nara sumber ahli dari Untad (Universitas Tadulako, Red.) soal banjir kota Tolitoli. Semoga saja para ahli itu dapat membuat desain teknis yang dapat mengatasi atau meminimalisir banjir Tolitoli,” ujar Ekky Rasyid.
Dia berharap jangan sampai kegiatan grup diskusi itu hanyalah soal kegiatan semata melaksanakan item terkait anggaran APBD semata. “Pendapat saya sudah saatnya Bapak Bupati Tolitoli membuka forum untuk mendengar pendapat warga kota tentang bagaimana merumuskan arah kebijakan untuk meminimalisir banjir,” ujar pengacara ini
Ekky menyimak, seperti kata om Kudi (Robby Wiyogo, pengusaha di Tolitoli), “Masalah banjir di Tolitoli ini salah satu penyebab ada di saluran drainase yang mestinya dibuat beberapa kanal lurus ke laut jangan lagi diarah ke DAS Sungai Tuweley”.
“Forum diskusi itu sebaiknya jangan yang terlihat hanya segelintir pihak, seperti dari Aparat Sipil Negara (ASN). Tetapi lebih luas terkait banjir. Sebab dibutuhkan partisipasi warga dan saatnya mesti dimaksimalkan apalagi di tengah tema visi misi besar gotong royong,” ujar Ekky Rasyid dalam kapasitas sebagai pemerhati kebijakan hukum dan sosial.
Menurutnya, jika tidak dari sekarang berpikir dan bertindak lebih strategis atasi banjir Tolitoli, kapan lagi? “Sudah dapat dipastikan sebagai warga penduduk Tolitoli kita mesti bersiap hidup harmonis dengan banjir setiap tahun atau bisa jadi tiap semester. Karena rentang waktu ketika hujan turun walau tinggal rintik. Seperti alunan lagu jadul CCR (Creedence Clearwater Revival, Red.) ‘Have You Ever Seen the Rain’ sedikit menghentak dan memberi support,” tambahnya.
Sesuai catatan yang diperoleh Beritaprioritas banjir sering melanda Tolitoli akibat intensitas curah hujan yang tinggi dan deras. Itu mengakibatkan Sungai Lembe meluap dan ditambah luapan drainase yang ada di seputaran Kelurahan Baru, Kelurahan Tuweley, Kelurahan Panasakan, sehingga terjadi banjir yang berdampak pada pemukiman warga dan fasilitas umum.
Mengutip Detik Sulsel, pernyataan Kepala Pelaksana BPBD Sulteng, Akris Fattah Yunus, terkait banjir bandang di Tolitoli Minggu (26/10/25), menyebut banjir terjadi di Tolitoli kondisi ketinggian air di Jalan Anoa, Kelurahan Tuweley, mencapai atap rumah warga.
Banjir terjadi di tiga kelurahan di Kecamatan Baolan pada Minggu (26/10/25) sekitar pukul 16.00 Wita. Tiga kelurahan yang terdampak banjir yakni Tuweley, Baru, dan Panasakan. “Curah hujan tinggi menyebabkan sungai dan drainase meluap hingga air masuk ke rumah warga,” kata Akris. (P-*/Elkana Lengkong)
Banjir terjadi di Tolitoli Sulteng Minggu (26/10/25) menggenangi permukiman warga hingga atap rumah akibat curah hujan deras meluapnya sungai Lembe.(Ist)
No Comments