PRIORITAS, 25/1/25 (Bukittinggi): Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data terbaru, sekitar 24 persen anak Balita Indonesia mengalami stunting, angka jauh di atas standar WHO, di mana seharusnya tidak lebih dari 20 persen.
Stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan anak dalam jangka pendek, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan fisik dan kognitif mereka serta produktivitas masa depan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) sekaligus Wakil Kepala BKKBN, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka saat melakukan kunjungan kerja ke Sumatera Barat (Sumbar) menyempatkan memonitor langsung perkembangan stunting di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi, Sabtu (25/1/25).
Wamendukbangga didampingi Kepala BKKBN Sumbar, Mardalena Wati Yulia mengunjungi beberapa titik keluarga berisiko stunting dan pelayanan keluarga berencana di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi.
“Kami lakukan pemantauan maksimal terkait program gerakan orang tua asuh cegah stunting (genting) dan melakukan penyerahan alat bantuan kesehatan sesuai Asta Cita keempat, pembangunan sumber daya manusia unggul generasi Indonesia Emas 2045,” katanya.
Akselerasi penurunan stunting
Dia mengungkapkan, restrukturisasi yang dilakukan kementerian pusat diharapkan mengakselerasi program untuk memastikan percepatan penurunan stunting. “Kita melibatkan peran serta masyarakat, kemudian perusahaan-perusahaan BUMN agar dapat sama-sama berusaha untuk mewujudkan Indonesia Emas,” katanya.
Dia mengatakan, di Bukittinggi sesuai data BKKBN terpantau beberapa bayi lima tahun (balita) dengan berat badan terlalu ringan tidak sesuai dengan usianya. “Ada Balita yang usianya sudah 16 bulan, tapi beratnya masih 7,7 kilogram. Tim pendamping keluarga akan memantau setiap hari makanannya, gizinya, karena perlu penanganan lebih lanjut,” sebutnya.
Selain itu, juga ditemukan Balita berumur 18 bulan dengan berat delapan kilogram dan bertempat tinggal persis berada di lokasi rumah potong hewan (RPH) Bukittinggi.
Kepala BKKBN Sumbar, Mardalena Wati Yulia menegaskan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) telah menyusun lima program percepatan (Quick Win) untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia.
Selain genting, juga pembangunan superApps layanan keluarga, yaitu sebuah aplikasi yang menyediakan layanan informasi dan konsultasi keluarga secara online.
“Kemudian, pengembangan sistem layanan dan pendampingan warga yang merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai platform layanan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk,” katanya.
Selanjutnya, peningkatan kualitas hidup keluarga yang menjadi sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga melalui berbagai intervensi.
Selain itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkualitas, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM penduduk Indonesia. “Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia dan mencapai tujuan pembangunan keluarga yang sejahtera dan berkualitas,” katanya. (P-bwl)