Dokter memeriksa kadar gula darah pasien menggunakan glucometer sebagai bagian dari deteksi dini dan pengelolaan diabetes tipe dua. (iStockphoto)PRIORITAS, 17/11/25 (Jakarta): Banyak orang baru sadar tubuhnya bermasalah setelah gejala diabetes mulai muncul. Masalahnya, penyakit ini tidak suka membuat ribut di awal. Diam-diam berjalan, lalu mendadak bikin tubuh protes lewat tanda yang kadang terlihat sepele—misalnya gatal yang kita kira cuma efek sabun.
Gejala sebenarnya baru terasa ketika gula darah sudah kelewatan batas. Pada fase ini, tubuh mulai menampilkan alarm: cepat haus, lapar terus, buang air kecil berkali-kali, sampai kulit mendadak gatal. Jika dibiarkan, keluhannya naik ke level berikutnya.
Kondisi lanjutan jauh lebih tidak menyenangkan. Kaki bisa sering kesemutan, laki-laki mengalami gangguan ereksi, dan risiko serangan jantung ikut meningkat. Semua ini muncul karena masalah metabolik sudah berlangsung lama tanpa terdeteksi.
“Makanya kita perlu edukasi, supaya jangan nunggu gejala. Jadi lakukan deteksi dini. Masalahnya, kalau dia gulanya nggak terlalu tinggi, kan nggak terlalu banyak keluhan,” ujar dr Dicky Lavenus Tahapary dalam sebuah acara di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
“Termasuk gatal-gatal tadi di kulit itu bisa. Cuma nggak terlalu khas untuk diabetes, tapi bisa. Kadang luka susah sembuh di kaki, tapi lagi-lagi, munculnya kalau gula (darah) sudah cukup tinggi,” lanjutnya.
Pada perempuan, gejalanya bisa lebih kompleks: haid tidak teratur, muncul PCOS, hingga kesulitan hamil. Semua ini menggambarkan sistem metabolik yang sudah tidak stabil.
“Makanya penginnya deteksi dini dengan cek gula darah, karena memang belum bisa ketahuan kalau nggak dicek gulanya darahnya. Kalau mau lebih awal lagi cek insulinnya juga, cuma kan masih mahal ya, belum bisa jadi kebijakan,” kata dr Dicky.
Intinya sederhana, lebih baik tahu lebih cepat daripada baru sadar ketika kondisinya sudah berat. (P-Khalied M)
Related posts
Terdaftar di Dewan Pers
Trending Minggu Ini
No Comments