PRIORITAS, 15/10/24 (Sentul): Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PIKI yang digelar di Hotel Bonjour Village By Villapedia, Sentul, Bogor, dengan tema “Tegakkanlah Keadilan” (Amos 5 : 15b), AD CARITAS ET VERITAS (dalam kasih dan kebenaran), dihadiri perwakilan Lembaga – lembaga Intelegensia Keutaman lintas agama.
Di antaranya, Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia (ICHI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Keluarga Cendikiawan Buddhis Indonesia (KCBI) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) serta Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Tentu juga dihadiri pengurus – pengurus Daerah PIKI se Indonesia, tepatnya 34 pengurus Provinsi dari 38 Provinsi yang ada di Indonesia. Setiap provinsi diwakilkan oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara (KSB).
Hadir dalam Rakernas II PIKI ini, Prof. Dr. H. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum., yang telah memberikan dirinya untuk bangsa dan negara. Itu dapat dilihat dalam perjuangannya sejak berada di DPR – RI, menjadi Ketua Fraksi PKB, periode 1999 – 2004.
Kehadiran Prof. Dr. H. Ali Masykur Musa, M.Si., M.Hum., yang akrab disapa Cak Ali, sangat diterima oleh keluarga besar PIKI dan lembaga cendekiawan lintas agama yang hadir. Itu nampak pada banyak yang ingin mengabadikan foto bersamanya.
Saat berbicara di depan peserta Rakernas II PIKI, Cak Ali, menyapa semua yang hadir dengan sebutan sahabat. “Sahabat – sahabat sekalian, saya tidak menyebut Bapak atau Ibu, biar tidak ada jarak di antara kita, karena memang semuanya adalah sahabat saya. Sahabat itu 1000 pun kurang, sahabat itu di mana saja kita akan selalu merasa ada perasaan yang sama,”katanya dan mendapatkan applause dari semua yang hadir.
Cak Ali berkata, semua warga negara tidak memiliki perbedaan di dalam konteks bernegara. Alasannya, setiap warga negara Indonesia, diikat oleh yang namanya sikap kebangsaan dan terbingkai dalam Pancasila.
“Saya sangat ingat apa yang disampaikan oleh Gus Dur, guru kita semua. Ketika seseorang berbuat sesuatu, tidak boleh ditanya agamanya. Kenapa? Karena memang setiap manusia diperintahkan oleh agama untuk saling tolong menolong,”katanya.
Setiap orang yang beragama, semestinya urai Cak Ali, harus menjunjung tinggi kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai kebersamaan. “Saya tertarik dengan tema, ‘menegakkan keadilan’ yang tertulis, Kitab Amos, 5:15. Memang orang yang menegakkan keadilan, adalah orang yang dekat dengan Tuhan. Karena itu seseorang yang mendapatkan kepercayaan pengambil kebijakan maka prinsipnya, semestinya keadilan. Dan, keadilan harus ditegakkan, meskipun resikonya besok kiamat,”.
Cak Ali, memuji lembaga – lembaga cendekiawan lintas agama. Pasalnya keberadaan cendekiawan – cendekiawan telah mempraktikkan apa yang diperintahkan agama yaitu diciptakannya manusia untuk saling mengenal dan saling menolong.
“Saya meyakini bahwa diciptakannya manusia untuk saling mengenal, saling mencintai dan saling menolong. Itu sebabnya PIKI dan lembaga cendekiawan yang ada bukan hanya mempraktikkan tetapi juga terus berusaha adanya kesatuan untuk Indonesia tetap damai. Indonesia tanpa persatuan maka sulit akan ada damai. Persatuan adalah keharusan dalam berbangsa. Persatuan adalah kedaulatan kita sebagai bangsa. Dan kedaulatan, stabilitas perdamaian kuncinya satu, mana kalah kita menjunjung tinggi kemanusiaan. Dan kemanusiaan tidak mempertanyakan, tidak membedakan siapa kita, apa agama kita, melainkan satu kata yaitu kita adalah Indonesia,”.
Cak Ali, mempertegas bahwa hidup adalah untuk berbuat, hidup adalah berbagi dan hidup bukan untuk diri sendiri. “Kita tidak ada perbedaan, kita adalah sama manusia yang harus saling mengenal, saling mencintai dan saling menolong,” tutupnya dengan mengucapkan selamat menyelenggarakan Rakernas II. Sukses selalu membawa pikiran – pikiran yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah.
Setelah turun dari panggung, Cak Ali, tidak serta merta langsung kembali. Cak Ali benar – benar membuktikan apa yang disampaikannya yaitu sahabat dan saling mencintai serta saling menolong.
Cak Ali, bahkan ikut mendengarkan apa yang disampaikan oleh Ketua Dewan Pembina PIKI, Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D, “Prof Ali (Cak Ali) ini orang yang konsisten, berintegritas dan pemikir di NU, tentu Gus Durian. Kita harapkan PKB tidak terpisahkan antara Gus Durian dan Cak’imin,”.
Cak Ali bahkan ketika , Prof. Yasonna Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D, selesai dan lagsung meninggalkan tempat, ia tetap terus berada di Rakernas II PIKI, dan berbincang – bincang—tampak hubungan yang begitu akrab dengan berbagai lembaga cendekiawan lintas agama. (P-bwl)