PRIORITAS, 9/4/24 (Buktitinggi): Makan di Restoran Padang, rasanya belum lengkap kalau tidak menyantap ayam pop. Jenis lauk yang satu ini memang tidak selalu tersedia di semua restoran Padang seperti halnya ayam gulai atau rendang karena memerlukan cara khusus memasaknya.
Kendati demikian, hidangan ayam pop sudah masyhur di tanah air, khususnya di kota-kota besar. Tapi tahukah Anda asal-muasal ayam pop? Dan bagaimana rasanya menyantap ayam pop langsung di restoran yang disebut-sebut melahirkan menu ini.
Mengutip laporan Tim CNNIndonesia.com Senin 8/4/2024 dalam perjalanan Jelajah Jalur Sumatera, kita akan tahu jawabannya.
Ayam pop disebut lahir di rumah makan bernama Family Benteng Indah yang terdapat di Bukittinggi, Sumatera Barat. Lokasi restoran legendaris itu berada tepat di sebelah objek wisata Benteng Fort de Kock. Rumah makan ini sudah ada sejak tahun 1947, namun baru pindah ke sebelah Benteng Fort de Kock pada tahun 1950-an.
Ganysa, cucu dari Sutan Mangkuto, pemilik pertama rumah makan Family Benteng Indah, bercerita bagaimana proses terciptanya ayam pop pertama kali. Menurut dia, awalnya menu rumah makan ini hanya ayam goreng yang biasanya digoreng garing. “Jadi waktu itu, restoran lagi ramai banget yang beli, lalu ada salah satu tamu atau pelanggan yang menunggu bilang ke kakek untuk mencoba ayam digoreng sebentar saja,” kata Ganysa.
“Dia cuma pengin ayamnya, cuma intinya dimasak setengah matang saja. Dicoba, ternyata itu enak dan pelanggan banyak yang suka. Sampa sekarang kayak gini,” tambahnya.
Ganysa juga mengungkapkan dari mana asal nama ayam pop, yang kini sudah menjadi masakan khas dari Sumatera Barat. “Ayam pop, pop itu berasal dari popular,” ucapnya.
Penampilan ayam pop di deretan makanan khas Padang, sepertinya kalah menarik dari masakan-masakan lain seperti rendang, ayam bakar, gulai, dan yang lainnya. Ia tampak sedikit pucat dan kurang menggugah selera. Yang unik, tidak semua rumah makan Minang menjual menu ayam pop.
Di Rumah Makan Benteng Family, ketika makanan disajikan di atas meja, pelayan meletakkan ayam pop sedikit istimewa. Jika hidangan lain ditaruh di atas piring putih, ayam pop yang tampak berkilau diletakkan di atas piring cokelat transparan.
Tekstur daging ayam pop terasa lembut. Menurut Ganysa, ayam yang digunakan adalah jenis pejantan. Bumbunya terasa ringan, menyantapnya pun simple saja yakni dengan dicocol bareng sambal merahnya.
Sambal merah untuk ayam pop disajikan dalam piring kecil, yang terdapat potongan tomat. Rasa asam dan pedas dari sambal berpadu dengan tekstur lembut ayam pop menghadirkan kenikmatan yang memanjakan lidah, apalagi jika dimakan dengan nasi hangat.
Ganysa membeberkan bahwa tentu saja ayam pop restorannya memiliki resep rahasia. Resep dan proses masaknya itu juga telah diajarkan dari kakek ke papanya, yang kemudian diturunkan ke anak-anaknya, termasuk Ganysa.
Restoran yang tampak sederhana ini hanya memiliki satu cabang. Lokasinya sama-sama di Bukittinggi, tepatnya di samping Bioskop Sovia Lama. Dinamai Benteng Family Indah, karena restoran ini lokasinya dekat dengan Benteng Fort de Kock.
Ayam pop memiliki penggemarnya sendiri. Bahkan, dalam satu hari, restoran Benteng Family Indah pernah menjual seribu ekor untuk menu ayam pop ketika pesanan sedang tinggi-tingginya.
Untuk memasak hidangan khusus ayam pop, restoran ini hanya memercayakannya kepada satu orang dari mulai proses potong sampai masak. Yang menarik, koki untuk memasak menu ayam pop juga turun-temurun dari ayah ke anaknya. “Iya kebetulan, yang tukang masak ayam pop sekarang ini, belajarnya dari ada bapaknya juga, yang dulu jadi koki di sini, dia ngajarin anaknya. Anaknya tukang masak menu lain di sini juga, sebelum bapaknya meninggal, diajarin ke anaknya,” tutur Ganysa.
Nah, jika ingin membuktikan sedapnya ayam pop yang asli dari tempat kelahirannya, jika ke Bukittinggi, Sumatera Barat, jangan lupa ke Rumah Makan Benteng Family Indah. (P-CNNI.com/ht)
