PRIORITAS, 27/4/25 (Vatikan): Swiss Guard atau Garda Swiss banyak mendapat perhatian publik, ketika mereka menjadi pengawal setia saat jenazah Paus Fransiskus disemayamkan selama enam hari.
Sejak jasad mendiang Paus Fransiskus disemayamkan tiga hari di kapel Santa Marta, dua orang Garda Swiss sudah berdiri di samping peti. Dua lainnya berjaga di depan pintu masuk. Mereka bertugas selama 1×24 jam secara bergantian.
Begitu pun ketika pihak Vatikan melakukan pemindahan jenazah Paus Fransiskus ke Basilika Santo Petrus, puluhan Garda Swiss ikut mengawal.
Mereka juga terlihat melakukan penjagaan saat jenazah Paus Fransiskus disemayamkan tiga hari di Basilika tersebut, hingga prosesi pemakaman, pada hari Sabtu 26 April 2025.
Tapi tak banyak yang tahu, Garda Swiss ini bukan sembarang personil pengamanan biasa. Mereka ternyata sudah dilatih secara khusus untuk bisa melakukan pertempuran bak di medan perang.
Jadi para Garda Swiss sudah disumpah siap mengorbankan nyawa demi Paus yang dijaganya, termasuk Paus Fransiskus yang meninggal pada 21 April 2025.
“Seperti semua pasukan, kami harus siap menghadapi semua situasi,” kata Jurubicara Garda Swiss, Kopral Eliah Cinotti, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Nationalgeographic, hari Minggu (27/4/25).
Penampilan mereka memang jauh berbeda dengan tentara atau pasukan militer negara-negara pada umumnya. Seragam mereka bergaya Renaisans yang dirancang Kolonel Jules Repond pada tahun 1914
Garda Swiss selalu tampil dengan helm berbulu, kerah berenda, dan seragam lengan mengembang berwarna-warni.
Prajurit terbaik di dunia
Banyak yang sempat bertanya kenapa mereka dinamakan Garda Swiss, padahal mereka bertugas di Vatikan. Garda ini sudah dikenal sejak tahun 1600-an. Mereka memang adalah tentara bayaran berasal dari negara Swiss, yang dihormati karena keberanian dan kesetiaannya, sehingga dinamai Garda Swiss.
Sejak awal abad ke-16 para tentara bayaran ini berbaris ke Roma untuk melayani Paus Julius II. Mereka adalah pasukan terkecil di dunia, yang telah direkrut di Vatikan untuk melindungi Paus, kediamannya, dan perbatasan kota. Garda Swiss pun menjadi pengawal Paus selama perjalanan kerasulannya.
Tidak hanya Paus, Garda Swiss juga melindungi Dewan Kardinal Suci saat tidak ada Paus, selama sede vacant (kursi kosong). Misalnya seperti masa antara kematian Paus Fransiskus dan pemilihan penggantinya.
Tentara bayaran Swiss telah lama dikenal sebagai prajurit terbaik di dunia. Sarjana Romawi kuno Tacitus menyatakan, Helvetia asal tentara Swiss adalah bangsa pejuang, terkenal karena keberanian prajurit mereka.
Mereka melayani penguasa di banyak kerajaan-kerajaan Eropa. Mereka juga mereka sangat disukai penguasa di Prancis dan Spanyol.
Di bawah kendali Paus
Para pengawal mulai melayani Kepausan pada akhir abad ke-14 dan ke-15. Pada tahun 1505, uskup Swiss Matthaus Schiner, yang bertindak atas nama Paus Julius II, mengusulkan pembentukan pasukan Swiss permanen. Pasukan itu akan beroperasi di bawah kendali langsung Paus.
Pada tanggal 22 Januari 1506, kontingen pertama yang terdiri dari 150 pengawal Swiss tiba di Vatikan. Kontingen itu dipimpin Kapten Kaspar von Silenen.
Mereka segera mendapatkan reputasi sebagai prajurit yang rela berkorban dan berani. “Seperti yang ditunjukkan selama Penjarahan Roma pada tahun 1527,” tulis Rene Ostberg di laman Britannica.
Saat Penjarahan Roma tahun 1527, sebanyak 147 dari 189 pengawal tewas, karena membela Paus Clement VII. Garda Swiss bersiap untuk pengorbanan diri selama Perang Dunia II. Namun, Adolf Hitler memilih untuk tidak menyerang Vatikan.
Pada tahun 1981, Garda Swiss melindungi Paus Yohanes Paulus II selama upaya pembunuhan di Lapangan Santo Petrus.
Garda Swiss mengenakan pakaian tradisional berwarna merah, kuning, dan biru lengkap dengan baju zirah dan tombak. Para prajurit terus berlatih berbaris dengan koreografi yang sempurna di halaman barak.
Tiap prajurit mengangkat tiga jari tangan kanan mereka ke langit untuk menyebut Tritunggal Mahakudus sambil meneriakkan sumpah Kepausan. Garda Swiss berjanji untuk “mengorbankan hidupnya” untuk menjaga Paus.
Laki-laki tinggi
Para penjaga Paus itu mungkin tampak kuno. Namun para pria di balik seragam lucu itu, telah menjalani proses pendaftaran yang kompetitif. Mereka semua bahkan menjalani pelatihan yang ketat untuk mencapai tahap sebagai pengawal tangguh.
Para rekrutan haruslah laki-laki, warga Swiss, berusia antara 19 dan 30 tahun, tinggi badan lebih dari 1,74 meter, dan belum menikah.
Calon Garda Swiss harus beragama Katolik yang taat dengan karakter yang tidak ternoda. Mereka harus menjalani dinas militer Swiss dan berkomitmen untuk melayani Paus setidaknya selama 2 tahun. Mereka baru bisa menikah setelah 5 tahun bertugas.
Tombak adalah senjata tradisional para Garda Swiss. Namun pasukan ini juga dilatih menggunakan senjata modern kecil, termasuk senjata setrum yang baru-baru ini diperkenalkan.
Sejak 1981, setelah kasus percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II, penekanan lebih kuat diberikan pada teknik pertahanan diri dan antiterorisme.
Pada tahun 2018, Paus Fransiskus menambah jumlah pasukan dari 110 menjadi 135. Penambahan ini dilakukan setelah serangkaian serangan teroris di Prancis dan tempat lain di Eropa.
Tes psikologi
Menurut juru bicara pasukan Garda Swiss, Kopral Eliah Cinotti, selain pelatihan militer, para rekrutan juga menjalani tes psikologis yang ketat. Tes itu untuk memastikan mereka memiliki kapasitas mental, untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan sebagai Garda Swiss.
“Banyak yang gagal pada tahap itu. Atau mungkin mereka diterima dan hanya bertahan beberapa bulan ketika mereka menyadari bahwa karier itu tidak cocok untuk mereka,” jelas Cinotti.
Paus Fransiskus menyebut para Garda Swiss sebagai “utusannya”. Pasalnya, sebagian besar pekerjaan prajurit khusus ini, melibatkan pemberian kenyamanan kepada orang-orang, yang datang ke Vatikan untuk mencari pertolongan.
Setelah kematian Paus Fransiskus diumumkan, para Garda Swiss setia berjaga di samping jenazahnya. Mereka terus berjaga hingga Bapa Suci dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. (P-Jeffry W)