30.9 C
Jakarta
Sunday, July 20, 2025

    Ekspor RI ke Uni Eropa stabil meski pasar global goyah

    Terkait

    PRIORITAS, 20/7/25 (Jakarta): Indonesia mempertahankan stabilitas ekspor ke Uni Eropa selama lima tahun terakhir meski gejolak global terus berlangsung. Sepanjang 2024, nilai ekspor ke kawasan tersebut mencapai US$17,28 miliar.

    Data menunjukkan, sejumlah komoditas unggulan Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO), karet alam, bahan kimia, dan tekstil memiliki permintaan tinggi yang bersifat inelastis di pasar Eropa. Artinya, meski harga naik, volume pembelian tetap stabil.

    Beberapa sektor industri Eropa bergantung pada bahan baku asal Indonesia. Karet digunakan dalam otomotif, CPO untuk makanan dan kosmetik, sedangkan bahan kimia menopang sektor energi hingga farmasi.

    Ketergantungan ini membuat ekspor Indonesia tetap stabil meskipun terjadi fluktuasi harga atau hambatan tarif dari pasar lain. Produk-produk tersebut telah terintegrasi dalam rantai pasok jangka panjang di Eropa.

    “Permintaan yang inelastis menjaga stabilitas ekspor RI, bahkan saat tarif perdagangan AS naik atau pasar global melemah,” tulis analis BCA dalam laporan The Focal Point edisi Juli 2025, seperti dikutip dari CNBCIndonesia.com, Minggu (20/7/25).

    Laporan tersebut menilai, Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) akan menjadi kunci kelangsungan ekspor nasional, khususnya sektor manufaktur.

    Ekspor RI ke UE capai puncak

    Data lima tahun terakhir menunjukkan, ekspor RI ke Uni Eropa sempat mencapai puncaknya pada 2022 sebesar US$21,25 miliar. Setelah koreksi di 2023, nilai ekspor kembali menguat pada 2024.

    Fluktuasi terjadi akibat perubahan harga komoditas global serta kebijakan baru Uni Eropa seperti regulasi deforestasi (EUDR). Namun dibandingkan Amerika Serikat, dampak ke pasar Eropa lebih terbatas karena pasokan dari Indonesia tetap dibutuhkan.

    Negara-negara seperti Belanda, Italia, Jerman, Spanyol, dan Belgia berperan sebagai gerbang utama perdagangan RI dengan Eropa. Belanda menjadi pusat logistik melalui Rotterdam, sementara Italia unggul di otomotif dan tekstil.

    Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat beberapa komoditas utama Indonesia yang paling banyak diekspor ke negara-negara ini sebagai berikut:

    • Italia: karet alam, tekstil, komponen otomotif
    • Belanda: CPO dan turunannya, kopi, kakao, produk perikanan
    • Belgia: bahan kimia, karet olahan, elektronik sederhana

    Ketiga negara tersebut memperlihatkan pola permintaan konsisten terhadap produk Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa ekspor Indonesia menyasar kebutuhan struktural, bukan sekadar preferensi harga.

    Ekspor RI tetap stabil

    Kekuatan posisi Indonesia di pasar Eropa tidak lepas dari keunggulan komparatif produknya. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) komoditas seperti CPO dan karet berada di atas satu, menandakan daya saing global yang tinggi.

    IEU-CEPA diperkirakan menjadi fondasi legal yang memperkuat akses pasar Indonesia di tengah kebijakan proteksionisme dari negara lain, termasuk Amerika Serikat.

    Dengan permintaan Eropa yang bersifat inelastis dan struktur perdagangan yang telah tertata, ekspor Indonesia ke kawasan tersebut diprediksi tetap stabil bahkan berpotensi meningkat pada fase awal perjanjian IEU-CEPA. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini