PRIORITAS, 30/1/25 (Jakarta): Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, melaksanakan modifikasi cuaca untuk mengatasi tingginya curah hujan yang terjadi di Jawa Tengah.
“Ini dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan yang menyebabkan bencana hidrometeorologi,” ucap Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Giyarto. Dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Kamis (30/1/25).
Dia mengatakan, BMKG telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi bencana, agar masyarakat siap menghadapi cuaca ekstrem.
“Kita melakukan prakiraan cuaca. Mulai dari 7 harian, 3 harian dan 1 harian serta peringatan dini pada menjelang terjadinya cuaca ekstrem,” katanya.
Dia mengatakan BMKG membuka akses informasi cuaca agar masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana alam, seperti banjir.
“Ketika mendapatkan informasi bahwa daerah tersebut akan terjadi hujan dengan intensitas lebat. Maka masyarakat bisa melakukan persiapan,” ujarnya.
Pentingnya early warning system
Di sisi lain, ia menekankan pentingnya early warning system yang dilakukan BMKG dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengantisipasi bencana alam mungkin terjadi.
“Memang harusnya ada kolaborasi masyarakat sendiri. Yakni untuk BMKG dan stakeholders yang terkait,” tambahnya.
Di sisi lain, Giyarto mengkritik jebolnya tanggul di Demak dan Grobogan, Jawa Tengah. Ia menyebutkan, tanggul tersebut terbuat dari tanah, sehingga tidak mampu menahan debit air.
“Apabila diguyur hujan dengan durasi yang cukup lama. Sangat rentan sekali terjadi longsor,” ucapnya.
Giyarto mengingatkan masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan longsor, untuk memperhatikan kemiringan dan kerentanan tanah di sekitarnya.
“Jangan juga membuat bangunan yang di tempat-tempat yang rentan longsor. Justru harusnya meningkatkan penguatan tanah yang ada di situ,” katanya. (P-Zamir)
