Talenta muda “the rising star” musik Jazz Indonesia, Natasha Elvira, dipastikan tampil dalam ajang JakJazz 2025, 20 Desember mendatang. (Ist.)PRIORITAS, 24/9/25 (Jakarta): Setelah vakum sejak 2019 lalu, festival musik jazz berskala internasional tertua dan pertama di Indonesia dan Asia Tenggara, Jakarta International Jazz Festival atau JakJazz, kembali hadir.
Festival Director Tommy Maulana, putra musisi jazz terkemuka Indonesia yang merupakan pendiri JakJazz pada 1988, Ireng Maulana, mengatakan, perhelatan utama dijadwalkan berlangsung dengan konsep “luar ruangan” (outdoor) di Senayan Park, Jakarta.
“Kapasitas tempat, nyamannya sekitar 4.500 orang. Namun itu tempatnya ‘outdoor’,” kata Tommy, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu, dalam acara “JakJazz Intimate Media Luncheon 2025”.
Dikatakannya, memasuki edisi ke-15, JakJazz mengusung tema “Respecting the Legacy, Empowering the Youth” yang berfokus pada regenerasi talenta lokal.
Kendati demikian, JakJazz 2025 juga akan menghadirkan musisi internasional sebagai bintang tamunya, termasuk Motoharu dari Jepang dan seorang musisi dari Amerika Serikat.
Apresiasi talenta lokal
Tommy mengatakan, perbandingan jumlah musisi internasional yang tampil tidak lagi “50:50”. Ia menegaskan, fokus utama penyelenggaraan JakJazz 2025 adalah mengapresiasi talenta lokal.
Dijelaskan Tommy, perhelatan utama akan menampilkan kolaborasi musisi senior dan musisi muda, sedangkan aransemen dipastikan bernuansa jazz yang kental.
Ia menambahkan, salah satu talenta muda yang dipastikan tampil ialah “the rising star” di musik Jazz Indonesia, Natasha Elvira, murid dari Nesia Ardi alias NonaRia, pada 20 Desember 2025 mendatang.
Lebih lanjut Tommy menguraikan, selain perhelatan utama, JakJazz juga mengadakan serangkaian acara “pre-event” pada dua bulan sebelum perhelatan utama dimulai, serta terdapat pula “pasca-event”.
Di antara pre-event sebelum festival itu, salah satunya bertajuk “Jazz Parade” di lokasi “open-space” di kawasan Thamrin, rencananya pada Minggu pagi. Tanggal pastinya akan diumumkan kemudian, dan Tommy memastikan acara itu digratiskan bagi pengunjung.
Tommy menambahkan, publik juga dapat menantikan berbagai program dan rangkaian “side-event” lainnya yang akan menjaga semangat JakJazz dalam menghidupkan program Jakarta sebagai Kota Global.
Program dan rangkaian “side-event” itu, seperti JakJazz Lab (lokakarya dan kelas kreatif), JakJazz City Beats (“pop-up gigs” dan “jamming”), JakJazz Collabs (kolaborasi lintas industri dan gaya hidup), JakJazz Stream dan Appreciation Night.
“Sejak debut di Ancol pada 1988, salah satu visi JakJazz adalah meningkatkan perwisata di ibu kota. Jadi itu salah satunya kita tampilkan juga tahun ini,” kata Tommy.
“Ada dorongan dari DKI untuk kita bersama-sama mereka, menjadikan salah satu program menuju Jakarta Global City di 500 tahun DKI Jakarta,” ungkap Tommy, dilansir dari Antara.
Dalam perjalanannya, JakJazz sempat disebut-sebut kalah pamor dari ajang serupa, Java Jazz Festival yang juga dikenal dengan nama Jakarta International Java Jazz Festival. Namun dengan kembalinya JakJazz, diharapkan khasanah musik jazz di Indonesia kian berwarna-warni. (P-rwt)
No Comments