PRIORITAS, 19/7/25 (Taipei): Seluruh lapisan masyarakat Taiwan sudah diminta bersiap diri untuk menghadapi serangan skala besar invasi militer China.
“Dari malam hingga siang, tanpa henti – inilah #HanKuang41,” demikian pengumuman Kementerian Pertahanan saat latihan perang Han Kuang yang dimulai pada 9 hingga 19 Juli 2025.
Lebih dari 22.000 prajurit cadangan berpartisipasi selama 10 hari – sebuah mobilisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik dalam hal durasi maupun skala.
Seperti dikutip Beritaprioritas dari The Independent, hari Sabtu (19/7/25), latihan 10 hari ini merupakan yang paling intens dalam sejarah Taiwan.
Persiapan ini dimaksudkan sebagai simulasi paling realistis tentang bagaimana Taiwan mempertahankan diri dari invasi Tiongkok, yang menurut Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, dapat terjadi pada atau sebelum tahun 2027.
Taiwan sudah berkali-kali menghadapi ancaman militer dari Beijing, yang menganggap pulau dengan pemerintahan terpisah itu, sebagai miliknya meskipun Taipei menolak keras.
Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, telah berjanji untuk “menyatukan kembali” pulau itu bersama daratan Tiongkok, dengan cara kekerasan jika perlu.
Skenario terburuk
Bagi warga biasa di Taiwan, invasi Tiongkok bukan lagi sekadar topik pembicaraan di meja makan. Tapi bakal menjadi kenyataan.
Seiring meningkatnya ancaman militer China itu, Taiwan menggelar latihan Han Kuang, untuk membantu masyarakat bersiap menghadapi skenario terburuk, yaitu perang.
Di ibukota Taipei, pasukan bersenjata mengambil posisi mereka di dalam Bandara Songshan.
Mereka berlatih dan mempelajari cara mengamankan lapangan terbang, jika tentara China melakukan serangan.
Di tempat lain di kota, tank-tank berat dan kendaraan militer berlalu-lalang di jalanan.
Sementara tentara membangun blok-blok di jembatan yang menghubungkan ibu kota Taiwan dengan New Taipei – sebuah kotamadya khusus yang terletak di timur lautnya.
Di sebuah taman sistem pertahanan antirudal Patriot dari Amerika Serikat, terlihat siaga.
Persediaan makanan
“Saya berada di supermarket PX Mart ketika melihat kelompok pertahanan sipil dan pejabat, mempersiapkan seorang pria tua yang terjebak dalam suasana perang”, kata warga lokal, Wu Huan Chung (19 tahun).
Mereka memainkan skenario di mana seorang pria, kemungkinan berusia lima puluhan, khawatir tentang persediaan makanan yang terbatas di rumahnya jika ia tidak membeli persediaan.
“Staf tersebut kemudian menjelaskan kepadanya dengan suara tenang, bahwa supermarket menyimpan sejumlah besar makanan di ruang bawah tanah untuk skenario ekstrem dan mereka sudah sepenuhnya siap,” ujarnya.
Chung, seorang mahasiswa sosiologi yang telah tinggal di Taipei selama lebih dari setahun, mengatakan staf di toko tersebut diajari latihan pernapasan dasar, latihan evakuasi untuk peringatan serangan udara, dan metode untuk menenangkan kerumunan yang panik.
Pertahanan laut
Presiden Taiwan, Lai Ching Te, yang dicap Tiongkok sebagai “separatis”, mengganti setelan jasnya dengan seragam militer hijau zaitun milik pasukan pertahanan Taiwan.
Ia mengamati latihan pendaratan amfibi yang dilakukan pasukan negara tersebut.
Latihan ini mungkin diperlukan jika terjadi agresi angkatan laut Tiongkok di wilayah pesisir Taiwan.
“Hari ini di lapangan untuk mengamati latihan #HanKuang yang sedang berlangsung. Untuk memperkuat pertahanan #Taiwan terhadap pendaratan amfibi, pasukan kami memanfaatkan teknologi & sistem persenjataan terkini dalam koordinasi yang ketat – meningkatkan pencegahan dengan kelincahan & mobilitas yang lebih baik,” tulis Lai dalam sebuah postingan di X.
Latihan tersebut meliputi penguatan pelabuhan dan kemungkinan titik pendaratan Cina di pulau tersebut, yang terletak 100 mil dari pantai Cina.
Angkatan Darat dan Angkatan Laut Taiwan juga berlatih untuk melawan “taktik zona abu-abu” Beijing, yang hampir berupa perang terbuka, tetapi bertujuan untuk melemahkan musuh dalam jangka panjang.
Mereka menggunakan senjata yang baru-baru ini dikirim oleh AS, termasuk tank Abrams M1A2T, Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (Himars), dan drone air.
Skala besar
Mereka mengatakan latihan Han Kuang adalah terbesar dan “belum pernah terjadi sebelumnya” dalam skala dan durasi.
“Kita menghadapi Tiongkok, jadi kita harus siap sedia. Pemerintah tahu bahwa ketahanan sipil sangat penting dan merupakan komponen krusial dari keamanan nasional kita,” kata anggota Yuan Legislatif Republik Tiongkok (Taiwan), Fan Yun.
“Kami menunjukkan kepada musuh tekad dan kemampuan kami untuk membela diri dengan tindakan nyata,” ujarnya.
Menurut dia, jika musuh (China) ingin mengambil tindakan ekstrem, mereka akan tahu Taiwan memiliki kemampuan melindungi dirinya sendiri.
“Kita memiliki ketahanan untuk bertahan cukup lama, dan bahwa biayanya akan terlalu besar untuk mereka tanggung”, tegasnya.
China bereaksi keras
China bereaksi keras menanggapi latihan militer Taiwan itu, dengan cara yang brutal seperti biasanya. China menyebut hal itu merugikan rakyat Taiwan sendiri.
“Latihan Han Kuang tidak lain hanyalah tipu daya, yang berupaya mengikat rakyat Taiwan ke dalam kereta kemerdekaan Taiwan dan merugikan Taiwan demi kepentingan egois satu pihak,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok, Kolonel Jiang Bing, dalam konferensi pers.
Ia malah sesumbar Taiwan tidak akan mampu menghadapi militer China.
“Tidak peduli bagaimana mereka bertindak atau senjata apa yang mereka gunakan, mereka tidak dapat menahan pedang anti-kemerdekaan PLA,” kata Jiang.
Tiongkok kemudian mengirim 58 pesawat tempur, 9 kapal angkatan laut, dan satu kapal resmi ke sekitar Taiwan. Taiwan menyebut tindakan China itu sebagai operasi untuk mengganggu latihan Han Kuang.
Meskipun tekanan psikologis dari China semakin kuat, tetapi penduduk Taiwan tetap bersatu.
“Di Taiwan, kami katakan, warna bendera partai politik Anda tidak penting, karena rudal tidak punya mata”, kata Fan Yun. (P-Jeffry W)