PRIORITAS, 25/6/25 (Amerika): Gelombang panas yang melanda sebagian besar wilayah Amerika Serikat, membuat para pemain dan penonton tersiksa pada ajang Piala Dunia Antarklub 2025.
Fenomena cuaca heat dome atau kubah panas yang menyelimuti wilayah tengah dan timur AS menyebabkan suhu melonjak hingga 36°C atau lebih. Dampaknya, baik pemain maupun penonton berisiko mengalami dehidrasi, kram otot, heat exhaustion, hingga heat stroke.
Suhu tinggi telah menyebabkan sesi latihan dipersingkat, pemain harus berteduh di ruang ganti, dan seragam penuh keringat membanjiri lapangan. Klub seperti Chelsea bahkan mempersingkat sesi latihan mereka di Philadelphia karena suhu yang tidak bersahabat. Pelatih Enzo Maresca mengatakan, “Ini bukan soal alasan, ini soal kenyataan. Kalau memang panas, kita tak bisa berpura-pura tidak.”
Sementara itu, saat pertandingan Borussia Dortmund vs Mamelodi Sundowns, para pemain cadangan Dortmund memilih menyaksikan babak pertama dari ruang ganti untuk menghindari terik matahari.
“Kami bahkan menyiapkan stik pendingin dan AC di ruang ganti. Ini bukan cuma soal taktik, tetapi soal meminimalkan beban fisik,” ujar pelatih Dortmund, Niko Kovac. Hal serupa juga disampaikan pemain Atletico Madrid Marcos Llorente.
“Itu benar-benar panas. Jari-jari kakiku sakit, bahkan kuku kakiku pun terasa nyeri. Aku tak bisa mulai atau berhenti dengan baik. Namun karena semua orang mengalaminya, tak ada alasan,” ujar Marcos Llorente dari Atlético Madrid seusai pertandingan melawan PSG.
Aturan pendinginan
Senada dengan seorang penggemar sepak bola Tyler Fernando. “Panas di Eropa biasanya kering, tetapi di sini lembap. Itu dua kali lebih menyiksa,” kata Tyler Fernando, sebelum laga Bayern Munchen melawan Benfica di Charlotte, North Carolina, yang digelar saat suhu mencapai 36°C. Di Nashville, saat pertandingan Auckland City melawan Boca Juniors, penonton pria terlihat melepas baju dan berlindung di area yang teduh.
FIFA memiliki panduan resmi yang mewajibkan adanya cooling break atau jeda pendinginan saat suhu “Wet Bulb Globe Temperature” mencapai 89,6°F (sekitar 32°C). Biasanya dilakukan pada menit ke-30 dan ke-75 pertandingan. Aturan ini mulai diterapkan secara luas setelah Piala Dunia 2014 di Brasil.
Di Miami, petugas pemadam kebakaran sampai turun tangan di media sosial untuk memperingatkan penggemar tentang bahaya panas sebelum laga Inter Miami vs Palmeiras. Chelsea pun merilis panduan penanganan panas sebelum bertanding melawan Esperance.
Dampak Piala Dunia 2026
Fenomena ini menjadi peringatan dini bagi Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Jika situasi serupa terjadi, dampaknya bisa lebih luas, baik bagi pemain maupun penonton.
Selain panas, cuaca ekstrem lain juga ikut mengganggu turnamen. Lima pertandingan telah mengalami penundaan akibat badai petir. Masalah iklim dprediksi akan menjadi tantangan besar bagi FIFA ke depannya.
Dari 16 kota tuan rumah Piala Dunia 2026, hanya lima stadion yang memiliki atap pelindung dari matahari langsung seperti dikutip Beritasatu.com. Di Meksiko, kota seperti Guadalajara dan Mexico City berisiko terdampak musim badai, sementara Monterrey mencatat suhu rata-rata musim panas di atas 32°C.
Peter Crisp dari Fossil Free Football mengkritik FIFA, “Menggelar pertandingan di stadion tanpa naungan pada siang hari, sambil tetap mempromosikan sponsor berbasis minyak, menunjukkan bahwa FIFA tidak menyadari ancaman serius dari panas ekstrem terhadap turnamen global mereka.” (P-wr)