PRIORITAS, 27/6/25 (Jakarta): Pola makan tinggi gula makin rentan menyerang generasi muda. Reyna Paulina mengalaminya saat usianya baru 32 tahun.
Lewat akun TikTok-nya, Reyna membagikan kisah pribadi soal awal mula terkena diabetes. Ia mengaku rutin minum kopi manis setiap pagi dan makan berat menjelang tengah malam.
“Kepala aku udah nggak ketolong sakitnya kayak udah migren banget dan akhirnya lagi ada alat tes gula darah, mamanya pacarku dan aku iseng ngecek ternyata sudah 200 lebih,” ungkap Reyna, dikutip Jumat (27/6/25).
Banyak orang mengira diabetes hanya menyerang usia lanjut. Namun data medis justru menunjukkan tren sebaliknya.
Menurut American Diabetes Association, pradiabetes bisa terjadi sejak usia 20-an. Gaya hidup minim aktivitas dan makanan tinggi gula jadi penyebab dominan.
Secara medis, kondisi pradiabetes ditandai kadar gula puasa 100–125 mg/dL. Sementara kadar A1C menunjukkan rentang 5,7 hingga 6,4 persen.
Kulit gelap jadi sinyal
Gejala awal diabetes sering tidak terasa. Tapi beberapa tanda fisik bisa diamati. Salah satunya penggelapan kulit di bagian leher atau ketiak.
Fenomena ini dikenal sebagai acanthosis nigricans, akibat lonjakan insulin. Produksi melanin meningkat dan membuat kulit tampak gelap tak merata.
Selain itu, kemunculan kutil kecil di kulit juga patut dicurigai. Penelitian 2007 dan 2015 menemukan korelasi kutil berlebih dengan risiko diabetes.
Masalah mata bisa terjadi bahkan sebelum diabetes berkembang. Kondisi ini disebut retinopati dan menandakan pembuluh darah retina mulai rusak.
Cleveland Clinic menyebut, 7 persen pengidap pradiabetes sudah alami perubahan mikrovaskular. Pembuluh darah bisa bocor dan mengganggu penglihatan tanpa disadari.
Sering haus tanpa sebab
Gejala lanjut terjadi saat tubuh mulai tidak bisa menyerap glukosa. Ginjal bekerja lebih keras dan memicu frekuensi buang air kecil meningkat.
Otak menangkap sinyal kehilangan cairan dan memberi respons rasa haus. Sementara rasa lapar terus muncul karena energi dari gula tak terserap ke sel.
Spesialis penyakit dalam dr Em Yunir mengungkap efek lanjutan jika diabetes tak dikelola. Ia menegaskan kerusakan bisa menjalar ke saraf hingga kehidupan seksual.
“Nah itu bisa menjadi salah satu bagian tambahan (gejala) penyakit (diabetes), apa gejala-gejala yang biasanya dikaitkan dengan karena gula darah sudah kelamaan, sudah kelamaan tinggi (kadarnya) tidak terkelola sama pasien yang diabetes, yang sudah ketahuan, tapi tidak minum obat, tidak mengatur makan, dan sebagainya,” kata dr Yunir, dikutip dari detikcom.
Untuk mencegah lonjakan gula darah, dokter menyarankan langkah konkret. Mulai dari mengatur pola makan, berolahraga, hingga cek gula darah rutin.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa 422 juta orang hidup dengan diabetes. Mayoritas berasal dari negara berkembang akibat konsumsi makanan olahan tinggi gula.
Pemeriksaan laboratorium tetap jadi cara utama untuk deteksi dini. Skrining bisa dimulai sejak usia 25 tahun, terutama jika ada riwayat keluarga. (P-Khalied Malvino)