29.2 C
Jakarta
Thursday, December 12, 2024

    Bill Gates, memerangi perubahan iklim hilangkan efek rumah kaca

    Terkait

    PRIORITAS, 5/5/24 (Jakarta) : Global warming adalah fenomena peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi. Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini, suhu bumi meningkat agak cepat, dengan peningkatan rata-rata 0,6 – 0,9 derajat (Riphah, 2015), bumi terasa semakin panas. Perubahan iklim ini harus ditanggapi serius untuk mengurangi dampak buruknya.

    Pendiri Microsoft Bill Gates, menyinggung soal salah satu pendorong ‘kiamat’. Bahkan dalam blognya pada Februari lalu, ia sempat menyinggung soal Indonesia. Menurut Gates, aktivitas di Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca setiap tahun. Sebanyak 7% berasal dari produksi lemak dan minyak dari hewan dan tumbuhan. “Untuk memerangi perubahan iklim, kita harus mengubah angka tersebut ke nol,” kata dia, dikutip dari blog personalnya, Minggu (5/5/2024).

    Lebih lanjut, Gates sadar bahwa rencana untuk menghilangkan konsumsi lemak hewan bagi manusia tidak realistis. Pasalnya, manusia sudah tergantung dengan lemak hewan dengan alasan yang logis.

    Lemak hewan menyimpan nutrisi dan kalori yang dibutuhkan oleh manusia. Namun, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengambil lemak tanpa memproduksi emisi, menyiksa hewan, dan menghasilkan zat kimia berbahaya.

    Solusinya, kata Gates, sudah ditemukan oleh startup bernama ‘Savor’. Gates turut menjadi salah satu investornya. Savor menciptakan lemak dari sebuah proses yang melibatkan karbondioksida dari udara dan hidrogen dari air. Senyawa tersebut lalu dipanaskan dan dioksidasi sehingga terjadi pemisahan komponen asam yang menciptakan formulasi lemak.

    Gates mengklaim lemak yang dihasilkan memiliki molekul serupa yang ditemukan dari susu, keju, sapi, dan minyak nabati. Selain produksi lemak hewan yang merusak lingkungan, Gates juga menyoroti faktor yang menciptakan dampak lebih besar yakni minyak sawit.

    “Saat ini, minyak sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Sebagian ditemukan pada makanan sehari-hari seperti kue, mie instan, krim kopi, makanan beku, hingga makeup, sabun badan, odol, deterjen, deodoran, makanan kucing, formula bayi, dan sebagainya. Bahkan, minyak sawit juga digunakan untuk biofuel dan mesin diesel,” tuturnya dikutip CNBC Indonesia, Minggu (5/5/24).

    Gates menegaskan bahwa masalah pada minyak sawit bukan soal penggunaannya, tetapi bagaimana proses menghasilkannya. Mayoritas jenis sawit asli jenis Afrika Barat dan Tengah tidak tumbuh di banyak wilayah. Pohon itu hanya tumbuh subur di tempat-tempat yang dilewati garis khatulistiwa. “Hal ini menyebabkan penggundulan hutan di area-area khatulistiwa untuk mengonversinya menjadi lahan sawit,” kata Gates.

    Proses ini berdampak buruk bagi keragaman alam dan menyebabkan pukulan telak bagi perubahan iklim. Pembakaran hutan menciptakan emisi yang banyak di atmosfer dan mengakibatkan peningkatan suhu.

    “Pada 2018, kehancuran yang terjadi di Malaysia dan Indonesia saja sudah cukup parah hingga menyumbang 1,4% emisi global. Angka itu lebih besar dari seluruh negara bagian California dan hampir sama besarnya dengan industri penerbangan di seluruh dunia,” Gates menjelaskan.

    Sayangnya, Gates mengakui bahwa peran minyak sawit sulit tergantikan. Sebab, komoditas sawit murah, tidak berbau, dan melimpah. “Minyak sawit juga satu-satunya minyak nabati dengan keseimbangan lemak jenuh dan tak jenuh yang hampir sama, itulah sebabnya minyak ini sangat serbaguna. Jika lemak hewan adalah bahan utama dalam beberapa makanan, maka minyak sawit adalah pemain tim yang dapat bekerja untuk membuat hampir semua makanan dan barang-barang non-makanan menjadi lebih baik,” Gates menjelaskan.

    Untuk alasan-alasan tersebut, Gates mengatakan sudah ada perusahaan-perusahaan yang mencoba mengatasinya. Salah satunya C16 Biosciences yang berupaya membuat alternatif minyak sawit.

    Sejak 2017, Gates mengatakan C16 mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi sama sekali. Meski secara kimiawi berbeda dari minyak sawit konvensional, namun minyak C16 mengandung asam lemak yang sama, sehingga dapat digunakan untuk aplikasi serupa.

    Suhu panas Indonesia

    Sementara itu, di Indonesia sejak akhir April hingga awal Mei 2024 dilanda suhu panas yang menyebabkan cuaca terik di siang hari. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, suhu panas di Indonesia akhir-akhir ini disebabkan karena posisi gerak semu Matahari yang berada di dekat Khatulistiwa. Suhu panas tersebut juga terjadi bersamaan dengan peralihan musim hujan ke kemarau.

    Data BMKG menunjukkan, sebagian wilayah Indonesia mulai mengalami awal kemarau sementara sebagian lainnya masih dalam fase peralihan musim. “Potensi fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi cuaca secara umum di awal Mei 2024,” kata Guswanto dilansir dari laman BMKG.

    BMKG memprediksikan, sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu sebanyak 63,66 persen Zona Musim akan memasuki periode musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.

    Dikutip Kompas.com, Guswanto menyampaikan bahwa suhu panas di Indonesia diprediksi terjadi hingga September 2024. Pihaknya menjelaskan, suhu panas di siang hari di Indonesia disebabkan karena gerak semu Matahari dengan jarak terdekat dengan equator.

    Berdasarkan data BMKG, kondisi suhu panas di wilayah Indonesia cukup bervariasi. Rata-rata tercatat di 34-25 derajat Celsius. Namun, beberapa wilayah mengalami suhu panas dengan nilai di atas 36 derajat Celsius.

    Berikut wilayah Indonesia dengan suhu panas di atas 36 derajat Celsius: Deli Serdang, Sumatera Utara: 37,1 derajat Celsius Medan, Sumatera Utara: 36,6 derajat Celsius Kapuas Hulu, Kalimantan Barat: 36,6 derajat Celsius Sidoarjo, Jawa Timur: 36,6 derajat Celsius Bengkulu sebesar 36,6 derajat Celsius.

    Meskipun beberapa wilayah mengalami cuaca panas, potensi hujan sedang-lebat juga masih terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Dalam sepekan terakhir pada April 2024, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat masih terjadi di beberapa wilayah, seperti di Kerinci, Jambi; Manado, Sulawesi Utara; Aceh Besar, Aceh; Sorong, Papua Barat; Minangkabau, Sumatera Barat; Kufar, Maluku; dan Indragiri, Riau. (P-*/wl)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini