PRIORITAS, 20/2/25 (Moskow) – Pemerintah Rusia merasa cemas adanya rencana Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengirim ribuan tentara ke Ukraina. “Rencana mengerahkan pasukan NATO ini membuat kami cemas”, demikian dikatakan Juru Bicara (Jubir) Kremlin, Dmitry Peskov di Moskow.
Pernyataan itu disampaikan menyusul adanya laporan Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer akan mengusulkan kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebuah rencana pasukan penjagaan perdamaian di Ukraina. Rencana itu diperkirakan akan melibatkan pengiriman hingga 30.000 tentara Eropa ke kota-kota di Ukraina.
Menurut Peskov, Rusia memantau dengan saksama semua pernyataan yang disampaikan oleh para pejabat Eropa. “Ini adalah masalah yang menjadi perhatian kami … karena kami sedang mendiskusikan kemungkinan pengerahan kontingen militer dari negara-negara NATO ke Ukraina,” kata Peskov, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Beritasatu.com, Jumat (21/2/25).
Moskow setuju pendepatakan damai Trump
Ia juga mengatakan semua tujuan di Ukraina sebaiknya dicapai melalui cara-cara damai, seraya menambahkan pemerintahan Trump percaya perdamaian perlu dicapai secepatnya melalui perundingan. Moskow sangat setuju dengan pendekatan tersebut.
PM Inggris Keir Starmer menjadi pemimpin Eropa pertama yang secara terbuka mengatakan akan mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.
Dalam artikel opini untuk surat kabar Daily Telegraph edisi Minggu (16/2/2025), Starmer menegaskan pentingnya Eropa mengambil peran lebih besar dalam penyelesaian perang Ukraina-Rusia dan perundingan damai.
“Inggris siap memprakarsai langkah untuk menyelesaikan konflik ini, termasuk mengirim pasukan. Perang ini harus berakhir secara permanen, tanpa membuka kemungkinan Putin menyerang kembali,” kata Starmer.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson langsung memberi tanggapan, dengan mengatakan ikut mempertimbangkan mengirim pasukan ke Ukraina. Namun ia menggarisbawahi dengan syarat apabila tidak ada hasil yang diperoleh dari negosiasi damai. “Jika ada mandat yang jelas terkait kebutuhan mengirim pasukan, Swedia akan ikut serta,” ujar Kristersson.
Sedangkan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menegaskan, negaranya belum akan mengirim pasukan ke sana, tetapi tetap mendukung Ukraina. “Polandia akan mendukung Ukraina, seperti yang telah berjalan selama ini,” kata Tusk.
Pada 24 Februari 2025 nanti, perang Rusia dengan Ukraina genap tiga tahun. Rusia lebih dulu menyerbu Ukraina dengan dalih tidak menginginkan negara Volodomyr Zelensky itu, bergabung dengan NATO. Padahal jauh sebelumnya pada tahun 2014, Rusia sudah menganeksasi Krimea, wilayah pelabuhan milik Ukraina di pesisir Laut Hitam. (P-Jeffry W)