PRIORITAS, 9/6/24 (Jakarta): Cadangan devisa Inronesia terus meningkat. Hal ini mendorong nikai kurs rupuah terhadap mata uang ading, khususnya dolar AS kian bangkit.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) cadangan devisa pada Mei 2024 meningkat dari US$136,2 miliar menjadi US$139 miliar.
BI menyebutkan, kenaikan ini didorong oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerbitan obligasi global pemerintah (government global bond).
Cadev jadi katalis positif
Analis Stocknow.id, Abdul Haq Al Farouqy menilai, rilis data cadangsn devisa (Cadev) menjadi katalis positif, penopang penguatan rupiah per dolar Amerika Serikat (AS).
“Pada sesi I perdagangan, rupiah sempat melemah tetapi memasuki sesi II rupiah berhasil terapresiasi 0,40 persen ke level Rp16.179 per dolar AS setelah rilis Cadev,” ujar Abdul Haq Al Farouqy dalam Investor Market Closing IDTV, Jumat (7/6/24) lalu.
Terlepas kenaikan data tersebut, penguatan nilai tukar rupiah cukup terbatas karena tekanan sentimen eksternal.
Pada kesempatan lain, Co Founder Pasardana, Hans Kwee mengungkapkan rupiah memang tidak bisa terlepas dari kondisi yang ada di AS.
Sebelum itu, inflasi AS terlihat dalam tren penurunan. Namun pejabat The Federal Reserve (The Fed) lewat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) justru memberi pernyataan bernada hawkish yang menguatkan narasi higher for longer.
“Ini yang menyebabkan outflow keluar dari pasar kita, sehingga rupiah melemah. Kita lihat bukan karena fundamental ekonomi kita jelek, tetapi ini benar-benar faktor eksternal,” tutur Hans Kwee.
Ia menuturkan, melemahnya mata uang tak hanya dialami oleh rupiah, tetapi hampir semua mata uang dunia. “Mungkin yang lebih parah dari (mata uang) kita, ada (mata uang) Jepang,” demikian Hans Kwee. (P-INV/jr) — foto ilustrasi istimewa