Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengumuman pengunduran diri dalam konferensi pers di Tokyo pada 7 September 2025. (kyodonews)PRIORITAS, 7/9/25 (Tokyo): Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba (68 tahun) mengumumkan pengunduran dirinya, walaupun masa jabatannya masih dua tahun lagi.
Ishiba belum setahun menjadi PM, karena ia terpilih pada Oktober 2024 menggantikan Fumio Kishida, yang juga mengundurkan diri. Masa jabatan Ishiba sebagai PM seharusnya berakhir pada September 2027.
Meskipun begitu, Ishiba mengaku mundur sebagai Perdana Menteri demi mencegah perpecahan di dalam partai politiknya, Liberal Democratic Party (LDP) atau Partai Liberal Demokratik. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Kyodo News, hari Minggu (7/9/25).
Menurut sumber, partai itu marah kepada Ishiba karena LDP kalah di dalam pemilihan umum (pemilu) Juli 2025 lalu.
Akibat kalah dalam pemilu Juli 2025, partai LDP menjadi minoritas di parlemen Jepang (Diet). Partai Ishiba masih bisa bertahan di parlemen setelah berkoalisi dengan partai Komeito.
Cari pimpinan baru
Kekalahan itu menimbulkan ketegangan di dalam partai LDP, sehingga para petinggi lain ingin menyelenggarakan pemilihan internal untuk mencari pimpinan baru di musim gugur mendatang.
Ada perkiraan, Ishiba pasti kalah dan tersingkir sebagai ketua LDP dalam pemilihan internal nanti. Guna menghindari perpecahan dalam partai, Ishiba pun mengundurkan diri.
Pada jumpa pers Minggu sore, Ishiba mengakui keputusan untuk mengundurkan diri itu sulit, tetapi harus dilakukan, agar LDP bisa menyelesaikan perbedaan di internal partai.
Awalnya, Ishiba disebutkan hendak bertahan di kursi PM. Tetapi, setelah berkonsultasi dengan dua orang terdekatnya, yakni mantan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi, mereka menyarankan Ishiba mundur.
Ishiba, yang pernah dianggap sebagai orang luar yang berpikiran reformis dalam LDP, mencoba bertahan selama mungkin, namun tampaknya tunduk pada tekanan yang meningkat dari para anggota parlemen di dalam partainya.
Kekacauan politik
Sejumlah pakar politik menilai, kepergiannya dapat menandai kekacauan politik di Jepang, karena partai LDP kemungkinan akan terus berjuang untuk bergabung dengan partai oposisi, guna membentuk koalisi mayoritas di parlemen.
Dalam konferensi pers hari Minggu, Ishiba juga mengatakan ia bertanggung jawab atas kemunduran LDP dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat bulan Juli.
Menurut dia, pengunduran dirinya dimaksudkan untuk menghindari “perpecahan yang menentukan” dalam partai mengenai apakah akan mengadakan pemilihan pemimpin lebih awal.
Ishiba mengatakan ia merasa “sangat menyesal” atas kegagalannya memenuhi harapan publik, sembari menekankan strategi pertumbuhan ekonomi pemerintahnya, yang berfokus pada peningkatan upah, telah “membuahkan hasil.”
Tarif dagang dengan AS
Ia menyebut pemerintahannya mencapai tonggak sejarah dalam negosiasi tarif dagang dengan Presiden AS Donald Trump, sebagai alasan pengunduran dirinya. Karena itu ia berharap penggantinya akan mempertahankan hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat dan mitra utama lainnya.
Menurut sumber, Ishiba sempat mengancam akan membubarkan DPR dan mengadakan pemilihan umum cepat, namun hal itu menyebabkan reaksi keras dalam LDP.
Jajak pendapat media menunjukkan lebih dari 50 persen responden mengatakan pengunduran diri Ishiba tidak diperlukan.
Kritik terhadap Ishiba meningkat dalam beberapa hari terakhir, bahkan di antara sekutu-sekutunya, karena ia telah berjanji untuk tetap menjabat.
Suga, yang menjabat sebagai perdana menteri selama sekitar satu tahun sejak September 2020, dilaporkan khawatir kontes kepemimpinan dapat memperlebar perpecahan di dalam partai yang berkuasa.
Menteri Kehakiman Jepang, Keisuke Suzuki mengatakan “partai perlu bersatu dan mendapatkan kembali kepercayaan.”
Skandal dana politik
Laporan tinjauan pemilu LDP yang dirilis pada hari Selasa, lebih dari sebulan setelah pemilihan majelis tinggi, menunjuk skandal dana politik sebagai penyebab utama kemunduran partai.
LDP telah menghadapi pengawasan ketat atas terungkapnya beberapa fraksinya, termasuk salah satu fraksi sebelumnya dipimpin mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe, yang gagal melaporkan sebagian pendapatan dari acara pengumpulan dana dan menciptakan dana gelap.
Banyak anggota parlemen yang mendesak Ishiba untuk mundur adalah mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Abe.
Abe dikenal karena pandangannya yang keras dan pengaruhnya terhadap partai, baik selama maupun setelah masa jabatan perdana menteri. Ia dibunuh pada tahun 2022 saat berpidato dalam kampanye pemilu.(P-Jeffry W)
No Comments