PRIORITAS, 20/6/25 (Jakarta): Pemerintah Indonesia menghentikan proses akuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) oleh Grab Holdings Ltd (Grab). Pemerintah menilai rencana merger senilai US$7 miliar itu dapat menimbulkan monopoli dan merugikan pengemudi ojek online.
Keputusan ini muncul setelah regulator menerima laporan mengenai potensi dampak negatif terhadap struktur persaingan dan kesejahteraan pekerja digital di dalam negeri.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tiga narasumber dengan akses langsung ke pembicaraan internal mengonfirmasi bahwa pemerintah telah mengajukan sejumlah persyaratan tambahan sebelum memberi persetujuan merger.
“Dampak jangka panjang pada persaingan dan pendapatan pengemudi menjadi perhatian utama,” kata salah satu sumber seperti diwartakan Beritasatu.com yang melansir Reuters, Jumat (20/6/2025).
Di sisi lain, data Laporan Tahunan GoTo 2024 mencatat, 73,90 persen saham perusahaan dikuasai investor asing. SoftBank Group dan Taobao China Holding masing-masing memiliki 7,65 persen dan 7,43 persen saham.
Pertahankan kontrol domestik
Merespons kepemilikan tersebut, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyatakan pemerintah ingin mempertahankan kontrol domestik atas perusahaan teknologi strategis nasional.
“Pemerintah akan mengutamakan kepemilikan nasional atas perusahaan strategis digital,” ujar Dasco di Jakarta, Kamis (19/6/2025).
Ketegangan ini semakin memuncak setelah gelombang unjuk rasa muncul di berbagai kota sejak Mei lalu. Para pengemudi ojek online menolak akuisisi karena khawatir kehilangan pendapatan dan kontrol tarif.
“Kami khawatir tarif naik dan penghasilan kami justru turun,” kata Deni Sutisna, pengemudi ojek online di Bandung, Senin (12/5/25).
Mengikuti tuntutan tersebut, dua sumber menyebut pemerintah mewajibkan adanya perbaikan sistem bonus dan insentif bagi pengemudi jika akuisisi dilanjutkan.
Kemnaker belum terima dokumen
Namun hingga kini, Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer menyatakan belum menerima dokumen resmi terkait ketentuan ketenagakerjaan dari rencana merger tersebut.
“Sampai saat ini, kami belum menerima pemberitahuan rinci mengenai merger Grab-GoTo,” ucap Immanuel kepada wartawan, Rabu (18/6/2025).
Terlepas dari bantahan publik, Grab baru saja menghimpun dana sebesar US$1,5 miliar melalui penerbitan obligasi konversi yang dapat digunakan untuk akuisisi.
Respons GoTo
Sementara itu, GoTo yang saat ini memiliki valuasi sekitar US$4,4 miliar menyatakan belum menandatangani kesepakatan apa pun dengan pihak manapun.
“Kami belum melakukan perjanjian akuisisi dengan perusahaan mana pun,” tulis manajemen GoTo dalam keterbukaan informasi kepada BEI, Kamis (19/6/2025).
Jika merger ini terjadi, analis memperkirakan potensi efisiensi biaya operasional. Meski begitu, kedua perusahaan masih mencatat kerugian sejak melantai di bursa.
Menurut data LSEG, valuasi Grab telah anjlok dari US$40 miliar saat IPO melalui SPAC pada 2021 menjadi hanya US$19 miliar tahun ini.
Kendati banyak pihak dimintai tanggapan, Kementerian Perhubungan belum memberikan pernyataan resmi terkait perkembangan merger ini. (P-Khalied Malvino)