PRIORITAS, 25/1/25 (Jakarta): Manajemen gudang yang baik saat memasuki masa panen sangat penting untuk memastikan kelancaran distribusi, penyimpanan, serta menjaga kualitas dan kuantitas produk yang akan dipanen. Pasalnya, pada saat panen volume barang yang masuk akan meningkat, sehingga memerlukan pengelolaan yang lebih efisien agar tidak terjadi kerugian akibat kerusakan, pemborosan, atau kesalahan dalam pengelolaan.
Untuk itu Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengingatkan Perum Bulog untuk segera mengevaluasi manajemen gudang sebagai persiapan menghadapi lonjakan pasokan beras akibat memasuki masa panen.
Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan terkait dengan pentingnya pengelolaan logistik pangan yang lebih baik guna menjaga kestabilan pasokan beras di pasar dan mencegah terjadinya kesalahan dalam pendistribusian atau penumpukan barang sebagai persiapan musim panen raya.
“Nah sekarang akan masuk Februari, Maret, dan April panen raya. Jadi beras Bulog karena panen raya tidak boleh keluar dulu. Bulog harus menyerap sebanyak-banyaknya agar di petani harganya 6.500 (harga gabah kering panen),” kata Zulhas dalam keterangan di Jakarta, setelah meninjau Gudang Bulog, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (25/1/25).
Manajemen gudang
Zulkifli mengatakan, selain harus menyerap gabah petani, Bulog juga perlu melakukan manajemen gudang yang baik dengan melibatkan berbagai pihak, salah satunya pemerintah daerah.
Menurut dia, gudang baru sangat diperlukan untuk menyerap hasil panen. Selain itu, beras yang sudah terlalu lama biarkan menumpuk di gudang dapat menurunkan kualitas. “Kalau beras ini masuk (gudang) bulan Januari atau Juni 2024 kan setahun. Itu juga harus bisa dibagikan karena bisa mutunya turun dan nggak bisa dimakan lagi,” katanya.
Meski demikian, Zulkifli mengatakan, saat ini, cadangan beras di Bulog sudah sangat banyak. Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan kebingungannya mencari tempat penampungan hasil panen pertanian yang diprediksi akan melimpah tahun ini.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi diperkirakan akan naik hingga 50 persen pada Januari, Februari, dan Maret. Begitu juga dengan produksi jagung yang mengalami lonjakan luar biasa.
“Justru sekarang kita lagi bingung ini. Karena kapasitas industri pabrik kita itu nggak akan cukup menampung hasil produksi kita tahun ini. Oleh karena itu kita larang impornya,” kata Zulhas.
Ia menjelaskan, produksi jagung diperkirakan mencapai 20 juta ton, sementara kebutuhan domestik hanya sekitar 11 juta ton. Ini menyebabkan pihaknya harus mengambil langkah tegas untuk melarang impor jagung, beras, dan produk pertanian lainnya, demi menjaga keseimbangan pasar dalam negeri.
Zulhas menambahkan, pemerintah kini sedang bekerja keras bersama Kementerian Pertanian dan Bulog untuk membeli hasil panen petani, agar tidak terjadi penurunan harga yang merugikan mereka. “Kami sedang mengoordinasikan seluruh stakeholder untuk mendukung Bulog dalam menampung hasil panen ini,” katanya dikutip Antara. (P-bwl)