Tonton Youtube BP

Menggenggam tikus: Pragmatisme Tiongkok menjadi cermin tata kelola Indonesia

Jeffrey Rawis
19 Nov 2025 11:46
3 minutes reading

Oleh: Elkana Lengkong/Wartawan Beritaprioritas

Indonesia, sebuah negeri yang diberkahi dengan kekayaan alam luar biasa, sering digambarkan sebagai “ratna mutu manikam” atau “zamrud khatulistiwa“. Syair lagu Koes Plus bahkan menggambarkannya sebagai “kolam susu,” tempat “tongkat dan kayu jadi tanaman”.

Negara ini memiliki tambang emas terbesar kedua di dunia yang dikelola Freeport, tambang nikel nomor satu, serta sumber daya alam melimpah seperti timah, batu bara, gas alam cair, minyak, dan kekayaan laut seperti ikan tuna, udang vaname, dan lobster mutiara.

Namun, di tengah kemewahan ini, muncul sebuah pertanyaan yang mengusik: mengapa kemiskinan masih menjadi masalah yang mendera?

Garis kemiskinan

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Maret 2025, ada 23,85 juta jiwa penduduk miskin (8,47 persen), meskipun angka ini menurun dari 8,57 persen pada September 2024. Garis kemiskinan pada Maret 2025 ditetapkan sebesar Rp609.160 per kapita per bulan.

Lebih mengkhawatirkan lagi, Bank Dunia pada tahun 2024 menempatkan Indonesia di peringkat keempat negara dengan persentase penduduk miskin terbanyak di dunia. Sekitar 171,8 juta jiwa, atau 60,3 perseb populasi, hidup di bawah garis kemiskinan internasional $6,85 dolar AS per hari (PPP 2017).

Pertanyaan pun muncul: di mana letak kelemahan tata kelola yang seharusnya mampu mengintegrasikan potensi sumber daya alam ini untuk kemakmuran rakyat?

Tindakan nyata atasi kemiskinan

Mungkin, jawabannya terletak pada pragmatisme yang berani, bukan sekadar retorika. Perlu adanya tindakan nyata untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, serta memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM).

Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang fokus pada pembangunan kualitas SDM melalui program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan Sekolah Rakyat bisa menjadi langkah awal.

Belajar dari ‘negeri tirai bambu’

Inspirasi pragmatisme bisa kita tengok dari Tiongkok. Meskipun dikenal dengan ideologi komunisnya, Tiongkok di bawah pemimpin visioner Deng Xiaoping berhasil mengubah nasib bangsa dengan filosofi sederhana:

“Tidak peduli kucing itu hitam atau putih, asalkan bisa menangkap tikus”.

Filosofi yang dikenal sebagai Teori Kucing (Māo Lùn) ini lahir dari stagnasi ekonomi Tiongkok setelah era Mao Zedong. Deng berani menempatkan hasil di atas ideologi, di mana “kucing hitam” adalah metafora untuk kebijakan sosialis, “kucing putih” untuk kebijakan kapitalis, dan “tikus” melambangkan kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi.

Deng berargumen bahwa selama kebijakan tersebut efektif dalam “menangkap tikus,” maka itulah yang terbaik untuk negara.

Pendekatan ini memicu reformasi dan keterbukaan, membuka Tiongkok untuk investasi asing, dan mendirikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Shenzhen.

Langkah berani ini, meskipun terkesan kontradiktif dengan ideologi komunis, mengubah Tiongkok menjadi raksasa ekonomi, mengangkat jutaan rakyat dari kemiskinan, dan menjadikannya pusat manufaktur dunia.

Saat ini, Tiongkok memimpin di berbagai bidang teknologi, termasuk 5G, yang membuktikan bahwa fokus pada efektivitas dan hasil akhir jauh lebih penting daripada terjebak dalam perdebatan ideologis.

Tiga pelajaran berharga

Kisah Deng Xiaoping dan Teori Kucing-nya memberikan pelajaran penting:
Prioritaskan Hasil, Bukan Dogma: Hasil nyata yang efektif sering kali lebih bermanfaat daripada sekadar mempertahankan idealisme.

Fleksibilitas Menghasilkan Inovasi: Beradaptasi dan mencoba pendekatan baru, bahkan yang bertentangan dengan keyakinan lama, dapat membuka jalan menuju kemajuan.

Keberanian Mengambil Risiko: Pemimpin harus berani keluar dari zona nyaman ideologi demi kesejahteraan rakyat yang lebih besar.

Inspirasi dari Tiongkok ini menunjukkan bahwa kunci kemajuan bukanlah label ideologi, melainkan pragmatisme, keberanian, dan fokus pada tujuan. Seperti kata Deng, selama tikus tertangkap, warna kucing tidaklah penting.***

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x