31.5 C
Jakarta
Wednesday, June 4, 2025

    Menciptakan pertemanan positif bagi kesehatan mental Gen Z

    Terkait

    Oleh Intan Maharani*)

    PERTEMANAN positif penting bagi kesehatan mental remaja, karena mampu menciptakan lingkungan yang mendukung dan aman secara emosional.

    Pasalnya, pertemanan memegang peran penting dalam proses pencarian jati diri, terutama bagi remaja. Dalam masa perkembangan ini, individu sangat membutuhkan hubungan yang sehat dan mendukung. Hubungan sosial yang berkualitas membawa perubahan nyata dalam cara seseorang membangun dan menjaga relasi sosial.

    Salah satunya ialah pertemanan positif yang menjadi pondasi kuat bagi kesehatan mental generasi Z. Hubungan positif dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan kepercayaan diri, serta memperkuat kemampuan regulasi emosi. Oleh karena itu, membangun dan menjaga pertemanan yang sehat dan positif menjadi hal penting bagi kesejahteraan psikologis mereka.

    Generasi Z dan tantangan kesehatan mental

    Generasi Z merupakan kelompok masyarakat yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di tengah perubahan sosial yang cepat dan kompleks, sehingga menghadapi tantangan mental yang berbeda dari generasi sebelumnya. Banyak di antara mereka mengalami stres, kecemasan, dan gangguan emosional akibat tekanan akademis, tuntutan sosial, serta pencarian jati diri yang belum stabil.

    Dalam konteks ini, hubungan positif dalam pertemanan menjadi penting bagi kesehatan mental mereka. Kesehatan mental pada generasi Z menjadi sorotan global.

    Berdasarkan survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), tercatat, sekitar 17 juta remaja di Indonesia usia 10–17 tahun mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan sosial, khususnya dari teman sebaya, menjadi sangat penting untuk membantu mereka menghadapi berbagai tekanan kehidupan.

    (Dok/Ist)

    Peran hubungan positif dalam menunjang kesehatan mental

    Berdasarkan teori psikologi positif dari Martin Seligman, hubungan yang bermakna ialah salah satu pilar kebahagiaan. Dalam pertemanan yang sehat, seseorang merasa diterima, didengar, dan dimengerti. Ini membuat mereka merasa aman secara emosional.

    Carr (2004) menyatakan, dukungan sosial dari teman membantu meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi risiko isolasi sosial. Orang yang punya sahabat dekat biasanya lebih tahan menghadapi tekanan hidup. Stuart dan Laraia (2005) juga mengatakan, hubungan sosial yang kuat dapat memperkuat kemampuan beradaptasi dan mencegah gangguan mental.

    Teman berperan dalam mendorong kemampuan berpikir rasional dan mengurangi reaksi impulsif. Ini membantu remaja mengontrol diri saat menghadapi tekanan, seperti tugas sekolah atau konflik keluarga. Dengan dukungan teman, remaja merasa lebih tenang dan tidak sendiri.

    Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

    Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi bagaimana hubungan pertemanan dapat berdampak pada kesehatan mental. Faktor internal meliputi kepribadian, pengalaman masa lalu, dan kondisi biologis. Remaja dengan kepercayaan diri rendah atau pengalaman traumatis cenderung lebih sulit membangun relasi sosial yang sehat.

    Sementara itu, faktor eksternal mencakup lingkungan keluarga, komunitas, serta kondisi sosial ekonomi. Fakhriyani (2017) menyatakan, lingkungan sosial yang suportif menjadi benteng awal dalam mencegah stres psikologis. Ketika keluarga kurang memberikan dukungan emosional, teman seringkali menjadi tempat pelarian yang paling aman.

    Selanjutnya, Yulianti & Ariasti (2020) menemukan, sekitar 45,8 persen remaja mengalami tekanan psikologis karena konflik relasi, baik dengan teman maupun keluarga. Sehingga, membentuk relasi pertemanan yang positif merupakan bagian dari upaya membangun kesehatan mental kolektif dalam lingkungan sosial remaja.

    Strategi memperkuat hubungan pertemanan positif

    Agar pertemanan dapat memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan mental, perlu adanya kesadaran dan keterampilan sosial tertentu. Beberapa strategi berikut dapat diterapkan:

    1. Latih empati sejak dini, kemampuan memahami perasaan orang lain membuat hubungan pertemanan lebih tulus dan tahan lama.
    2. Luangkan waktu untuk kebersamaan, kegiatan sederhana seperti berkumpul, bermain game, atau berbincang santai dapat mempererat hubungan.
    3. Jaga komunikasi tetap terbuka, menyampaikan isi hati tanpa takut dihakimi merupakan kunci dalam membangun relasi yang sehat.
    4. Berani menyelesaikan masalah, jika terjadi konflik hadapilah dengan kepala dingin.
    5. Ciptakan lingkungan yang aman secara emosional, berada di sekitar orang-orang yang tidak menghakimi menciptakan rasa aman.

    Pertemanan positif merupakan fondasi penting bagi kesehatan mental generasi Z yang menghadapi berbagai tekanan kehidupan. Dengan membangun dan menjaga hubungan sosial yang sehat, remaja dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi risiko gangguan psikologis. Oleh karena itu, mari kita dukung dan ciptakan lingkungan pertemanan yang hangat dan suportif demi masa depan mental yang lebih baik. ***

    *) Penulis adalah mahasiswa jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

    Viral

    1 COMMENT

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini