Mikheil Kavelashvili. (Foto AP Photo)
PRIORITAS, 14/12/24 (Tbilisi): Karier seorang pemain sepak bola di Georgia ini ternyata benar-benar gemilang. Ya, mantan pemain sepak bola Mikheil Kavelashvili tersebut kini resmi memenangkan kursi presiden di negerinya.
Satu hal lagi, kemenangannya terjadi di tengah kekacauan politik di negara tersebut.
AP dan AFP melansir, Kavelashvili yang berusia 53 tahun ini dengan mudah memenangkan suara mengingat partainya, Georgian Dream, mengendalikan dewan elektoral.
Diketahui, negara ini memilih presiden melalui dewan elektoral sejak 2017.
Pernah main di Liga Premier Inggris
Media mengabarkan selanjutnya, Kavelashvili merupakan seorang penyerang di Liga Premier Inggris yang pernah bermain untuk Manchester City.
Selain itu, dia pernah juga menjajal kemampuan di beberapa klub di Liga Super Swiss.
Selanjutnya, dia terpilih menjadi anggota Parlemen pada tahun 2016 mewakili partai Georgian Dream.
Lalu, pada tahun 2022, ia ikut mendirikan gerakan politik People’s Power, dimana bersekutu dengan Georgian Dream dan dikenal karena retorika anti-Baratnya yang kuat.
Penulis undang-undang
Disebutkan pula, Kavelashvili menjadi salah satu penulis undang-undang kontroversial dimana mengharuskan organisasi yang menerima lebih dari 20 persen pendanaan mereka dari luar negeri untuk mendaftar sebagai “organisasi asing.” Ini mirip dengan undang-undang Rusia yang digunakan untuk mendiskreditkan organisasi kritis terhadap pemerintah.
Kini, partai ini berkuasa baik di Parlemen, dewan kota, dan badan legislatif daerah. Georgian Dream mempertahankan kendali Parlemen di negara Kaukasus Selatan itu dalam pemilihan 26 Oktober 2024 yang menurut oposisi telah dicurangi setelah adanya indikasi campur tangan Rusia.
Karena itu, para kritikus menuduh Georgian Dream – dan didirikan oleh Bidzina Ivanishvili, seorang miliarder misterius yang meraup kekayaannya di Rusia – menjadi semakin otoriter dan condong ke arah Moskow. Namun tuduhan ini dibantah oleh partai yang berkuasa. Namun, partai tersebut baru-baru ini mendorong undang-undang yang mirip dengan yang digunakan oleh Kremlin untuk menindak kebebasan berbicara dan hak-hak LGBTQ+.
Kendati telah jadi presiden, Kavelashvili diejek pihak oposisi Georgia karena tidak memiliki pendidikan tinggi. Beberapa pengunjuk rasa di luar gedung Parlemen Tbilisi pada Sabtu (14/12/24) pagi ini bahkan membawa ijazah universitas mereka dan sementara yang lain menendang bola. Ini jelas ejekan bagi presiden terpilih tersebut. (P-jr)