Ilustrasi pedagang jamu. (iStockhoto)Efeknya bukan tambah kuat, malah bikin tubuh drop dan memberi sinyal lampu kuning. Jamu bukan cheat code energi; salah takaran malah bikin loyo. Perubahan warna urine yang makin pekat juga muncul pada konsumsi berlebihan. Itu tanda fungsi hati mulai menurun. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi HILI.
“Masalahnya bukan pada jamunya, namun pada takarannya. Banyak orang Indonesia mengonsumsi jamu layaknya orang yang sedang minum air putih,” imbuhnya.
Masalah makin parah ketika jamu diminum setelah olahraga, saat tubuh masih repot memproses sisa metabolisme. Organ yang sudah sibuk malah dipaksa kerja ekstra. Riset Jurnal of Hepatology tahun 2022 menunjukkan lebih dari 20 persen kasus gagal hati di Asia Tenggara dipicu konsumsi jamu dan herbal secara berlebihan. Dampaknya sering datang diam-diam tanpa gejala awal.
“Pada saat berolahraga, hati dan ginjal kita masih sibuk memetabolisme asam laktat dan sisa hasil latihan. Kalau kondisi ini masih ditambah dengan mengonsumsi jamu, maka hati dan ginjal akan bekerja lebih keras lagi sehingga membuat hati kewalahan,” papar dr. Syifa.
Intinya, organ tubuh bukan mesin turbo; ada batas yang harus dihormati. Jamu tetap boleh diminum, asal porsinya wajar dan tubuh tidak sedang terlalu lelah. Hati memang regeneratif, tetapi kapasitas perbaikan ada limitnya. Ketika kerusakan melewati 60 persen, stamina dan kemampuan tubuh memproses racun langsung turun drastis.
“Sebenarnya kondisi tubuh seseorang bisa cukup sehat hanya dengan istirahat dan olahraga yang terukur,” tutup dr. Syifa. (P-Khalied M)
No Comments