Ilustrasi autimun. (iStockphoto)Tinjauan Naratif dari NIH mengenai prevalensi autoimun menyoroti peran kromosom seks dan perubahan hormon.
Perempuan memiliki dua kromosom X, yang menurut penelitian turut memengaruhi risiko. Publikasi di PubMed Central menunjukkan gen Kdm6a lebih aktif pada sel imun perempuan.
Temuan UCLA Health memperkuat hal tersebut. Studi pada hewan menunjukkan penghapusan gen Kdm6a menurunkan peradangan dan aktivitas penyakit pada model multiple sclerosis.
Ada pula molekul Xist yang bertugas menyeimbangkan kromosom X, namun dapat membentuk kompleks molekuler yang berpotensi memicu reaksi autoimun.
Tubuh perempuan, dalam hal ini, bekerja terlalu efisien hingga menimbulkan masalah baru. Pakar reumatologi dari Johns Hopkins Arthritis Center, Ana-Maria Orbai, menjelaskan penyebab autoimun masih luas dan belum bisa ditetapkan.
“Kadar hormon pada perempuan usia reproduktif mungkin meningkatkan kerentanan,” ujar Orbai.
Ia menambahkan, hipotesis tersebut belum memiliki bukti kuat. Kombinasi faktor genetik dan lingkungan membuat autoimunitas sulit dipetakan, dan alasan perempuan lebih sering terdampak masih terus diteliti.
Perkembangan pengobatan mulai bergerak ke arah yang lebih optimis. Times of India melaporkan pendekatan baru—seperti terapi sel CAR-T—sedang diuji untuk “mengatur ulang” sistem imun pada kondisi seperti lupus.
Ada pula pemrograman ulang imun, yaitu obat yang menarget perilaku sel imun agar lebih terkontrol. Sementara itu, metode diagnostik baru seperti studi proteomik memungkinkan prediksi flare lupus lebih awal, sehingga perawatan dapat dilakukan secara lebih personal dan tepat waktu. (P-Khalied M)
No Comments