Alvernia Liu (kiri) dan piagam penghargaan khusus “Social Impact Ambassador 2025”, bersama ibunda Merry Riana. (Dok. MERI)PRIORITAS, 9/11/25 (Jakarta): Sebuah kado istimewa untuk Alvernia Mary Liu jelang ulang tahun “sweet seventeen” Selasa 11 November 2025. Putri motivator dan entrepreneur kenamaan Merry Riana itu mendapat penghargaan khusus berupa anugerah “Miss Tionghoa Indonesia Social Impact Ambassador 2025”.
Special Award itu sudah diserahkan 5 Oktober 2025 lalu dalam Grandfinal ajang pencarian bakat Miss Tionghoa Indonesia (MTI) 2025 di Ballroom Hotel Aryaduta Menteng Jakarta, yang dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Namun momentum itu seperti luput dari perhatian, dan baru terekspos beberapa hari lalu, menjelang ulang tahun ke-17 siswa SMA Jakarta Intercultural School (JIS) itu.
“Ya, dalam penyelenggaraan Miss Tionghoa Indonesia tahun 2025, kami memberikan penghargaan khusus kepada Alvernia Liu sebagai ‘Social Impact Ambassador’ karena dalam berbagai aktivitasnya dia memberi dampak sosial bagi orang-orang di sekelilingnya,” ungkap National Director MTI, Nita Kartika, saat dikonfirmasi Beritaprioritas akhir pekan ini.
Nita menjelaskan, dalam event MTI ke-2 tahun 2025, pihaknya memang sengaja mencari sosok wanita muda Indonesia peranakan yang selain unggul dalam pendidikan formal, tapi juga aktif berkarya dalam bidang apapun, dan aktivitasnya itu memberi dampak sosial bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya.
“Nama Alvernia Liu muncul berdasarkan masukan beberapa pihak. Tim kami lalu melakukan penelusuran dengan mengikuti jejak digital Alvernia melalui media sosial, dan ternyata anaknya memang luar biasa. Dalam usia segitu, dia sudah memiliki pencapaian yang membanggakan, bukan hanya untuk dirinya tapi juga berdampak untuk orang lain,” kata Nita Kartika yang juga menjadi penyelenggara ajang Top Model Indonesia di bawah bendera Peraga Indonesia.
“Alvernia bukan hanya sekadar putri seorang Merry Riana. Dia memiliki energi sendiri untuk menjadi dirinya sendiri meskipun tentu saja tak terlepas dari pengaruh orang-orang terdekatnya,” ucap Nita.

Alvernia (kedua dari kiri) dan keluarga, bersama Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam acara Grandfinal Miss Tionghoa Indonesia 2025 di Jakarta di mana Alvernia menerima penghargaan “Social Impact Ambassador 2025”. (Dok. MERI)
Dampak sosial
Melalui wawancara via WhatsApp, Alvernia yang akrab disapa Vern, menjawab semua pertanyaan dengan tuntas. Mulai dari data diri sampai aktivitas-aktivitas dan apa saja yang sudah dan ingin dicapai.
Vern lahir di Singapura 11 November 2008 dari pasangan orangtua Alva Christopher Tjenderasa dan Riana (yang kemudian dikenal dengan nama populer Merry Riana). Saat ini ia duduk di bangku SMA Jakarta Intercultural School yang sebelumnya bernama Jakarta International School., sama-sama disingkat JIS.
Alvernia juga menempuh pendidikan nonformal antara lain Wharton Statistical Data Analysis Course, dan Columbia University Business, Finance, and Economics Summer Program.
Kegiatan Alvernia yang memberi dampak sosial dimulai dari sekolah. Di dalam kegiatan sekolah, Alvernia menjadi Presiden National Honor Society (NHS) di JIS, yaitu memberikan bimbingan belajar (bimbel), membangun ulang situs web dan akun Instagram NHS, menyelenggarakan Olimpiade tingkat Provinsi, serta memperluas dampak akademik organisasi di seluruh lingkungan sekolah.
Selain itu, Alvernia adalah Head of Social Challenges and Children’s Network di Service Council (JIS). Ia juga memimpin penyelenggaraan Hari Anak di sekolahnya yang melibatkan lebih dari 50 anak pengungsi, anak berkebutuhan khusus, dan anak-anak dari komunitas kurang beruntung.
Dalam kapasitasnya selaku Pendiri dan Pengurus DECA (Club Bisnis), Vern memimpin lebih dari 20 anggota dalam kompetisi bisnis tingkat nasional.
Vern juga merupakan pendiri Coinquest https://coinquest.id. Di situ ia mengajarkan lebih dari 5.500 remaja soal keterampilan keuangan praktis melalui workshop di puluhan sekolah-sekolah di Jawa, berdasarkan buku yang ia tulis Coinquest: 52 Money Formulas for Kids & Teens.
Selain itu, Alvernia juga merupakan Pembangun dan Edukator Acara CareerQuest – program edukasi untuk pengungsi – mengajar bidang STEM (Sains, Teknologi, Engineering/Teknik, dan Matematika) dan literasi keuangan kepada 30 remaja pengungsi asal Afghanistan.
Ia magang di Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) sebagai Content Creator & Educator, dan menjadi pembicara di TEDx Jakarta dengan topik “Small is the New Big”.
Alvernia juga merupakan Presiden Pendiri Merry Riana Future Leaders, sebuah organisasi kepemudaan di bawah bimbingan motivator ternama Asia yang notabene adalah ibundanya, Merry Riana. Ia memimpin lebih dari 30 remaja dalam pelatihan rutin setiap bulan yang berfokus pada pengembangan kepemimpinan, kemampuan berbicara, dan pertumbuhan pribadi.
Tak hanya itu. Vern juga mengikuti Musikal Komunitas seperti Kasih Menembus Batas, dan Musikal Benih yang Bernilai.

Alvernia dalam sebuah aktivitas yang dianggap membawa dampak sosial bagi orang-orang di sekelilingnya. (Dok. Alvernia)
Apresiasi
Atas semua prestasi yang sudah dicapai, berbagai apresiasi pun ia terima. Sebagai Juara 1 Technovation Girls Regional Asia, ia menjadi perwakilan pembicara di ASEAN Secretariat.
Ia juga menerima National Honor Society (NHS), sebuah organisasi prestisius di Amerika Serikat, yang memberikan pengakuan kepada siswa sekolah menengah atas yang unggul dalam empat pilar utama: akademik, kepemimpinan, pelayanan, dan karakter.
Selain itu, Alvernia menerima penghargaan “Spotlight Scholar” dari Cambridge Centre for International Research (CCIR) — diberikan kepada siswa yang menunjukkan hasil penelitian yang luar biasa. Melalui penelitiannya, Vern menemukan adanya keterkaitan antara tingkat edukasi dan penggunaan keuangan digital, serta perbedaan akses terhadap digital financial tools berdasarkan gender.
Vern juga menerima Medali Silver di World Economics Challenge and Competition (WECC). Medali perak lainnya ia peroleh di Indonesia National Science Enterprise Challenge.
Hasrat besar berinteraksi
Ditanya tentang hasrat dalam hidupnya, Vern mengatakan bahwa ia memiliki hasrat besar untuk berinteraksi dengan anak-anak dan remaja, sekaligus menyalakan harapan di dalam diri mereka melalui pendidikan yang bermakna.
“Sejak dulu, saya percaya bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa yang menunggu untuk ditemukan. Dan ketika mulai menyadari potensi itu, mereka akan berani bermimpi, berjuang, dan mewujudkan masa depan yang diimpikan,” katanya.
“Saya selalu senang berada di tengah orang lain — mendengarkan cerita mereka, membantu saat bisa, dan membuat mereka tersenyum. Tanpa saya sadari, kebiasaan sederhana itu tumbuh menjadi tujuan hidup: membantu orang lain menemukan potensi mereka dan percaya bahwa mereka mampu mencapai lebih,” ungkap Vern yang kemudian bilang semangat itu semakin terlihat ketika duduk di bangku SMA.
Salah satu pengalaman paling berharga adalah ketika dia mewawancarai sepuluh tokoh publik Indonesia, yaitu Raffi Ahmad, Cinta Laura, Maudy Ayunda, Merry Riana, Oscar Darmawan, Angga Sasongko, Armand Maulana, Angkie Yudistia, Dino Patti Djalal, dan Ronald Wijaya.
“Dari setiap percakapan itu, saya belajar bahwa kunci kesuksesan bukan hanya kerja keras, tetapi keyakinan terhadap diri sendiri. Nilai inilah yang terus saya pegang dan bagikan kepada banyak orang — terutama melalui berbagai aktivitas sosial dan workshop Coinquest, di mana saya membantu ribuan remaja menemukan potensi mereka, membangun kepercayaan diri, dan berani bermimpi lebih besar.”
Prinsip hidup

Ketika menulis buku ‘Coinquest’, Alvernia melalkukan riset. Semua orang memiliki waktu yang sama, 24 jam, tetapi kenapa hasil bisa berbeda? “Perbedaan terbesar bukan terletak pada berapa banyak waktu yang kita punya, melainkan bagaimana kita menggunakannya,” kata Vern. (Dok. Alvernia)
Alvernia menceritakan, ketika menulis buku Coinquest dan melakukan riset tentang kisah orang-orang sukses di dunia, ia menyadari satu hal penting: kita semua memiliki jumlah waktu yang sama dalam sehari: 24 jam.
“Saya memiliki 24 jam. Orang tua saya memiliki 24 jam. Begitu juga dengan Bapak Presiden, para pengusaha, artis, maupun konglomerat. Namun mengapa hasil hidup kita bisa begitu berbeda?” ujarnya bernada tanya.
“Dari situlah saya belajar, bahwa perbedaan terbesar bukan terletak pada berapa banyak waktu yang kita punya, melainkan bagaimana kita menggunakannya. Untuk mencapai kesuksesan, kita harus memastikan setiap jam kita digunakan seproduktif dan sebermakna mungkin. Saat saya menyadari ada waktu yang terbuang untuk hal-hal yang kurang penting, saya belajar untuk menggantinya dengan sesuatu yang bernilai dan dapat membawa saya lebih dekat pada tujuan hidup saya,” ungkap Alvernia lagi.
Orangtua idola
Ketika ditanya sosok orangtua di mata dia, Alvernia menjawab bahwa kedua orang tuanya adalah idolanya. “Saya sangat bersyukur memiliki orang tua yang saling melengkapi. Ibu yang menyalakan mimpi, dan ayah yang menuntun arah langkah saya untuk mencapainya. Tanpa bimbingan dan doa mereka berdua, saya tidak akan menjadi diri saya yang sekarang,” kata Vern.
“Namun, bagi saya, orang tua bukan hanya sosok panutan, tetapi juga sahabat terbaik. Saya selalu merasa bebas untuk berbagi pikiran, bercerita, dan berdiskusi tentang berbagai hal seru dengan mereka,” katanya lagi.
Melihat aktivitasnya yang begitu padat, apakah ia tetap bisa menikmati masa anak-anak dan remaja seperti kebanyakan anak dan remaja lainnya?
“Tentunya! Sebagai seorang ekstrovert, saya sangat suka berinteraksi dan menghabiskan waktu bersama teman-teman saya. Hampir setiap minggu, saya menghadiri acara ulang tahun atau kegiatan seru bersama mereka. Orang tua saya pun sampai heran bagaimana saya masih bisa berenergi setelah mengikuti acara berturut-turut!” ujarnya.
Di sela kesibukannya, ia mengaku selalu menyempatkan waktu untuk menekuni hobi yang ia cintai, yaitu melukis dan mengedit video vlog.
Ditanya akan kuliah di mana setelah lulus SMA nanti, ia mengatakan, karena sangat tertarik untuk membantu anak muda, khususnya dalam bidang edukasi dan literasi keuangan, ia berencana untuk melanjutkan studi di luar negeri dengan mengambil jurusan Ekonomi atau Finance. Saat ini, katanya, ia sudah mulai mendaftar ke beberapa universitas internasional.
Diminta komentarnya soal anugerah “Miss Tionghoa Indonesia Social Impact Ambassador”, ia merasa sangat bersyukur. “Karena bagi saya, penghargaan ini bukan sekadar tentang gelar atau titel. Lebih dari itu, ini adalah sebuah platform untuk memperluas dampak dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat,” kata Alvernia.
“Melihat semua perempuan hebat yang terpilih sebagai Miss Tionghoa Indonesia sungguh menginspirasi saya — mereka menunjukkan keberagaman dan potensi luar biasa dari generasi muda Indonesia. Saya merasa terhormat dapat membawa penghargaan ‘Social Impact Ambassador 2025’ ini dalam setiap langkah yang saya ambil, sebagai pengingat bahwa kita semua dapat terus membangun generasi muda yang cerdas, berdaya, dan berdampak positif bagi sesama,” ujarnya lagi.
Komentar Merry Riana

Alvernia Liu di panggung Miss Tionghoa Indonesia 2025 sesaat sebelum menerima penghargaan. (Dok. MERI)
Lalu, apa komentar sang ibunda, Merry Riana, terhadap anugerah “Social Impact Ambassador 2025” yang diraih Alvernia?
“Sebagai orang tua, kebahagiaan terbesar bukan ketika anak kita menjadi hebat, tetapi ketika ia menjadi berguna. Dan melihat Vern — di usianya yang baru 16 tahun — dipercaya sebagai ‘Social Impact Ambassador 2025’ dalam ajang Miss Tionghoa Indonesia, sungguh membuat saya sangat bersyukur dan bangga,” ungkap Merry Riana.
Sejak kecil, katanya, Vern tumbuh dengan banyak melihat, mendengar, dan menyerap. Ternyata nilai-nilai yang ia lihat sejak kecil — tentang memberi, berbagi, dan melayani — tidak hanya berhenti di matanya, tapi masuk ke hatinya.
“Hari ini saya melihat ia tidak hanya meniru, tetapi menghidupkan itu semua dengan caranya sendiri. Dengan karya yang ia ciptakan, inisiatif yang ia lakukan dan hal-hal baik yang ia bagikan. Dan sebagai ibu, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada melihat apa yang kita teladankan bisa bertumbuh di dalam dirinya,” katanya.
Merry berharap berharap gelar ini bukan menjadi beban, tetapi menjadi kesempatan. Bukan sekadar prestasi, tetapi menjadi panggilan. Semoga ini menjadi awal perjalanan Vern untuk menyentuh lebih banyak orang, memperluas dampak, dan memperkuat suaranya tentang hal-hal yang ia pedulikan—khususnya pendidikan, literasi keuangan, dan pemberdayaan anak muda.
Untuk Vern, Merry Riana berpesan yang menurutnya sederhana. “Tetaplah rendah hati, tetaplah melayani, dan tetaplah menjadi terang. Jangan pernah berhenti belajar, jangan pernah berhenti bertumbuh, dan jangan pernah takut untuk bermimpi lebih besar lagi. Dunia akan selalu butuh hati yang peduli dan tangan yang mau bekerja. Dan Mama yakin, kamu dilahirkan untuk kedua hal itu,” pesannya.
Merry Riana menutup pesannya kepada sang buah hati. “Ingat, Vern: Prestasi itu membanggakan. Tetapi kontribusi itulah yang membuat hidupmu bermakna. Dan hari ini, kamu sudah memulai langkah itu.” (P-rwt)
No Comments