Foto ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Bloomberg)PRIORITAS, 18/11/25 (Jakarta): Danantara Asset Management (DAM) menilai jumlah pesawat Garuda Indonesia yang tidak dapat beroperasi atau tengah grounded cukup banyak. Situasi ini menambah tekanan biaya karena perusahaan tetap harus membayar sewa.
Managinf Director Business-3, Danantara Asset Management, Febriany Eddy pesawat Garuda Indonesia itu memerlukan perbaikan. Belum diperbaikinya pesawat membebani keuangan perusahaan.
“Ketika pesawat grounded, tidak ada revenue, sementara fixed cost terus berjalan. Semakin lama penundaan, semakin besar pula ‘lubang’ yang harus ditutup,” ungkap Febriany dalam keterangan resmi, Selasa (18/11/25).
Garuda dan Citilink
Karena itu, perbaikan pesawat Garuda Indonesia maupun Citilink kini menjadi fokus utama. Langkah ini diharapkan dapat mengembalikan armada agar bisa beroperasi kembali.
Febriany menjelaskan terdapat empat pilar penting dalam transformasi Garuda Indonesia. Pilar tersebut meliputi peningkatan kualitas layanan pelanggan, pengembangan model bisnis yang lebih fleksibel, penguatan operasional yang berorientasi pada keselamatan dan keandalan, serta pembaruan teknologi untuk mendorong efisiensi.
“Danantara Indonesia berkomitmen penuh mendukung Garuda Indonesia. Namun, dalam proses transformasi ini, komitmen penuh dari Danantara Indonesia bukan ‘free lunch’. Bersama manajemen Garuda Indonesia, kami akan mengawal seluruh proses hingga tuntas,” imbuh Febriany.
Pemulihan grup Garuda Indonesia
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) terus mendorong pemulihan operasional grup Garuda Indonesia. Meski begitu, hanya rute yang memberikan keuntungan yang akan dijalankan agar tidak menambah tekanan finansial perusahaan.
Managing Director Danantara, Febriany Eddy, menargetkan seluruh armada Garuda Indonesia dan Citilink kembali beroperasi penuh pada 2026. Namun, penerbangan tetap harus berfokus pada rute-rute yang menghasilkan profit.
“Setelah dia return to service, tentu paralel harus dikerjakan. Kalau dia terbang, dia terbang rute mana? Rute-nya harus yang profitable harus lebih banyak pastinya,” kata Febri dalam temu media di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (14/11/25).
Profit sangat tipis
Ia memiliki data, profit maskapai dari tingkat keterisian pesawat masih sangat tipis. Karena itu, efisiensi operasional yang menghasilkan keuntungan perlu diwujudkan.
Febri mengakui tidak semua rute yang dilayani akan memberikan profit bagi maskapai pelat merah tersebut. Namun, ia menekankan, sebagian besar rute harus tetap mampu menghasilkan keuntungan.
“Mungkin 100 persen gak bisa di airline manapun juga gak ada yang 100 persen dia profitable. Tapi jumlah rute profitable harus naik significantly dan itu harus menjadi backbone Garuda. Jangan sampai dia pesawatnya terbang terus dia ngambil rute negatif,” tutur Febri. (P-*r/Zamir Ambia)
No Comments