PRIORITAS, 25/8/25 (Batam): Jernihnya air Telaga Bidadari di kaki hutan Tiban kerap membuat siapa pun terpesona. Bagi komunitas pencinta alam dan fotografer, tempat ini seolah menjadi “permata tersembunyi” Batam—sunyi, hijau, dan alami.
Namun, sejak pekan ini, akses menuju telaga resmi ditutup oleh Ditpam BP Batam. Alasannya jelas: menjaga kualitas air baku Waduk Muka Kuning, sumber utama air bersih bagi ratusan ribu warga Batam.
“Kawasan ini bukan tempat wisata, melainkan daerah tangkapan air (DTA) yang kebersihannya wajib kita jaga,” tegas Kepala Seksi Pengaman Objek Vital BP Batam, Genduk Afreni.
Kebijakan tersebut menuai kekecewaan. Alex, salah satu pegiat jelajah alam, mengaku sudah beberapa kali menapaki jalur menuju Telaga Bidadari. Baginya, telaga itu bukan sekadar air jernih, tetapi juga ruang untuk menenangkan diri.
“Setiap kali masuk, kami pastikan tidak meninggalkan sampah. Sayang sekali kalau ditutup total. Tempat itu bisa jadi sarana masyarakat untuk lebih dekat dengan alam,” ucapnya.
Meski kecewa, Alex memahami alasan BP Batam. Ia berharap ada jalan tengah, misalnya pemberlakuan izin terbatas. “Sehingga masyarakat tetap bisa menikmati keindahan alam, sekaligus tetap menjaga keberlanjutan air baku,” tambahnya.
Kini, hening kembali menyelimuti Telaga Bidadari. Di balik keindahannya, telaga itu menyimpan dilema: apakah ia akan tetap menjadi ruang kontemplasi bagi para pencinta alam, atau sepenuhnya menjadi benteng terakhir penyedia air bersih Batam. (P_Jeff K)