27.2 C
Jakarta
Monday, March 10, 2025

    Sritex pailit dan PHK ribuan karyawan, dulu pernah sangat berjaya, bahkan bikin seragam tentara NATO

    Terkait

    PRIORITAS, 3/3/25 (Sukoharjo, Jateng): Sebanyak 10.665 karyawan dan pekerja di Sritex Group terpaksa menerima pemutusan hubungan kerja alias PHK karena perusahaan tekstil itu stop beroperasi terhitung mulai 1 Maret 2025.

    Jumlah karyawan sebanyak itu bukanlah sedikit. Apalagi sebagian besar di antara mereka sudah bekerja di perusahaan tersebut berpuluh tahun lamanya. Mereka menggantungkan hidup keluarga di PT Sri Rejeki Isman Tbk yang dikenal dengan nama singkat Sritex.

    Tak ada yang menyangka, perusahaan tekstil berskala besar dan sudah mengukir banyak pencapaian sejak didirikan 1960 silam, bakal bernasib seperti ini: Gulung tikar.

    Bagi para pekerja, Sritex adalah segalanya untuk urusan ekonomi. Selama berpuluh tahun mereka bergelut ikut membesarkan perusahaan,rasa kekeluargaan di antara mereka sudah menyatu.

    Ribuan karyawan di PHK Sritex karena perusahaan tekstil tersebut dinyatakan pailit. Suasana haru menyelimuti pertemuan terakhir mereka di perusahaan. (Antara)

    Tapi apa daya, perusahaan tersebut harus ditutup karena dinyatakan pailit. Perusahaan tidak dapat membayar utang sehingga operasional harus dihentikan. Lebih dari itu, semua aset   perusahaan harus dilelang untuk membayar utang perusahaan.

    Dikutip dari berbagai sumber, gelombang PHK ini terjadi sejak Januari hingga akhir Februari 2025. Angka tersebut mencakup pekerja dari empat perusahaan dalam grup, yaitu PT Sritex Sukoharjo, PT Bitratex Semarang, PT Sinar Panja Jaya Semarang, dan PT Primayuda Boyolali.

    Momen pemberhentian massal karyawan dan pekerja Sritex berlangsung penuh haru dan viral di media sosial saat Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, berbaur dengan para karyawannya.

    Kabarnya, pihak manajemen perusahaan Sritex sangat peduli terhadap nasib para karyawannya. Semua hak karyawan mereka penuhi, mulai dari pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak kerja, sesuai masa kerja masing-masing karyawan.

    Bermula dari Pasar Klewer

    Diketahui, bisnis ini pertama kali didirikan oleh Haji Muhammad (HM) Lukminto, pebisnis berdarah Tionghoa yang sebenarnya terlahir dengan nama Ie Djie Shien di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada 1 Juni 1946.

    Di usianya yang ke-20 tahun atau pada 1966, HM Lukminto mengawali kariernya dengan berdagang di Pasar Klewer Solo. Laba dagangan ini dimanfaatkan oleh HM Lukminto untuk membangun pabrik tekstil bernama UD Sri Rejeki Isman di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pabrik ini menghasilkan dua produk, yakni kain putih dan berwarna.

    Skala bisnis perusahaan HM Lukminto semakin berkembang, hingga pada tahun 1978, perusahaan ini terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai Perseroan Terbatas (PT).

    Lalu pada tahun 1982, Sritex pertama kali mendirikan perusahaan tenun (weaving). Sepuluh tahun setelahnya, dilakukan ekspansi pabrik Sritex dengan 4 lini produksi, yaitu pemintalan (spinning), penenunan (weaving), sentuhan akhir (finishing), dan busana (garment), dalam satu atap.

    Salah satu gedung perkantoran PT Sritex. (Ist.)

    “Go International”

    Sritex terus mengembangkan jangkauan produknya, termasuk menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman setelah menerima sertifikat dari organisasi terkait. Hingga kini, Sritex sudah membuat pakaian militer untuk lebih dari 33 negara.

    Berdiri sejak tahun 1968, Sritex melewati sejumlah situasi. Seperti pada tahun 2001, Sritex dinyatakan berhasil melewati krisis moneter 1998, bahkan melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat.

    Sritex juga berhasil bersaing secara global, hingga pada tahun 2013, perusahaan ini resmi terdaftar sahamnya di BEI dengan kode emiten SRIL.

    Sejak itu, Sritex dan jajaran direksinya tak henti menerima penghargaan. Seperti Iwan Lukminto yang menerima penghargaan sebagai Businessman of The Year dari Majalah Forbes dan EY Enterpreneur of The Year dari Ernst & Young (2014).

    Sritex juga menerima beberapa penghargaan MURI sebagai Pelopor dan Penyelenggaraan Penciptaan Investor Saham Terbesar dalam Perusahaan (2015) sampai Best Performance Listed Companies dari Majalah Investor (2016).

    Laba perseroan pada tahun 2012 Sritex menyentuh angka Rp229 miliar. Pencapaian ini mengalami peningkatan sebanyak Rp68 miliar daripada tahun sebelumnya.

    Tapi sayangnya, kali ini Sritex tak bisa melewati badai hingga dinyatakan pailit dan berujung melakukan PHK kepada ribuan karyawannya.

    Para karyawan Sritex sempat mengadukan nasib kepada Presiden Prabowo Subianto. Kemenaker diterjunkan untuk mengatasi masalah, tapi pada akhirnya perusahaan harus tutup dan PHJK besar-besaran tak terhindarkan. (Suara.com)

    Bangkrut

    PT Sritex tutup karena bangkrut dan tidak mampu melunasi utang-utangnya. Mereka kesulitan membayar utang jangka pendek karena arus kas Sritex yang tercatat negatif pada 2020.

    Hal itu diperparah kondisi pandemi berkepanjangan dan keraguan pelanggannya bisa melunasi piutang-piutang usaha perusahaan. Masalah besar Sritex adalah perusahaan tidak bisa menagih piutang-piutang dari pelanggannya, sehingga menyebabkan perusahaan kesulitan membayar utang-utang jangka pendek.

    Berdasarkan laporan keuangan Desember 2020, total utang Sritex sebesar Rp 17,1 triliun. Padahal saat itu, total asset hanya Rp 26,9 triliun dan saat itu Sritex harus menghidupi lebih dari 17.000 karyawan.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan Sritex dari kebangkrutan. Pemerintah, melalui Kementerian Tenaga Kerja, bahkan sempat turun tangan dan menjamin tidak akan ada PHK di Sritex. Tapi akhirnya, semua harus menerima kenyataan: Sritex tutup, lebih dari 10 ribu karyawan dan pekerja kehilangan pekerjaan. (P-ht)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini