Foto ilustrasi karung beras (B Universe Photo)
PRIORITAS, 16/2/25 (Jakarta): Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan ketahanan pangan nasional saat ini tetap terjaga. Sementara itu, Filipina justru menghadapi krisis hingga menetapkan keadaan darurat akibat masalah pangan.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Moch Arief Cahyono, menyatakan produksi pangan Indonesia terus meningkat, berbanding terbalik dengan beberapa negara yang mengalami krisis pangan.
“Filipina baru-baru ini resmi menetapkan status darurat ketahanan pangan karena lonjakan harga beras yang sulit dikendalikan,” ucap Arief dalam pernyataannya di Jakarta, Minggu (16/2/25).
Ia menyebutkan, pemerintah Filipina mengambil langkah tersebut untuk menekan lonjakan harga yang semakin memberatkan masyarakat di tengah tantangan ekonomi dan ketergantungan impor.
Menanggapi hal ini, Arief mengimbau semua pihak di Indonesia untuk tetap waspada.
“Kami turut prihatin dengan kondisi di Filipina, meskipun hal ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Sejak lama, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah memperingatkan adanya potensi krisis pangan global. Oleh karena itu, berbagai program strategis telah kami siapkan untuk mengantisipasinya,” katanya.
Ketahanan pangan Indonesia tetap kuat
Menurut Kementan, ketahanan pangan di Indonesia tetap kuat, seiring dengan perkiraan meningkatnya produksi padi dalam negeri.
“Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada awal 2025 diprediksi mengalami peningkatan signifikan,” tutur Arief.
BPS memperkirakan potensi produksi beras Indonesia pada Januari–Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, meningkat 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024, yang hanya 5,69 juta ton.
Kenaikan ini selaras dengan perkiraan luas panen padi yang mencapai 2,83 juta hektare, bertambah 970,33 ribu hektare atau 52,08 persen dibandingkan Januari–Maret 2024 yang hanya 1,86 juta hektare.
“Melihat peningkatan ini, pasokan beras dalam negeri mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Arief.
Ia menambahkan, peningkatan produksi beras turut menjaga stabilitas harga. Data BPS menunjukkan harga rata-rata beras di penggilingan pada Januari 2025 mencapai Rp12.796 per kg, turun 4,30 persen dibandingkan Januari 2024.
“Biasanya harga beras cenderung naik di awal tahun, namun kali ini lebih stabil berkat peningkatan produksi,” tuturnya.
Agar ketahanan pangan tetap terjaga, Kementan menginstruksikan Perum Bulog mengoptimalkan penyerapan gabah petani.
“Dengan meningkatnya produksi padi di hulu, Bulog memiliki peran penting dalam menyerap gabah petani. Kami yakin Bulog dapat menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga stok beras nasional tetap aman,” ungkapnya.
Tiga juta ton beras April ini
Untuk mendukung penyerapan gabah, pemerintah mengalokasikan tambahan anggaran Rp16,6 triliun bagi Bulog, dengan target menyerap setara tiga juta ton beras hingga April 2025.
Selain itu, Kementan memfasilitasi kesepakatan antara Bulog dan industri penggilingan padi untuk menyerap sekitar 2,1 juta ton beras dari petani.
“Jika seluruh pihak berkomitmen, kami optimistis stok beras nasional tahun ini akan tetap terjaga,” pungkasnya dalam merespons darurat ketahanan pangan di Filipina. (P-Zamir)