PRIORITAS, 11/8/25 (Jakarta): Pemerintah berencana meningkatkan kadar campuran biodiesel berbasis minyak sawit dalam solar dari 40 persen menjadi 50 persen pada 2026. Langkah ini menyusul keberhasilan penerapan B40 pada tahun ini.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, evaluasi B50 sedang berlangsung. Pemerintah menargetkan kebijakan ini siap berjalan tahun depan.
“Untuk B50 kita evaluasi, untuk implementasi B40 tahun ini, dan juga kita harapkan untuk implementasi tahun depan B50 segera bisa dilaksanakan,” kata Yuliot di Jakarta, Minggu (10/8/25).
Selain menguji kesiapan B50, pemerintah mengebut proyek pabrik biodiesel di Merauke, Papua Selatan. Fasilitas ini ditargetkan selesai dan beroperasi pada 2027.
“Jadi, untuk biodiesel, akhirnya kita akan ada percepatan pembangunan, itu khususnya di Merauke, Papua Selatan. Jadi, kita harapkan tahun 2027 sudah akan berproduksi biodiesel yang ada di Merauke, Papua Selatan,” ujar Yuliot, dikutip Beritaprioritas dari CNBCIndonesia.com, Senin (11/8/25).
Belum ada rincian nilai
Kementerian ESDM sedang melakukan konsolidasi untuk mempercepat pembangunan pabrik tersebut. Namun, Yuliot belum memerinci nilai investasi yang disiapkan.
Pada 2025, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter biodiesel. Dari jumlah itu, 7,55 juta kiloliter untuk Public Service Obligation (PSO) dan 8,07 juta kiloliter untuk non-PSO.
Kebijakan B40 ini diatur dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 341.K/EK.01/MEM.E/2024. Regulasi itu mengatur pemanfaatan biodiesel sebagai campuran solar dengan pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit.
Penyaluran B40 melibatkan 24 badan usaha bahan bakar nabati, dua badan usaha BBM untuk distribusi PSO dan non-PSO, serta 26 badan usaha BBM yang menyalurkan khusus untuk non-PSO. (P-Khalied M)
