PRIORITAS, 12/6/25 (New York): Sejumlah kota di Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2026 tengah menghadapi tantangan besar dalam meyakinkan penggemar internasional, menyusul kebijakan keras Presiden Donald Trump terkait imigrasi dan larangan perjalanan.
Adanya lekhawatiran ini mencuat saat hitung mundur menuju turnamen global tersebut resmi dimulai. Padahal dalam pengumuman terbaru mengenai larangan perjalanan terhadap 12 negara, termasuk Iran yang sudah lolos ke Piala Dunia 2026, semakin memperumit situasi.
Pemerintah Iran menyebut kebijakan tersebut sebagai bentuk permusuhan mendalam terhadap warga Iran dan muslim. Seperti diketahui Piala Dunia 2026 akan digelar secara bersama oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, dengan rekor 48 tim dan 104 pertandingan.
Presiden FIFA Gianni Infantino menyatakan turnamen ini akan menciptakan generasi baru penggemar sepak bola dunia. Di tengah persiapan, beberapa kota tuan rumah seperti, Los Angeles dan New York-New Jersey mengadakan acara peringatan satu tahun menuju Piala Dunia.
Tercoreng pengerahan militer
Di Los Angeles, para selebritas dan bintang sepak bola dijadwalkan hadir dalam acara karpet merah di Fox Studio Lot. Namun, perayaan itu tercoreng oleh pengerahan Marinir dan Garda Nasional oleh Presiden Trump untuk meredam aksi protes yang meluas.
Kebijakan Trump ini menuai kritik tajam dari Gubernur California Gavin Newsom, yang menyebutnya sebagai langkah jelas menuju otoritarianisme. Sementara itu, pihak Gedung Putih menyalahkan pemerintah daerah dan negara bagian dari Partai Demokrat atas kerusuhan yang terjadi.
Alex Lasry, CEO panitia tuan rumah New York-New Jersey, mengatakan bahwa Piala Dunia adalah kesempatan penting untuk menunjukkan keterbukaan AS. “Sepak bola adalah olahraga dunia. Ini momen kita untuk menyambut semua orang dari berbagai penjuru dunia,” ujarnya.
Namun, Minky Worden dari Human Rights Watch mengingatkan bahwa FIFA perlu menjamin semua peserta, staf, penggemar, dan jurnalis akan aman dan dihormati hak-haknya. Ia menilai kebijakan imigrasi AS saat ini mengancam integritas turnamen.
“FIFA harus secara terbuka mengakui ancaman kebijakan anti-hak asasi manusia di AS dan menetapkan tolok ukur perubahan kebijakan yang jelas untuk melindungi hak-hak imigran selama dan setelah Piala Dunia 2026,” ujarnya.
Pengumuman terbaru mengenai larangan perjalanan terhadap 12 negara, termasuk Iran yang sudah lolos ke Piala Dunia 2026, semakin memperumit situasi. Pemerintah Iran menyebut kebijakan tersebut sebagai bentuk permusuhan mendalam terhadap warga Iran dan muslim.
Sementara FIFA belum memberikan tanggapan resmi atas kekhawatiran ini, Presiden FIFA Gianni Infantino sebelumnya mengatakan bahwa dirinya yakin dunia akan disambut dengan baik di Piala Dunia 2026 maupun turnamen Piala Dunia Antarklub yang berlangsung pada 14 Juni–13 Juli 2025.
Meg Kane, perwakilan kota tuan rumah Philadelphia, menyatakan pihaknya tetap merencanakan turnamen meski di tengah ketidakpastian geopolitik. “Kami sadar banyak hal bisa berubah, dan kami membuat rencana dengan fleksibilitas tinggi,” katanya.
Di Miami, Presiden dan CEO panitia lokal, Alina Hudak, menyatakan, dia telah berkomunikasi dengan korps konsuler guna meredakan kekhawatiran negara-negara peserta.
“Tanggung jawab kami adalah menjamin kesiapan, keamanan, dan koordinasi logistik dengan semua instansi,” jelasnya seperti dikutip Beritasatu.com. Dia menambahkan bahwa seluruh sistem transportasi massal sedang disiapkan untuk menghadapi lonjakan pengunjung selama perhelatan berlangsung. (P-wr)