PRIORITAS, 9/8/25 (Tangsel): Pengusaha restoran di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mengeluh soal pembayaran royalti musik kepada Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).
Mereka menghentikan live music demi menghindari biaya besar. Hitungan royalti berbasis jumlah kursi restoran membuat banyak pelaku usaha tertekan.
Sekretaris PHRI Tangsel, Yono Hartono, menyebut mayoritas pengusaha keberatan dengan skema itu. Mereka bahkan enggan menggunakan pengamen karena takut dikenakan biaya serupa.
“Iya, hampir 99 persen pengusaha restoran mengeluh tentang royalti yang diberikan LKMN (Lembaga Manajemen Kolektif Nasional). Bahkan, kita pernah akan menggunakan pengamen (bukan home band), tapi takutnya nanti pengamennya juga kena lagi,” ujar Yono, Jumat (8/8/25).
Perhitungan royalti per kursi dinilai memberatkan. Tarif Rp120 ribu per kursi dianggap terlalu tinggi. Banyak pengusaha memilih hanya menjual makanan tanpa hiburan musik.
“Ada yang berinisiatif enggak jual musik, hanya jualnya makanan saja. Kalau dihitung per kursi itu luar biasa dan sangat-sangat memberatkan usaha restoran,” jelas Yono.
Kursi kerap kosong
Ia menegaskan kapasitas kursi sering tidak terisi penuh. Meski kursi kosong, biaya tetap dihitung penuh.
“Jadi begini masalahnya, kapasitas restoran misalkan 100 kursi, kan enggak mungkin terisi juga 100 kursi full, apakah itu menjadi hitungan semua? Kalau hanya terisi paling 50 kursi dan dihitung sama, itu kan berat,” paparnya, seperti dikutip Beritaprioritas dari Metrotvnews.com, Sabtu (9/8/25).
Yono menuturkan pengusaha restoran tetap menghargai karya pencipta musik. Nominal yang besar menjadi titik keberatan, terutama bagi UMKM.
“Cuma masalahnya itu saja, kita masih mencari solusi ketentuan tarif royalti ini bagaimana ada penyesuaian. Karena enggak semua restoran itu kan kelasnya premium, banyak usaha restoran yang kita di Tangsel ini banyak yang UMKM. Jadi jangan membunuh UMKM yang ada dengan pembayaran royalti ini,” ungkap Yono.
Ia berharap pemerintah dan LMKN meninjau ulang tarif royalti. Menurut Yono, penyesuaian penting untuk menjaga kelangsungan usaha restoran dan hotel di Tangsel.
“Usulan kita, jangan memberatkan usaha restoran dan hotel yang ada, masih harus perlunya penyesuaian,” tutup Yono. (P-Khalied M)