Warga terpaksa membawa peti berisi jenazah korban badai Kalmaegi menyeberangi jalan yang berubah jadi sungai di kota Canlaon, Negros Oriental, Filipina.(pna)PRIORITAS, 6/11/25 (Cebu): Topan Kalmaegi (Tino) telah menewaskan 140 orang di pulau Cebu, Filipina. Topan dahsyat ini sudah menuju Vietnam, namun Filipina kembali menghadapi serangan topan baru, Fung-wong.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengumumkan keadaan darurat akibat bencana topan Kalmaegi serta menghadapi terjangan topan baru, Fung-wong.
Fung-wong sebelumnya hanya terdeteksi sebagai depresi tropis. Namun kini sudah berubah menjadi badai tropis. Topan ke-21 itu diperkirakan akan menghantam daerah yang sama di Filipina.
Pernyataan darurat itu disampaikan dalam pertemuan dengan para pejabat tanggap bencana, untuk menilai dampak topan.
Selain itu memungkinkan pemerintah untuk mencairkan dana darurat lebih cepat dan mencegah penimbunan serta harga pangan yang terlalu tinggi.
Menurut informasi terbaru yang diperoleh Beritaprioritas.com, hari Kamis (6/11/25), jumlah korban tewas akibat topan Kalmaegi meningkat menjadi 140 di provinsi Cebu, saat air banjir surut dan menemukan korban terjebak dalam rumah-rumah yang rata dengan tanah serta kendaraan terbalik.
Sebanyak 127 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Mereka kemungkinan tersapu banjir atau tertimbun puing-puing bangunan yang ambruk.

Gambar (lingkaran merah) kiri menunjukkan topan Kalmaegi sudah meninggalkan Cebu. Sementara bibit topan baru, Fung-Wong (kanan) mendekati Filipina.(philstar)
Kehancuran akibat badai Kalmaegi, badai ke-20 yang melanda Filipina tahun ini, terjadi hanya sebulan setelah badai Ragasa yang menewaskan puluhan orang dan merusak belasan ribu rumah.
Pulau Cebu, Filipina, juga baru sebulan dilanda gempa berkekuatan 6,9 skala Richter, menewaskan puluhan orang dan membuat ribuan orang mengungsi.
Kalmaegi, yang dikenal masyarakat setempat sebagai Tino, semakin menguat saat berhembus dari Provinsi Palawan bagian barat ke Laut Cina Selatan. Kecepatan angin topan ini mencapai hingga 187 km/jam.
Banjir besar
Operasi penyelamatan masih terus berlangsung. Komunitas yang paling terdampak topan ini terdapat di desa Mabigo dan Panubigan, kota Canlaon, Negros Oriental.
Banyak warga mengira topan Kalmaegi hanya akan menyebabkan tiupan angin kencang, sehingga mereka masih bertahan dalam rumah.
Ternyata topan kali ini juga menyebabkan banjir besar di daerah pegunungan dan membawa material yang menyapu ribuan pemukiman di daerah bagian bawah.
Banjir yang digambarkan sebagai banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda kota-kota di provinsi Cebu minggu ini, menyapu mobil-mobil dan rumah-rumah orang miskin di bantaran sungai.
Kantor pertahanan sipil nasional mengonfirmasi pada hari Kamis, sebanyak 114 kematian dilaporkan, meskipun penghitungan itu tidak termasuk 28 tambahan yang dicatat otoritas provinsi Cebu.
Di Liloan, sebuah kota dekat Kota Cebu ditemukan 35 jenazah dari daerah banjir dan lumpur.

Rumah-rumah hancur akibat dihantam topan Kalmaegi (Tino) di Kota Talisay, Cebu, Filipina.(philstar)
Seorang anak disabilitas, bernama Michelle Aton, termasuk di antara korban di Liloan. Ia terjebak di kamar tidurnya saat banjir tiba-tiba naik ke dalam rumah mereka.
“Kami mencoba mencongkel (pintu kamarnya) dengan pisau dapur dan linggis, tetapi tidak bisa dibuka…. Lalu kulkasnya mulai mengapung,” kata adik korban, Christine Aton (29 tahun).
Menurut dia, mereka terpaksa sudah membuka jendela rumah lalu ia dan ayahnya berenang keluar.
“Kami menangis karena ingin menyelamatkan kakak perempuan saya. Tapi ayahku bilang kami tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, karena kami bertiga mungkin akan mati”, ungkap Christine sedih.
Lumpur vulkanik
Di Pulau Negros yang berdekatan, telah ditemukan sedikitnya 30 orang tewas.
Di pulau ini hujan lebat akibat badai Kalmaegi telah membawa aliran lumpur vulkanik lereng gunung dan mengubur rumah-rumah di Kota Canlaon, kata Letnan polisi, Stephen Polinar.
“Letusan gunung berapi Kanlaon sejak tahun lalu telah mengendapkan material vulkanik di bagian atasnya. Ketika hujan turun, endapan tersebut bergemuruh hingga ke desa-desa,” ujarnya kepada AFP.
Jumlah korban tewas nasional mencakup enam awak helikopter militer yang jatuh saat menjalankan misi bantuan akibat topan.
Penduduk daerah Cebu yang paling terdampak sibuk membersihkan jalan-jalan, yang telah menjadi sungai kurang dari 24 jam sebelumnya.
“Sekitar pukul empat atau lima pagi, airnya begitu deras sehingga Anda bahkan tidak bisa keluar,” kata Reynaldo Vergara.

Mobil-mobil terperangkap banjir di Cebu, Filipina, dalam banjir besar yang diakibatkan topan Kalmaegi (Tino).(philstar)
Ia menambahkan bahwa semua barang di toko kecilnya di Mandaue telah musnah ketika sungai di dekatnya meluap. “Belum pernah terjadi hal seperti ini. Airnya deras sekali”, ujarnya.
Daerah sekitar Kota Cebu diguyur hujan setinggi 18,3 sentimeter dalam 24 jam sebelum topan Kalmaegi menghantam daratan.
Gubernur provinsi, Pamela Baricuatro, menyebut situasi menghancurkan ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Hantam Vietnam
Delapan bandara dan lebih dari 50 penerbangan di Vietnam terdampak akibat Topan Kalmaegi yang bergerak menuju wilayah tengah dan selatan negara itu pada hari Kamis.
Bandara yang terkena dampak langsung meliputi Da Nang, Phu Bai, Lien Khuong, Chu Lai, Phu Cat, Tuy Hoa, Pleiku dan Buon Ma Thuot, menurut Otoritas Penerbangan Sipil Vietnam.
Pihak berwenang telah memerintahkan pemantauan sepanjang waktu dan kepatuhan ketat terhadap prosedur tanggap topan.
Maskapai penerbangan nasional Vietnam Airlines mengumumkan lebih dari 50 penerbangan pada hari Kamis dan Jumat telah terpengaruh, karena penyesuaian yang dilakukan untuk memastikan keselamatan operasional.
Vietnam juga belum pulih akibat hantaman banjir yang menewaskan lebih dari 20 orang. Tetapi kali ini sudah harus menghadapi terjangan badai Kalmaegi.(P-Jeffry W)
No Comments