PRIORITAS, 4/10/24 (Jakarta): Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan kemungkinan serangan terhadap fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Iran terhadap Israel. Pernyataan ini muncul sementara militer Israel melanjutkan kampanyenya melawan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
Sisi lain, sejumlah insiden menimpa Kedutaan Besar (Kedubes) Israel di Kopenhagen, Denmark, dan Stockholm, Swedia beberapa waktu belakangan ini. Hal ini terjadi saat Israel masih terus agresif dalam menyerang Gaza, Palestina, serta wilayah Lebanon.
“Penyelidikan kami menunjukkan bahwa ledakan tersebut kemungkinan disebabkan oleh granat tangan,” kata Juru Bicara Kepolisian Kopenhagen, Jens Jespersen, kepada The Guardian.
Sementara dalam sebuah wawancara, Biden ditanya apakah dia akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. “Kami sedang mendiskusikan itu,” tuturnya, dilansir Reuters, Jumat (4/10/24).
Hal tersebut memicu lonjakan harga minyak global, dengan ketegangan di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran pedagang tentang potensi gangguan pasokan. Namun, Biden menegaskan, “Tidak ada yang akan terjadi hari ini,” mengisyaratkan bahwa aksi militer segera, belum diputuskan.
Sebelumnya, Biden menyatakan bahwa ia tidak akan mendukung serangan Israel terhadap situs nuklir Iran.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, dalam wawancara dengan CNN pada Kamis, mengatakan bahwa Israel memiliki “banyak opsi” untuk balas dendam dan akan menunjukkan kekuatannya kepada Teheran “segera.” Namun, seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa Washington percaya Israel belum membuat keputusan pasti terkait langkah balasannya terhadap Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji bahwa Iran akan membayar mahal atas serangan rudal yang diluncurkannya. Washington juga menyatakan akan bekerja sama untuk memastikan Iran menghadapi “konsekuensi serius.”
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, berbicara di Doha pada Kamis, mengatakan bahwa Teheran siap merespons jika diserang. “Setiap jenis serangan militer, tindakan teror, atau pelanggaran garis merah kami akan dijawab dengan respons tegas oleh angkatan bersenjata kami,” tegasnya.
Sementara itu, militer Israel pada Kamis memerintahkan penduduk lebih dari 20 kota di selatan Lebanon untuk segera mengungsi, karena Israel melanjutkan serangannya melintasi perbatasan dan menyerang sasaran Hizbullah di pinggiran kota Beirut.
Peringatan terbaru ini menambah jumlah kota yang diperintahkan untuk dievakuasi menjadi 70, termasuk ibu kota provinsi Nabatieh. Hal ini menunjukkan bahwa operasi militer Israel melawan kelompok bersenjata yang didukung Iran makin intensif.
Dahiye, sebuah kawasan padat di pinggiran selatan Beirut yang menjadi basis kekuasaan Hizbullah, dihantam oleh lebih dari selusin serangan udara Israel pada Kamis. Menurut sumber keamanan dan warga setempat, lima serangan tersebut terjadi larut malam, setelah Israel memerintahkan evakuasi di beberapa bagian distrik tersebut.
Kawasan ini sebelumnya telah dihantam serangan Israel, termasuk yang menewaskan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, pada Jumat pekan lalu. Beberapa serangan pada Kamis malam juga terjadi di dekat bandara internasional Beirut, yang berbatasan dengan Dahiye.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang 15 target Hizbullah di Beirut pada hari Kamis, termasuk situs-situs senjata dan target intelijen. Di sisi lain, Hizbullah juga melancarkan serangan baru, menargetkan pangkalan militer “Sakhnin” milik Israel di Teluk Haifa dengan rentetan roket.
Sirene peringatan berbunyi di wilayah Galilea, Israel utara, dan 10 proyektil dilaporkan melintasi perbatasan Israel dari Lebanon, dengan sebagian di antaranya berhasil dicegat atau dibiarkan jatuh di area terbuka.
Larut malam pada Kamis, Hizbullah mengumumkan serangan lainnya terhadap pangkalan “Nesher” milik Israel di Haifa dengan rentetan roket Fadi 2.
Israel, yang telah berperang melawan Hamas di Gaza selama hampir setahun, mengirim pasukan ke Lebanon selatan pada Selasa setelah dua pekan serangan udara intensif dalam konflik yang semakin buruk dan menarik keterlibatan Iran serta berisiko melibatkan Amerika Serikat.
Kelompok negara G7, yang mencakup AS, Inggris, dan sekutu lainnya, pada Kamis mengutuk serangan rudal Iran dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap keamanan Israel. Namun, kelompok tersebut juga menyerukan penahanan diri, gencatan senjata di Gaza, dan penghentian permusuhan di Lebanon.
“Siklus serangan dan balasan yang berbahaya ini berisiko memicu eskalasi yang tak terkendali di Timur Tengah, yang tidak menguntungkan siapa pun,” kata pernyataan G7.
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, juga mendesak upaya serius untuk mencapai gencatan senjata guna menghentikan apa yang disebutnya sebagai agresi Israel.
Israel menyatakan bahwa operasi militernya di Lebanon bertujuan untuk memungkinkan puluhan ribu warganya kembali ke rumah setelah dievakuasi dari Israel utara akibat serangan Hezbollah selama perang di Gaza.
Lebih dari 1,2 juta orang Lebanon telah mengungsi akibat serangan Israel, dan hampir 2.000 orang telah tewas sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai setahun lalu, sebagian besar terjadi dalam dua pekan terakhir, menurut otoritas Lebanon.
Sementara itu, Hizbullah mengeklaim bahwa mereka berhasil memukul mundur beberapa operasi darat oleh pasukan Israel, termasuk melalui penyergapan dan bentrokan langsung.
Kelompok tersebut juga mengklaim telah menewaskan 17 personel militer Israel dalam pertempuran di Lebanon selatan pada Kamis, mengutip sumber-sumber lapangan dan keamanan mereka. Namun, pasukan Israel tidak mengomentari klaim tersebut.
Ditembaki dan Dilempar Granat
Sejumlah insiden menimpa Kedutaan Besar (Kedubes) Israel di Kopenhagen, Denmark, dan Stockholm, Swedia. Beberapa waktu lalu, granat dilemparkan di dekat Kedubes Israel di Kopenhagen pada pukul 3:20 pagi waktu setempat dan menghasilkan dua ledakan. Ledakan tersebut merusak sebuah bangunan sekitar 100 meter dari bangunan kedutaan.
Atas insiden ini, tiga pria Swedia ditangkap di di Kopenhagen pada Rabu atas dugaan keterlibatan dalam ledakan di dekat Kedubes Israel. Belum ada informasi resmi terkait profil lengkap para orang yang ditangkap.
“Ketiga pria tersebut berusia antara 15 hingga 20 tahun. Masih terlalu dini untuk mengatakan apapun tentang motif atau apakah mereka bertindak sendiri,” kata polisi.
Selain di Kopenhagen, serangan juga menimpa Kedubes Israel di Stockholm, Swedia. Sesaat sebelum pukul 6 sore pada Selasa, polisi di Stockholm mendatangi kedutaan Israel di Strandvägen setelah laporan ledakan keras.
Polisi mengkonfirmasi bahwa suara tersebut adalah suara tembakan peluru dan telah memulai penyelidikan atas pelanggaran senjata serius. Tidak ada yang terluka.
Polisi Swedia sendiri sejauh ini menolak berkomentar tentang kemungkinan motivasi di balik penembakan tersebut. Hal ini disebabkan belum ada penangkapan yang dilakukan. “Penyelidikan kriminal atas penembakan di kedutaan Israel sedang berlangsung dengan kekuatan penuh dengan beberapa langkah investigasi untuk menemukan pelaku,” tutur Kepolisian Swedia.
Menteri Kehakiman Denmark, Peter Hummelgaard, mengatakan insiden itu ‘sangat serius’. Hal serupa juga disampaikan Menteri Kehakiman Swedia, Gunnar Strömmer. “Masih terlalu dini untuk mengatakan apapun tentang kemungkinan motif, tetapi penyelidikan akan melihat kemungkinan hubungan dengan Iran dan kemungkinan kaitan dengan insiden di Stockholm,” kata Hummelgaard.
Insiden ini terjadi saat eskalasi di Timur Tengah terus meningkat dengan Israel masih menyerang Gaza dan Lebanon. Tel Aviv menyebut langkah ini dilakukan untuk menyerang milisi Hamas, yang menguasai Gaza, serta kelompok bersenjata Lebanon pro Iran, Hizbullah.
Antara memberitakan, ketegangan kembali memuncak setelah Iran menyerang Israel pada Selasa malam. Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan hari Selasa itu merupakan respons atas pembunuhan Hassan Nasrallah, kepala kelompok Hizbullah Lebanon, dan komandan Garda Revolusi Abbas Nilforoushan minggu lalu di Beirut. Ini juga merupakan balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada bulan Juli.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Iran telah ‘membuat kesalahan besar’ dan ‘akan membayarnya’. Utusan Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan negara itu ‘akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga Israel’.
“Seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya kepada masyarakat internasional, setiap musuh yang menyerang Israel harus menghadapi respons yang keras,” tulis Danon di media sosial. (P-bwl)