PRIORITAS, 26/5/25 (Gaza): Tidak semua yang datang dengan niat baik bisa bertahan lama, terutama saat berhadapan dengan tantangan kemanusiaan yang pelik. Itulah yang terjadi pada Jake Wood, Kepala Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).
GHF adalah sebuah organisasi yang didukung Amerika Serikat dan berambisi besar menyalurkan 300 juta paket makanan ke Gaza dalam 90 hari pertama operasi mereka.
The Straits Times edisi Senin (26/5/25) menulis, pria yang memimpin GHF sejak Februari 2025 ini tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu (25/5/25). Keputusan ini mengejutkan banyak pihak dan menambah ketidakpastian soal masa depan operasi bantuan kemanusiaan di wilayah yang sedang krisis.
Dalam pernyataan resmi, Jake Wood merasa harus mundur karena organisasi tidak dapat menjalankan misinya dengan tetap berpegang pada prinsip kemanusiaan yang menjadi fondasi utama pekerjaannya.
“Seperti banyak orang di seluruh dunia, saya sangat terpukul dengan krisis kelaparan di Gaza dan sebagai pemimpin kemanusiaan, saya merasa terdorong melakukan apapun untuk meringankan penderitaan,” ujarnya dengan penuh kejujuran, seperti dilansir dari AFP, Senin (26/5/25).
Namun, dia menegaskan, meskipun GHF berhasil menyusun rencana yang realistis untuk memberi makan warga yang kelaparan, menangani kekhawatiran keamanan soal penyelewengan, dan melengkapi kerja lembaga non-pemerintah lama di Gaza, tetap saja ada batas yang tidak boleh dilanggar.
“Saya bangga dengan pekerjaan yang saya pimpin, termasuk mengembangkan rencana pragmatis yang dapat memberi makan orang kelaparan, mengatasi kekhawatiran keamanan terkait penyelewengan, dan melengkapi kerja NGO yang sudah lama beroperasi di Gaza,” katanya.
Sayangnya, dia menyadari rencana tersebut tidak mungkin dijalankan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan seperti kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan kemerdekaan — prinsip yang tak bisa ia kompromikan.
Dilaporkan, kondisi di Gaza semakin memburuk. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza melaporkan sedikitnya 3.785 orang tewas sejak gencatan senjata runtuh pada 18 Maret 2025, menambah jumlah korban perang menjadi 53.939, sebagian besar warga sipil.
Serangan Hamas pada Oktober 2023 yang memicu perang menewaskan 1.218 orang di Israel, juga sebagian besar warga sipil, menurut data AFP. Selain itu, 251 sandera diambil oleh militan, dengan 57 masih berada di Gaza.
Jake Wood juga menyerukan kepada Israel untuk memperluas bantuan ke Gaza secara signifikan melalui semua mekanisme yang tersedia. “Semua pihak juga harus terus mengeksplorasi metode baru untuk penyaluran bantuan tanpa penundaan, penyimpangan, atau diskriminasi,” tegasnya. (P-Khalied M)