PRIORITAS, 22/10/25 (Jakarta): Perdana Menteri (PM) Jepang terpilih, Sanae Takaichi, menyampaikan keinginannya untuk mempererat kerja sama antara Jepang dan Amerika Serikat (AS) serta menjalin hubungan saling percaya dengan Presiden AS, Donald Trump.
“Saya akan segera bertemu dengan Presiden Trump. Saya ingin meningkatkan hubungan Jepang-AS ke tingkat yang lebih tinggi. Aliansi Jepang-AS merupakan dasar dari kebijakan luar negeri dan keamanan kami,” kata Takaichi dalam konferensi pers, Selasa (22/10/25).
“Kami tidak hanya akan membahas isu bilateral, tetapi juga bertukar pandangan secara terbuka mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kedua negara, seperti di kawasan Pasifik, Timur Tengah, Eropa, dan Ukraina, untuk memperkuat kepercayaan antar pemimpin,” imbuhnya.
Dalam konferensi tersebut, Takaichi berkomitmen untuk membangkitkan kembali diplomasi Jepang dan menempatkan negaranya kembali sebagai pusat pertumbuhan dunia.
“Baik di dalam maupun di luar, Jepang menghadapi krisis besar. Kami tidak punya waktu untuk berpangku tangan,” lanjut Takaichi.
Melaksanakan tugas sesuai bidang
Ia menyampaikan, para menteri dalam kabinetnya akan melaksanakan tugas sesuai bidang masing-masing, baik di majelis rendah maupun majelis tinggi.
Takaichi juga menegaskan, meski anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Partai Inovasi Jepang (JIP) mendukungnya setelah mencapai kesepakatan, kedua partai tersebut secara gabungan masih belum memegang mayoritas kursi.
“Kami adalah blok penguasa minoritas, jadi perjalanan ke depan akan sulit, tetapi saya tidak akan pernah menyerah. Kabinet kami mendorong tekad dan kemajuan,” imbuhnya.
Ia menyoroti sejumlah “isu penting” dalam program kerjanya, seperti pengendalian lonjakan harga komoditas, pembentukan sistem cadangan untuk menjaga stabilitas fungsi metropolitan, pelaksanaan reformasi jaminan sosial, serta amandemen Konstitusi.
Takaichi juga menegaskan, pemerintah akan berupaya seoptimal mungkin untuk mengurangi dampak dari tarif yang diberlakukan Amerika Serikat.
Momentum penting
Takaichi menyebut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Malaysia dan KTT APEC di Korea Selatan pekan depan sebagai momentum penting untuk bertemu dengan berbagai pemimpin dunia dan mendorong terciptanya kawasan Indo-Pasifik yang bebas serta terbuka.
Presiden AS Donald Trump dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN, kemudian melanjutkan kunjungan ke Korea Selatan dan Jepang. Melalui platform Truth Social, ia menyambut terpilihnya Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama Jepang dan menyebutnya sebagai “kabar luar biasa bagi rakyat Jepang yang luar biasa.”
Trump menegaskan, Jepang tetap menjadi mitra strategis bagi Amerika Serikat dan hubungan kedua negara akan terus diperkuat, sambil mengingatkan pentingnya peningkatan kemampuan pertahanan nasional untuk menghadapi tantangan masa depan.
“Kami bekerja sama dengan Amerika Serikat, tetapi kemampuan pertahanan Jepang sendiri harus diperkuat,” ujarnya, dikutip dari Sputnik.
Pada hari yang sama, Takaichi, 64 tahun, resmi menjabat sebagai perdana menteri ke-104 Jepang usai meraih kemenangan dalam pemungutan suara di kedua majelis parlemen dan memperoleh pengesahan dari Kaisar Naruhito.
Warisan militerisme Jepang
Dikenal memiliki pandangan konservatif, Takaichi sebelumnya menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi dan menjadi satu-satunya pejabat yang secara pribadi berziarah ke Kuil Yasukuni, situs yang kerap dikaitkan dengan warisan militerisme Jepang di Asia.
Namun, setelah memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), Takaichi memilih untuk tidak melakukan kunjungan ke kuil tersebut pada Oktober tahun ini.
Ia juga secara terbuka menyatakan ambisinya untuk menjadi “Iron Lady” Jepang, terinspirasi oleh ketegasan dan gaya kepemimpinan mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher. (P-Zamir)
No Comments