Tonton Youtube BP

Ancaman “shutdown” AS, harga emas dunia bisa sentuh US$4.000

Zamir Ambia
5 Oct 2025 18:25
3 minutes reading

PRIORITAS, 5/10/25 (Jakarta): Harga emas dunia diperkirakan tetap menguat pada pekan depan di tengah ancaman penutupan pemerintahan federal Amerika Serikat (AS). Pergerakan harga logam mulia diprediksi masih cenderung naik, dengan potensi menembus level psikologis baru di kisaran US$4.000 per ons troi.

Menurut Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, emas kembali menjadi sorotan utama pasar global karena meningkatnya ketidakpastian politik serta fiskal di AS. Risiko shutdown masih menghantui, dan hal itu berpotensi menunda rilis data ekonomi penting yang biasanya menjadi panduan bagi investor dalam menilai arah kebijakan pasar.

“Ketidakpastian politik dan fiskal di AS menambah premi risiko terhadap emas, mendorong aliran modal ke aset safe haven. Namun, jika shutdown dapat dihindari atau cepat diselesaikan, sebagian ketidakpastian fiskal bisa mereda dan tekanan jual jangka pendek mungkin muncul,” ujar Andy dalam risetnya, Minggu (5/10/25).

Berkurangnya tenaga kerja

Selain itu, pasar semakin percaya, Federal Reserve (The Fed) akan menerapkan kebijakan yang lebih dovish ke depannya. Keyakinan ini didukung oleh data makroekonomi terbaru yang menunjukkan tanda perlambatan pertumbuhan, dengan laporan ADP mencatat berkurangnya 32.000 tenaga kerja pada September.

Saat ini, pasar memperkirakan akan terjadi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya. Langkah tersebut diperkirakan akan menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah AS, melemahkan nilai dolar, dan pada saat yang sama meningkatkan minat terhadap emas.

“Investor global memandang bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar dan ketidakpastian fiskal AS menciptakan ruang yang lebih besar bagi emas untuk menguat,” ucap Andy.

Menurutnya, ketidakpastian global turut menjadi faktor penopang bagi pergerakan harga emas. Berlanjutnya konflik geopolitik dan meningkatnya ketegangan internasional membuat permintaan terhadap aset safe haven semakin tinggi.

“Dalam kondisi volatilitas global yang tinggi, emas tetap menjadi instrumen hedge utama bagi investor institusional maupun ritel,” ujarnya.

Andy menjelaskan, perpaduan antara ekspektasi pemangkasan suku bunga, pelemahan dolar AS, serta ketidakpastian fiskal dan geopolitik membuat prospek emas dalam jangka pendek masih positif. Meski demikian, ia mengingatkan agar pelaku pasar tetap mewaspadai potensi volatilitas yang tinggi.

Dari sisi teknikal, Andy menambahkan, pergerakan emas saat ini masih berada dalam fase konsolidasi di area menengah dengan kecenderungan tetap bullish. Adapun level US$3.682 menjadi titik penting yang menentukan arah pergerakan harga dalam waktu dekat.

“Selama harga bertahan di atas level tersebut, kecenderungan kenaikan harga masih dominan dengan target psikologis US$ 4.000 yang kini mulai dilirik pasar. Sebaliknya, penembusan di bawah level tersebut bisa memicu koreksi tajam ke area US$ 3.600,” tuturnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas global pada Jumat (3/10/25) berada di level US$3.886 per ons troi, atau meningkat 0,78 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya. (P-Zamir)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x