28.7 C
Jakarta
Sunday, June 22, 2025

    Warga Druze angkat senjata siap lawan kelompok Sunni Suriah

    Terkait

    PRIORITAS, 3/5/25 (Jaramana): Ratusan pria Druze di Suriah, kini mempersenjatai diri dan menyiapkan posisi untuk mempertahankan kota. Puluhan orang Druze terbunuh dalam serangan dari kelompok Sunni yang setia kepada pemerintah baru Suriah.

    Di pusat kota Jaramana di pinggiran Damaskus, sejumlah orang anggota pasukan keamanan Druze berjaga sambil membawa berbagai jenis senjata otomatis.

    Agen real estate Suriah, Fahd Haidar menutup usahanya dan mengeluarkan senjatanya, untuk ikut mempertahankan kampung halamannya di Jaramana.

    Meski umumnya warga Druze lebih ingin hidup damai dan tidak ingin berperang dengan sesama warga Suriah, Tetapi saat ini mereka mengaku terpaksa harus angkat senjata, karena sudah diserang.

    “Kita membela diri jika diserang,” tegas warga Jaramana, Mounir Baaker, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Times of Israel, hari Sabtu (3/5/25).

    Kota itu sempat diserang kaum Islamis pendukung pemerintah Suriah. Tujuh warga Druze termasuk di antara 17 orang yang tewas, saat bentrokan berkecamuk dari Senin hingga Selasa lalu.

    Khawatir perang saudara

    Bentrokan tersebut dipicu rekaman suara dari seorang pria Druze yang menjelekkan Nabi Muhammad, sehingga membuat marah orang-orang bersenjata Sunni.

    Meski Kementerian Dalam Negeri Suriah sudah memverifikasi rekaman tersebut palsu dan hanya hasutan dari orang tertentu, tetapi ketegangan masih terjadi.

    Warga Druze yang minoritas di Suriah, masih khawatir serangan lanjutan dari kelompok radikal Sunni bisa terjadi kapan saja.

    Pada hari Rabu, kekerasan sektarian menyebar ke kota terdekat Sahnaya, di mana 22 pejuang tewas, kata pemantau perang yang berbasis di Inggris.

    Fahd Haidar mengaku sangat takut Suriah akan jatuh ke dalam perang saudara yang menghancurkan, karena adanya kelompok atau geng-geng bersenjata.

    Ia mengimbau kepada otoritas Suriah baru, yang mengambil alih kekuasaan setelah presiden Bashar al-Assad Assad digulingkan pada bulan Desember, harus mengendalikan ‘geng-geng yang tidak terkendali’.

    Di Jaramana, para pemimpin Druze mencapai kesepakatan dengan perwakilan pemerintah pada Selasa malam untuk menghentikan pertempuran.

    Siap perang

    Pada Rabu pagi, seorang koresponden AFP melihat ratusan warga Druze bersenjata, beberapa dari mereka adalah anak laki-laki, dikerahkan di seluruh kota Jaramana untuk siap perang.

    Pejuang Druze membagikan senjata dan amunisi di balik tumpukan tanah yang dibangun sebagai pertahanan darurat.

    “Selama dua hari terakhir, warga Jaramana berada dalam situasi perang,” kata aktivis lokal, Rabii Mondher.

    Seperti banyak penduduk di kota yang dihuni oleh penganut agama campuran, Mondher mengatakan ia berharap perdamaian akan dipulihkan. “Karena kami tidak punya pilihan selain hidup bersama”, ujarnya.

    Mounir Baaker kehilangan keponakannya Riadh dalam bentrokan minggu ini. “Kita tidak membalas dendam,” katanya sambil menangis, saat menerima ucapan belasungkawa dari teman dan tetangga.

    “Jaramana tidak terbiasa dengan hal ini,” lanjutnya, sambil mengangkat foto keponakannya yang terbunuh.

    Padahal dia merupakan salah satu dari sejumlah pemuda Druze dari kota tersebut, yang mendaftar untuk bergabung dengan pasukan keamanan baru Suriah setelah Assad digulingkan.

    “Kita dibesarkan untuk bersikap toleran, tidak membalas dan tidak menyerang siapa pun, siapa pun mereka,” katanya.

    Pertempuran di Jaramana menandai episode terbaru kekerasan sektarian, yang mematikan di Suriah.

    Israel bela Druze

    Pemerintah Israel membela Druze dan memberi peringatan kepada pemerintah Suriah untuk sungguh-sungguh melindungi komunitas tersebut.

    Pada hari Rabu, militer Israel melancarkan serangan pesawat nirawak terhadap kelompok ekstrimis bersenjata, yang bersiap menyerang komunitas Druze di Sahnaya, di pinggiran Damaskus.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Katz menyebut serangan tersebut sebagai peringatan.

    Serangan itu menargetkan pertemuan kelompok ekstremis, yang bersiap untuk melanjutkan serangannya terhadap populasi Druze di Suriah.

    “Israel tidak akan membiarkan masyarakat Druze di Suriah terluka, karena komitmen mendalam kami kepada saudara-saudara Druze di Israel,” kata Netanyahu, yang mengaku memiliki hubungan keluarga dan sejarah dengan saudara-saudaranya Druze di Suriah.

    Pada hari itu, tiga warga sipil Druze Suriah, yang terluka dalam kekerasan sektarian, dievakuasi militer Israel ke sebuah rumah sakit.

    Militer mengatakan ketiganya tiba di perbatasan Israel dan awalnya dibawa ke pangkalan Nafah di Dataran Tinggi Golan. Mereka kemudian dibawa ke Rumah Sakit Ziv di Safed untuk dirawat.

    Di Israel juga terdapat suku Druze yang jumlahnya sekitar 140.000 jiwa. Mereka merupakan populasi minoritas berbahasa Arab, yang berbeda dari komunitas Muslim dan Kristen Arab arus utama.(P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini