PRIORITAS, 29/6/25 (Kyiv): Serangan pesawat nirawak ke sejumlah markas militer, pos artileri, peluru kendali mobile dan pesawat tempur Rusia yang mahal baru-baru ini, tidak terlepas dari peran Khartiia. Brigade wanita muda Ukraina itu, kini sangat ditakuti Rusia.
“Brigade Khartiia Ukraina, ribuan personilnya memang terdiri dari kaum hawa, yang merasa terpanggil untuk membela negaranya yang berperang melawan invasi Rusia”, tulis media Ukraina, Kyiv Independent, seperti dikutip Beritaprioritas, hari Minggu (29/6/25).
Unit Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak Ukraina, yang umumnya dikendalikan Brigade wanita Khartiia, mampu menyusup hingga ratusan kilometer ke belakang garis pertahanan Rusia dan menyerang target militernya.
Itulah sebabnya, militer Rusia sangat ketakutan terhadap operasi militer Brigade wanita Khartiia ini.
“Kekuatannya adalah pikirannya. Pilihannya adalah Khartiia.” Itulah pesan — ditulis dengan huruf neon hijau yang elegan — yang dibagikan di semua akun media sosial Brigade Khartiia Garda Nasional ke-13 Ukraina sejak bulan Mei lalu.
Tagline pendek tersebut merupakan judul kampanye perekrutan militer pertama Ukraina yang menyasar wanita, diluncurkan brigade tersebut untuk menarik mereka ke peran teknologi di angkatan darat.
Disebut Kementerian Pertahanan Ukraina, sekitar 70.000 wanita bertugas di militer Ukraina yang beranggotakan hampir satu juta orang pada tahun 2025.
Diakui dinas militer sebagian besar masih merupakan lingkungan yang tidak ramah bagi tentara wanita, karena adanya prasangka yang berakar dari Soviet, seperti keterbatasan dalam pendidikan, pertumbuhan karier, dan akses ke posisi tempur.
Meski begitu unit progresif seperti Khartiia berupaya mengubah situasi, khususnya dengan memperbarui praktik internal untuk lebih mengintegrasikan perempuan ke dalam unit.
Dengan kampanye baru tersebut, Khartiia mengatakan harapannya adalah untuk menunjukkan kepada perempuan bahwa mereka diterima dan dapat berkembang di berbagai posisi.
Karena Ukraina terus menghadapi kekurangan sumber daya manusia dalam melawan Rusia, militer membutuhkan semua bantuan yang dapat diperoleh untuk menarik rekrutan baru.
Wanita lebih termotivasi
Setelah hampir 3,5 tahun perang skala penuh, militer Ukraina semakin bergantung pada rekrutan yang dimobilisasi, daripada sukarelawan.
Tetapi ini menyebabkan unit-unit tersebut sering kali menerima prajurit yang kurang termotivasi.
Kini militer Ukraina, mulai menyadari dan berpaling untuk merekrut sukarelawan wanita yang ternyata tangguh dalam peperangan.
Ukraina memang tidak mewajibkan wanita, padahal relawan wanita justru mewakili kategori yang sangat termotivasi untuk siap di medan tempur.
“Wanita yang termotivasi lebih baik dalam pekerjaan apa pun daripada pria yang tidak termotivasi,” kata operator pesawat tak berawak di unit pengintaian Khartiia dan penggerak utama kampanye tersebut, Alina Andreieva.
Andreieva sendiri mengatakan, dia terobsesi dengan gagasan merekrut perempuan sejak dia bergabung dengan tentara sekitar satu setengah tahun yang lalu, saat bekerja sebagai fotografer.
Ketika pada tahun 2025, Khartiia berkolaborasi dengan dua lembaga nirlaba, Dignitas Fund dan organisasi Belanda ‘Protect Ukraine’ untuk membuat kampanye tersebut, Andreieva dan prajurit wanita lainnya dari Khartiia terlibat erat dalam pengembangannya.
Spesialis perang elektronik
Prajurit wanita muda lain di Kharia, seorang perawat berusia 21 tahun yang meminta identitasnya hanya disebutkan dengan tanda panggilan “Jess,” dengan cepat menjadi operator perintis sistem robotik darat dalam beberapa bulan setelah bergabung dengan brigade.
“Saya dengan cepat mempelajari hal-hal mendasar seperti menyolder dan merakit perangkat komunikasi untuk pesawat nirawak kami dan memahami cara kerja pesawat nirawak (dan kemudian dapat) mengusulkan ide-ide baru — pengendali penerbangan yang berbeda dan apa yang dapat kami hubungkan ke pengendali tersebut untuk membuatnya informatif,” ungkapnya.
Brigade wanita Khartiia mengkhususkan diri pada perang teknologi dengan Rusia.
Mereka menjadi operator sistem robot darat dan pesawat nirawak, spesialis perang elektronik dan intelijen.
Yang paling mencengangkan, Birgade wanita Ukraina ini mengisi posisi operator ISTAR (Intelijen, Pengawasan, Akuisisi Target, dan Pengintaian), yang terlibat dalam pendekatan NATO terhadap perencanaan operasi tempur.
“Kami benar-benar membutuhkan perempuan di bidang STEM,” kata Sofiia Pryduvalova (30 tahun), yang menangani hubungan masyarakat untuk Khartiia dan yang ikut mengembangkan kampanye tersebut.
“Ada banyak perempuan seperti itu (di Ukraina), dan mereka dapat membuat brigade ini jauh lebih kuat”, tambahnya.
Jadi andalan militer
Khartiia, yang terkenal karena menggabungkan teknologi dan standar NATO ke dalam alur kerjanya, menjadi andalan reformasi korps militer bersama dengan Brigade Azov Pasukan Khusus ke-12 pada tahun 2025.
Sejak dibentuk pada tahun 2022, Khartiia telah menonjol di militer Ukraina pasca-Soviet, dengan gaya manajemen progresifnya yang menumbuhkan suasana lebih ramah bagi wanita.
Pryduvalova juga menceritakan ada pengalaman pahit yang dialami dirinya dan teman-temannya.
Beberapa dari mereka membatalkan rencana untuk bergabung dengan unit tertentu sebagai akibatnya.
“Ada brigade lain yang secara sadar mencegah wanita bergabung dengan mereka, dengan menyatakan hal itu secara eksplisit,” tutur Pryduvalova.
Namun kini, semua perempuan dari Khartiia yang diwawancarai mengatakan mereka merasa aman di brigade tersebut.
Mereka mengakui aanya upaya dari atas ke bawah, untuk memodernisasi dan memperlakukan setiap prajurit secara adil, tanpa memandang jenis kelamin.
Wanita di brigade tersebut mengatakan mereka juga sering bekerja sama untuk mengadvokasi perubahan lebih lanjut.
“Saya melihat bahwa sikap tidak memihak terhadap wanita dipupuk di kalangan rekrutan bahkan selama pelatihan,” kata “Jess” tentang salahsatu kursus pelatihannya dengan brigade lain.
Ada 5000 tentara wanita
Pada tahun 2025 ini, sekitar 5.500 perempuan tercatat bertugas di tentara Ukraina, dalam peran tempur garis depan, dibandingkan dengan pada tahun 2023 lalu.
“Khartiia adalah satu-satunya brigade pada saat itu (ketika saya mendaftar pada tahun 2023) yang mempertimbangkan perempuan untuk peran tempur,” kata Andreieva.
Kini para komandan selalu memperlakukan tentara wanita secara setara dengan pria. “Prioritasnya bukan gender, tetapi bagaimana Anda menangani pekerjaan tersebut,” imbuh Andreieva.
Menurut petugas pers Khartiia, Volodymyr Dehtiarov, sukarelawan Brigade Khartiia yang melamar biasanya melewati wawancara awal, pemeriksaan medis.
Mereka juga sedikitnya akan mendapat dua kursus pelatihan dasar, yang diberikan Garda Nasional dan Khartiia.
Diperlukan waktu setidaknya tiga bulan bagi rekrutan non-spesialis, untuk bergabung dengan tugas harian unit mereka.
Hasilnya sejauh ini bukan kuantitas, tetapi kualitas.
Sebelumnya, para wanita yang melamar jarang mencantumkan posisi spesifik yang mereka minati, sementara sekarang lebih banyak yang melamar untuk bidang komunikasi atau UAV (pesawat nirawak).
Dehtiarov menjelaskan Dignitas Fund, lembaga nirlaba yang mensponsori kampanye perekrutan sukarelawan tersebut, juga menemukan donatur untuk membiayai pelatihan bagi puluhan rekrutan wanita.
Terdapat ratusan posisi di Brigade Khartiia, dan ribuan tempat di korps yang dipimpin komandan brigade wanita Khartiia. (P-Jeffry W)