PRIORITAS, 16/6/25 (Tel Aviv): Konflik bersenjata antara Israel dan Iran memasuki hari keempat. Rentetan serangan rudal Iran telah menghantam wilayah padat penduduk di Israel tengah dan utara, menewaskan sedikitnya 24 orang dan melukai ratusan lainnya. Sementara itu, serangan udara Israel menewaskan 224 orang di Iran, mayoritas korban adalah warga sipil.
Militer Iran meluncurkan rudal balistik setiap malam sejak Jumat (13/6/25) menyasar wilayah permukiman. Petah Tikva, pinggiran kota Tel Aviv, menjadi salah satu lokasi terdampak dengan empat korban tewas akibat ledakan langsung.
“Kami percaya kepada Tuhan dan Netanyahu,” kata Suki Yoram, korban selamat di Petah Tikva.
Data dari Kementerian Dalam Negeri Iran menyebutkan, sekitar 90 persen korban jiwa akibat serangan Israel adalah warga sipil. Ribuan warga Teheran mulai mengungsi dan menimbun persediaan pokok. Pemerintah Iran menyebut serangan itu sebagai agresi terhadap infrastruktur vital mereka.
Dukungan publik tetap kuat
Di tengah situasi mencekam, dukungan warga terhadap langkah militer Israel tetap tinggi. Survei Agam Labs yang dirilis Senin menunjukkan 70 persen warga Israel mendukung serangan terhadap Iran, dan angka itu naik menjadi 83 persen di kalangan warga Yahudi.
“Ketika menyangkut keselamatan rakyat Israel, kita satu bangsa, satu misi,” ujar pemimpin oposisi Yair Lapid, dikutip Reuters, Senin (16/6/25).
Netanyahu sebelumnya menyatakan, serangan ini bertujuan menghentikan ambisi nuklir Iran yang dianggap mengancam eksistensi negara. Iran berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Serangan rudal Iran membawa ketegangan baru bagi warga Israel. Roket dengan muatan 300–700 kg mampu terdengar hingga 55 km dari titik jatuh, termasuk di pusat kota Yerusalem.
“Yang paling menakutkan adalah ketidakpastian,” ujar Guydo Tetelbaun, warga Tel Aviv yang rumahnya hancur, saat ditemui Reuters di lokasi kejadian.
Masih banyak keraguan
Kendati mayoritas publik menyokong aksi militer, sebagian pihak tetap meragukan hasil jangka panjang dari konfrontasi ini.
“Saya tidak yakin ini akan membawa hasil baik,” kata Ben Keller, mahasiswa doktoral asal Israel yang sedang pulang dari Inggris.
Pasar finansial Israel merespons konflik ini secara tak terduga. Nilai tukar shekel naik lebih dari 3 persen terhadap dolar AS, sedangkan indeks bursa Tel Aviv meningkat 2 persen.
“Pengurangan risiko geopolitik Israel dapat memperkecil premi risiko obligasi dan mendorong prospek pertumbuhan ekonomi,” jelas Kepala Ekonom di Leader Capital Markets, Jonathan Katz. (P-Khalied Malvino)