PRIORITAS, 4/3/25 (Kyiv): Uni Eropa bersedia memasok kekurangan senjata bagi Ukraina dalam berperang melawan Rusia. Hal ini dilakukan Eropa menyusul perintah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghentikan semua bantuan militer ke Ukraina. Perintah Trump ini hanya beberapa hari setelah ia bertengkar hebat dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Washington DC.
“Eropa siap memikul tanggung jawabnya,” kata von der Leyen, seraya menambahkan: “Ini adalah momen bagi Eropa dan kami siap untuk melangkah maju”, kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Kyiv Independent, hari Selasa (4/3/25).
Eropa diharapkan dapat maju tepat waktu, untuk mengisi lubang potensial yang ditinggalkan AS. Eropa dan Ukraina juga akan menilai area pertahanan mana yang paling terdampak dengan pembekuan bantuan militer dari AS.
Presiden Komisi Eropa sudah mengumumkan rencana ReArm Europe (mempersenjatai ulang Eropa) yang ditujukan untuk memperkuat kemampuan pertahanan negara-negara Uni Eropa termasuk Ukraina. Diperkirakan dana yang dibutuhkan segera sekitar 800 miliar euro ($842 miliar).
Presiden AS Donald Trump secara tiba-tiba memerintahkan untuk menghentkan semua bantuan militer ke Ukraina. “Semua bantuan militer AS ke Ukraina ditangguhkan sampai Trump memastikan bahwa para pemimpin Ukraina benar-benar berupaya keras menuju perdamaian”, kata seorang pejabat senior di Departemen Pertahanan AS. kepada Bloomberg.
Perintah Trump ini berdampak pada persenjataan dan amunisi senilai lebih dari $1 miliar. Penghentian ini tidak hanya memengaruhi bantuan di masa mendatang, tetapi juga persenjataan dalam perjalanan, termasuk pengiriman melalui pesawat dan kapal, serta peralatan yang sedang menunggu transfer di Polandia.
Menurut Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia, AS telah memberikan bantuan ke Ukraina senilai $119,8 miliar sejak dimulainya invasi skala penuh Rusia pada tahun 2022, termasuk $67,1 miliar dalam bentuk bantuan militer, $49 miliar dalam bentuk bantuan keuangan, dan $3,6 miliar dalam bentuk bantuan kemanusiaan.
Gedung Putih belum merinci langkah apa yang harus diambil Ukraina untuk memulihkan aliran bantuan militer, sehingga menimbulkan ketidakpastian.
Trump sengaja korbankan Ukraina
Taktik Trump terhadap Zelensky ini dirasakan sangat menyakitkan di Ukraina, karena Rusia tampaknya mendapatkan keuntungan gratis dari AS. “Tampaknya Trump berupaya membuat kesepakatan dengan Rusia dengan mengorbankan pihak yang lebih lemah, yaitu Ukraina,” kata Oleksandr Merezhko, seorang anggota parlemen dan ketua kebijakan luar negeri.
“Saya tidak melihat Trump menggunakan pengaruhnya terhadap agresor (Rusia), ia justru menggunakan pengaruhnya terhadap korban agresi (Ukraina). Menghentikan bantuan militer ke Ukraina saat ini, berarti membantu Rusia membunuh warga Ukraina tanpa hukuman,” tambahnya.
‘Bart,’ seorang penembak jitu Pasukan Operasi Khusus yang bertempur di daerah rawan dekat Pokrovsk, menilai Amerika Serikat dibawah pimpinan Donald Trump sudah masuk dalam kelompok jahat.
“Saya sangat marah. Amerika telah berpihak pada Rusia, Korea Utara, dan Iran, mereka telah memilih sisi kegelapan. Jika AS memilih untuk memainkan peran sebagai polisi dunia, semestinya sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi demokrasi dunia”, tegasnya.
Meskipun ada kemarahan dan masa depan pasokan senjata AS diragukan, para tentara Ukraina tetap yakin dengan kemampuan mereka untuk melawan invasi Rusia. “Tidak ada kepanikan di angkatan bersenjata,” kata “Fuko” yang bertugas di Brigade Pangeran Mstyslav Khorobyi ke-66 Ukraina.
Mereka berharap krisis pasokan senjata di Ukraina dapat dihindari, jika sekutu Eropa merespons dengan cepat dan membantu dalam penyediaan senjata yang paling penting. Bart mengakui pembekuan bantuan memang ada dampaknya, tetapi tidak terlalu serius. “Eropa membantu kita, kita akan berhasil. Rusia kehabisan tenaga, dan kita perlu terus maju,” tambahnya. (P-Jeffry W)