PRIORITAS, 17/11/24 (Lima, Peru): Perang senjata nuklir memang menjadi ancaman dunia saat ini. Yang dikhawatirkan, jika ada negara pemilik senjata nuklir menggunakan kecerdasan buatan alias AI dalam mengoperasikannya.
Karena itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk tidak mengandalkan kecerdasan buatan dalam mengambil keputusan terkait senjata nuklir. Hal ini terungkap dalam pertemuan keduanya saat kunjungan KTT APEC 2024 di Lima, Peru.
Sebagaimana dikutip dari berbagai media, pihak Gedung Putih, pada Sabtu (16/11/24) waktu setempat, atau Minggu (17/11/24), mengatakan, Joe Biden yang bertemu dengan Xi Jinping di sela-sela KTT APEC 2024, di mana keduanya telah sepakat, hak untuk memutuskan menggunakan senjata nuklir harus berada di tangan manusia, bukan AI.
“Kedua pemimpin menekankan perlunya mempertimbangkan potensi risiko secara hati-hati, serta mengembangkan AI di bidang militer secara hati-hati dan bertanggung jawab,” demikian pernyataan Gedung Putih.
Kendati begitu, tidak jelas apakah pernyataan ini akan mengarah pada diskusi atau tindakan lebih lanjut. Namun, hal ini masih menandai langkah pertama antara AS dan Tiongkok dalam dialog mengenai senjata nuklir dan AI, isu-isu yang belum ada kemajuan antara kedua belah pihak.
Perundingan mengenai senjata nuklir
Diketahui, Washington telah mendesak Beijing selama berbulan-bulan untuk meninggalkan sikapnya yang tidak berpartisipasi dalam perundingan mengenai senjata nuklir.
Selanjutnya, kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan resmi bulan ini tetapi menghadapi kebuntuan. Seorang pejabat tinggi AS secara terbuka menyatakan kekecewaannya terhadap respons China.
Dilansir Beritasatu.com, AS dan China pertama kali secara resmi melakukan negosiasi mengenai isu AI pada bulan Mei di Swiss. Namun tampaknya tidak menyebutkan proses pengambilan keputusan mengenai penggunaan senjata nuklir.
Ribuan hulu ledak nuklir
Tahun lalu Pentagon memperkirakan, China memiliki sekitar 500 hulu ledak nuklir dan dapat mengerahkan lebih dari 1.000 hulu ledak sebelum tahun 2030. AS dan Rusia saat ini masing-masing memiliki 1.770 serta 1.710 hulu ledak nuklir, dalam keadaan siap tempur.
Disebutkan, Beijing menerapkan doktrin pencegahan minimum, yang berarti hanya mempertahankan jumlah hulu ledak minimum untuk memastikan kemampuan merespons serangan. China juga merupakan satu-satunya negara nuklir yang menerapkan kebijakan jangan tembak dahulu dengan senjata nuklir.
Sementara itu, tahun ini pemerintahan Biden memperbarui rencana strategis nuklir baru, dengan mengubah orientasi tujuan pencegahan Amerika. Gedung Putih menyatakan pembaruan ini tidak ditujukan pada negara tertentu, atau ancaman tertentu dari Rusia, China, dan Korea Utara. (P-jr)