30.1 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

    Siloam dan Lippo Karawaci alami penguatan di tengah saham konglomerasi cenderung turun karena proyeksi kinerja kuartal II bakal tertekan

    Terkait

    Jakarta, 28/5/20 (SOLUSSInews.com) – Dalam satu bulan terakhir, pergerakan saham-saham konglomerasi cenderung memerah. Misalkan saja di grup Astra, yang berhasil menguat dalam satu bulan terakhir hanya saham PT Astra International Tbk (ASII), naik 6,72 persen ke level Rp3.970 pada penutupan perdagangan Rabu (20/5/20) pekan lalu.

    Selanjutnya, di Lippo Group, saham yang menguat antara lain saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), naik 20,22% ke level Rp440, saham PT Siloam International Tbk (SILO), menguat 10 persen ke level Rp5.500 dan saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), menguat 2,14 persen ke level Rp143.

    Sebagaimana dikemukakan Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, pergerakan harga saham konglomerasi cenderung melemah karena pasar lebih melihat proyeksi kinerja di kuartal II-2020. Hampir semua kinerja emiten bakal tertekan akibat dampak Covid-19 yang berujung pada pelemahan ekonomi di dalam negeri sejak Maret 2020.

    Wawan menjelaskan, dampak ini lebih dirasakan secara sektoral. Sehingga dengan kondisi saat ini justru konglomerasi menjadi lebih rentan mengalami gangguan. “Dengan pandemi seperti ini, justru yang terdiversifikasi secara operasional terganggu, lebih sulit, lebih kompleks untuk efisiensi karena banyaknya bidang usaha menjadi lebih sulit kontrolnya,” kata Wawan seperti dilansir Kontan.co.id, Jumat (22/5/20) lalu.

    Beberapa sektor bisa bertahan

    Meski begitu, beberapa sektor diprediksi tetap bisa bertahan seperti telekomunikasi, rumahsakit dan barang konsumer.

    Karena itu, bila dilihat saat ini, saham SILO mengalami penguatan. Begitu pula dengan saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang menguat 3,37% persen ke level Rp920, dan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), menguat 0,97 persen ke level Rp1.045. Ditambah lagi kinerja TBIG dan TOWR pada kuartal I-2020 cukup solid dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba.

    Pendapatan TOWR tercatat tumbuh 22,81 persen menjadi Rp1,82 triliun dan diikuti kenaikan laba bersih 9,84 persen menjadi Rp518,96 miliar. Pendapatan TBIG juga naik 8,83 persen dari Rp1,13 triliun menjadi Rp1,26 triliun, diikuti kenaikan laba bersih sebesar 2,22 persen dari Rp218,06 miliar menjadi Rp228,54 miliar.

    “Dengan peningkatan kapasitas kebutuhan data, mereka akan diuntungkan jangka pendek, menengah bahkan panjang. Pandemi ini mengubah tatanan cara berkomunikasi,” kata Wawan.

    Proyeksi tekanan di kuartal II-2020 juga menyebabkan saham grup Salim cenderung merah kecuali saham  PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET) yang masing-masing menguat 3,21 persen serta dua persen dalam sebulan. Padahal, grup Salim banyak bergerak di bisnis barang konsumer. Wawan menyebut, kondisi saham grup Salim ini terimbas oleh penutupan ratusan gerai oleh KFC.

    Untuk sektor barang konsumer ini, meski diprediksi bisa bertahan, Wawan mengatakan tetap saja sangat tergantung katalis positif dari penghentian pembatasan sosial. Dus, new normal sebenarnya bisa menjadi katalis positif. Hanya saja Wawan melihat ketidakpastian saat ini masih tinggi karena meski new normal sudah berlaku, kasus penularan Covid-19 belum dapat dipastikan melandai.

    Meski diprediksi kinerja kuartal II-2020 bakal tertekan, Wawan berharap laporan keuangan emiten nantinya tidak lebih buruk dari perkiraan pasar. Sehingga IHSG akan bergerak di level 4.500 -4.700. Dengan begitu, Wawan menyarankan investor jangka panjang dengan waktu investasi lebih dari 10 tahun bisa mulai masuk ke saham. Demikian KONTAN.CO.ID melansir. (S-KD/jr — foto ilustrasi istimewa)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    Terkini