Tonton Youtube BP

Polisi dan tentara Nepal ‘stres’ harus tangkap 13.500 napi yang lari

Jeffry Wuisan
12 Sep 2025 15:56
6 minutes reading

PRIORITAS, 12/9/25 (Kathmandu):  Ribuan tentara dan polisi Nepal diturunkan untuk mengejar dan menangkap kembali sekitar 13.500 ribu narapidana (napi), yang melarikan diri dari 25 penjara akibat pecahnya aksi unjukrasa massal Gen-Z selama tiga hari berturut-turut.

Sejak 8 September 2025 lalu, lebih 15.000 napi Nepal melarikan diri. Sampai Jumat 12 September ini baru 1.500 yang berhasil ditangkap atau menyerahkan diri secara sukarela.

Banyak tentara dan polisi mengaku agak tertekan alias ‘stres’ harus mengejar puluhan ribu narapidana kali ini. Selain jumlahnya yang terbilang sangat banyak, juga karena polisi dan tentara Nepal masih kelelahan dalam menghadapi gelombang unjukrasa selama beberapa hari terakhir.

“Benar-benar membuat kami sangat pusing. Banyak personil kelelahan, bahkan tidak sedikit yang terluka menghadapi aksi unjukrasa. Kini kami ditugaskan untuk mencari dan memburu puluhan ribu narapidana”, kata seorang perwira polisi Nepal, yang meminta identitasnya dirahasiakan,  seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Jumat (12/9/25).

Menurut dia, institusinya sudah mengumumkan agar para narapidana yang melarikan diri untuk segera menyerah atau kembali, sebelum ada tindakan keras dari aparat hukum.

“Bayangkan sulitnya. Ini bukan hanya satu atau sepuluh. Ini puluhan ribu yang harus kami cari”, ujar seorang tentara.

Meski begitu, semua polisi dan tentara tetap mengaku siap dikerahkan untuk mencari puluhan ribu narapidana tersebut.

“Kami memobilisasi semua sumber daya yang tersedia untuk menangkap kembali mereka secepat mungkin”, kata DG Sharma, lapor Kathmandu Post.

Polisi dan tentara berjaga di penjara Dhangadhi, Nepal, setelah 697 tahanan melarikan diri.(ndtv)

Baru 1.500 napi kembali

Sejak aksi unjukrasa massal meletus di Kathmandu, Nepal, lebih dari dua lusin penjara di seluruh negeri terjadi bentrokan dan pelarian massal puluhan ribuan narapidana, di tengah serangan pembakaran dan kerusuhan.

Pelarian dari penjara dimulai saat pengunjuk rasa muda menyerbu sejumlah fasilitas penjara, membakar gedung administrasi, dan memaksa membuka gerbang penjara.

Departemen Manajemen Penjara menyatakan pihaknya masih mengumpulkan angka akhir dari semua provinsi, namun hingga hari Rabu malam laporan awal mengonfirmasi lebih dari 15.000 narapidana telah melarikan diri dari sekitar 25 penjara, tulis surat kabar The Kathmandu Post , mengutip polisi.

Dalam dua hari terakhir, sampai hari Jumat siang, sekitar 1.500 buronan sejauh ini telah ditangkap atau dipaksa kembali, sementara sekitar 13.500 masih buron.

Direktur Jenderal Manajemen Penjara Nepal, Lila Prasad Sharma mengonfirmasi pasukan keamanan, termasuk Angkatan Darat Nepal, Pasukan Polisi Bersenjata, dan Kepolisian Nepal,  telah dikerahkan ke seluruh negeri untuk menangkap kembali para pelarian dan memulihkan ketertiban.

Nepal memiliki 76 penjara. Penjara pertama di Nepal adalah Penjara Sadar, yang  saat ini dikenal sebagai Penjara Pusat dan merupakan penjara terbesar di negara itu. Penjara Nepal sebelum pecah aksi unjukrasa menampung sekitar 27.550 narapidana.

500 tahanan polisi lari

Lebih dari 500 tahanan yang ditahan polisi untuk penyelidikan, juga melarikan diri dari ruang tahanan kantor polisi. Pihak berwenang mengatakan mereka kesulitan melacak keberadaan mereka.

Seorang tentara Nepal mengawal para narapidana yang sempat melarikan diri, untuk kembali ke penjara di Kathmandu, Nepal, 10 September 2025. (pti)

Di Kathmandu saja, di Penjara Pusat Lembah Kathmandu di Sundhara lebih dari 3.300 narapidana, termasuk Ketua Partai Rastriya Swatantra, Ravi Lamichhane, melarikan diri dari Penjara Nakkhu.

Namun, tidak ada narapidana yang berhasil melarikan diri dari Penjara Charkhal, Dillibazar, tempat ratusan orang berdemonstrasi hingga Rabu malam, karena di bawah pengawasan ketat tentara Nepal.

Di Penjara Jhumka di Sunsari 1.575 napi lari, Penjara Nakkhu di Lalitpur 1.400 napi lari dan Penjara Dillibazar sebanyak 1100 napi kabur.

Pelarian massal dari penjara juga dilaporkan terjadi di luar ibu kota.  Hampir 800 narapidana melarikan diri di Kaski, 700 di Chitwan, Penjara Distrik Kapilvastu (459), lebih dari 1.500 di Sunsari, hampir 400 di Saptari, sekitar 100 di Solukhumbu, lebih dari 600 di Kailali, 100 di Dadeldhura, dan 300 penjara di Dang.

Selain itu napi lain juga kabur dari penjara Jaleshwar Mahottari (sebanyak 575 orang), Chitwan (700),  Penjara Kailali (612), Kanchanpur (478) dan Penjara Sindhuli (500).

Laporan juga menyebutkan di Penjara Pusat Reformasi Remaja Banke sebanyak 122 napi lari, dan 436 napi lainnya kabur dari Penjara Distrik Banke.

Lari ke India

Menurut sumber Kepolisian Nepal, diperkirakan banyak narapidana melarikan diri ke negara tetangga, India.

Pasukan paramiliter India, Sashatra Seema Bal (SSB), pada hari Kamis berhasil menangkap 13 tahanan di dekat pos pemeriksaan Bairganiya, saat mereka mencoba menyeberangi perbatasan selatan,

Mereka termasuk di antara puluhan tahanan yang melarikan diri dari penjara Gaur di distrik Rautahat, dekat perbatasan India-Nepal. Mereka akan diserahkan kepada Kepolisian Nepal setelah menjalani proses hukum.

Dari 291 narapidana yang menjalani hukuman di penjara Gaur itu, hampir 260 orang kabur akibat adanya gelombang unjukrasa Gen Z.

Polisi hanya membawa kembali 31 dari mereka, 13 ditangkap oleh pasukan India dan 216 sisanya masih melarikan diri, sumber itu menambahkan.

Di provinsi Gandaki, Penjara Distrik Kaski yang menyaksikan 773 narapidana melarikan diri.

Kepala sipir Rajendra Sharma mengatakan di antara para narapidana yang melarikan diri tersebut, terdapat 13 warga negara India dan empat warga negara asing lainnya.

Minta balik ke penjara

Kepolisian Nepal telah meminta semua narapidana yang melarikan diri selama protes Gen Z untuk segera menyerah.

Polisi juga menyarankan para buronan bisa segera kembali sendiri ke penjara atau melapor ke Kantor Polisi Distrik masing-masing, Departemen Manajemen Penjara, atau badan keamanan lainnya di wilayah mereka.

Polisi pada hari Kamis menangkap Sanjay Shah, yang juga dikenal sebagai Takla. Ia melarikan diri dari Penjara Nakkhu pada hari Rabu. Mantan menteri negara itu menjalani hukuman 12 tahun penjara atas kasus ledakan bom Janakpur.

Hampir seluruh 1.300 narapidana melarikan diri dari Penjara Nakkhu setelah melakukan vandalisme di fasilitas tersebut dan mengalahkan petugas keamanan. lapor media My Republica.

Para terpidana kejahatan keji—termasuk pembunuhan, pemerkosaan, dan perdagangan manusia—termasuk di antara mereka yang melarikan diri, sehingga menimbulkan kekhawatiran keamanan bagi para korban dan masyarakat umum.

Puluhan narapidana antri di luar penjara Nepal untuk melapor masuk kembali setelah mereka sempat melarikan diri ketika terjadi aksi unjukrasa kaum muda Gen-Z. (myrepublica)

Takut kena hukuman lagi

Sebuah kejadian aneh terjadi di Dhangadhi, ibu kota Kailali, Provinsi Nepal paling barat, ketika seorang napi yang enggan menyebut namanya ingin menyerah.

Salahsatu narapidana yang melarikan diri dari penjara kota Dhangadhi itu,  memaksa masuk kembali ke penjara karena takut dihukum dua kali.

Ia kembali ke penjara ketika ia menyadari kesalahannya. Ia ditemani dua anggota keluarganya.

Napi itu mengakui meskipun ia bebas melarikan diri, namun jika polisi menangkapnya lagi, hal itu dapat menyebabkan tuduhan baru berupa pembobolan penjara, dan hukumannya dapat diperpanjang.

Setibanya di penjara, beberapa petugas keamanan sudah ada di dalam, tetapi gerbang luar terkunci.

Napi itu berteriak berkali-kali di depan gerbang untuk menyerah, tetapi para petugas di dalam takut membuka pintu. Mereka malah mengabaikannya.

Setelah cukup lama berteriak dan memukul pintu gerbang, akhirnya ada seorang penjaga lain mendekat dan bertanya ada keperluan apa sehingga ia berteriak-teriak.

Napi itu menjelaskan dirinya ingin kembali masuk penjara. Penjaga itu kemudian menyampaikan situasi tersebut kepada petugas lainnya di dalam penjara. Ia akhirnya diperbolehkan masuk ke ruang tahanannya.

Kerabat napi tersebut mengatakan kepada NDTV, keputusan untuk kembali ke penjara berawal dari kekhawatiran hukumannya akan bertambah, jika ia tertangkap ketika pemerintahan berikutnya berkuasa.

“Pemerintah berikutnya mungkin akan menganggapnya sebagai warga negara yang telah bertobat dan dapat memberikan pengampunan,” jelas seorang anggota keluarga.

Sebelum bentrokan, penjara Dhangadhi terdapat 697 napi, sebanyak 692 kabur, namun tedapat lima napi yang tersisa yang tidak mau melarikan diri.(P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x