PRIORITAS, 5/3/25 (Washington): Pidato Presiden Donald Trump di hadapan Kongres menunjukkan telah terjadi perpecahan sangat tajam di Amerika Serikat (AS). Trump dari Partai Republik berkali-kali membanggakan kebijakan yang dilakukan pemerintahannya belakangan ini. Namun ia mengkritik Partai Demokrat karena gagal mengakui prestasinya.
Dalam pidato di hadapan sidang gabungan Kongres di Capitol di Washington, Selasa 4 Maret 2025 (Rabu waktu Indonesia), Donald Trump justru merefleksikan sikap kerasnya dalam masa jabatan keduanya, menepis oposisi dan menuntut kesetiaan di seluruh pemerintahan federal.
Trump memberikan nada perpecahan sejak awal kalimatnya, menjuluki pendahulunya Joe Biden sebagai presiden terburuk sepanjang sejarah dan menegur Demokrat karena sangat pelit memujinya, sehingga mereka tidak memberinya tepuk tangan.
“Ini adalah pidato kelima saya di Kongres, dan sekali lagi, saya melihat Demokrat di depan saya, dan saya menyadari tidak ada yangbisa saya katakan untuk membuat mereka senang atau membua mereka berdiri atau tersenyum atau bertepuk tangan, tidak ada yang bisa saya lakukan”, kata Trump, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Associated Press, Rabu sore (5/3/25).
Donald Trump menempatkan dirinya di samping presiden pertama negara itu, George Washington, saat membahas apa yang ia katakan sebagai banjir pencapaian awal masa jabatan keduanya.
Ia berbicara di hadapan majelis yang terbagi. Kaum Republik berdiri dan bersorak. Kaum Demokrat, hanya ada keheningan, dengan teriakan protes sesekali, dan satu-satunya tepuk tangan terdengar ketika ia mengumumkan bahwa Ukraina ingin memulai kembali perundingan perdamaian.
Pidato Trump berfokus kuat pada isu budaya, penentangannya terhadap tindakan afirmatif, program keberagaman, dan hak transgender.
Ia membesar-besarkan skala kemenangannya pada bulan November, yang selisihnya sebenarnya termasuk yang terkecil dalam sejarah Amerika. Nada pidatonya lebih seperti pidato kampanye daripada pidato di hadapan Kongres.
Suasana makin tegang ketika seorang Demokrat, Rep. Al Green dari Texas, berdiri dan berteriak kepada Trump, sambil menunjuk ke arah presiden dengan tongkatnya. Green memprotes isi pidato Trump. Ia menolak untuk duduk ketika diminta oleh Ketua DPR Mike Johnson, R-La., yang memerintahkannya untuk disingkirkan.
Pada kesempatan ini, Trump justru bersikap hangat terhadap Presiden Ukraina, Volodymr Zelenskyy, setelah ia berhari-hari mengecamnya.
Menjelang akhir pidatonya, Trump membacakan surat dari Zelenskyy yang diterimanya sebelumnya. “Surat itu menyatakan Ukraina siap untuk datang ke meja perundingan sesegera mungkin untuk membawa perdamaian abadi lebih dekat,” kata Trump. (P-Jeffry W)
No Comments