PRIORITAS, 27/2/25 (Jakarta): Pengamat ekonomi bisnis Universitad Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah, Mohamad Ahlis Djirimu Ph.D, tak percaya PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), perusahaan smelter asal China yang beroperasi di Morowali Utara Sulawesi Tengah, akan jatuh pailit.
“Bila layak dan setara nilainya dengan colateralnya, maka belum tentu menjadi masalah. Saya belum percaya jika hanya sampai pada ‘katanya mau pailit’ tanpa bukti penilaian ekonomi dan keuangan dari auditor independen,” kata Mohamaf Ahlis Djirimu kepada Beritaprioritas.com Jumat (28/2/25) menjawab pertanyaan lewat pesan WhatsApp.
Pernyataan Lektor Kepala Fekon Bisnis Untad Palu ini terkait santernya berita terkait terancam tutupnya aktivitas infustri nikel PT GNI, perusahaan smelter asal China yang beroperasi di Morowali Utara Sulawesi Tengah. Itu karena perusahan tersebut diduga terlibat kredit sindikasi melalui BCA, Bank Mandiri dan BNI46.
Auditor independen
Pengamat ekonomi bisnis itu menyebutkan, pailit korporasi ditentukan Pengadilan Niaga yang biasanya korporasi yang bersangkutan meminta dipailitkan atau pihak ketiga meminta dipailitkan karena kewajibannya pada pihak ketiga tidak dapat terpenuhi.
“Ancaman pailit patut ditunjukkan oleh kriteria dalam hukum niaga dan ada auditor independen yang menyatakan terancam pailit. Selama PT GNI mampu mengembalikan pinjamannya beserta suku bungannya, atau solvable selama itu tidak masalah” kata Mohamad Ahlis Djirimu.
Diketahui, sejumlah bank besar di Indonesia turut memiliki andil dalam penyaluran kredit kepada PT GNI. Pada tahun 2023, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ikut serta dalam skema kredit sindikasi dengan total pinjaman yang cukup besar.
Masing-masing bank disebut menyalurkan dana sebesar 1,30 juta dolar AS dan 1,29 juta dolar AS. Adanya dua transaksi kredit sindikasi pada periode yang sama, masing-masing bernilai 432,33 juta dolar AS dan 429,99 juta dolar AS.
Hingga kini, belum ada kepastian apakah utang tersebut masih menyisakan kredit macet atau telah dilunasi sepenuhnya. Jika PT GNI benar-benar berhenti beroperasi dan masih memiliki utang yang belum terselesaikan, hal ini bisa berdampak buruk terhadap citra perbankan yang menyalurkan kreditnya.
“Bank perlu mengevaluasi kondisi bisnis smelter dan mempertimbangkan langkah mitigasi risiko serupa di masa depan,” ujar salah satu analis industri keuangan.
Diresmikan Presiden Jokowi
Sebagai informasi, PT GNI diresmikan langsung Presiden Joko Widodo pada 27 Desember 2021 dan termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Namun, dengan kondisi yang semakin sulit, masa depan PT GNI kini dipertanyakan, terutama dalam keberlanjutan operasionalnya di industri smelter nikel Indonesia.
Produksi mereka mengalami pemangkasan drastis, bahkan terancam berhenti sepenuhnya setelah perusahaan diketahui menunda pembayaran kepada pemasok energi lokal dan kesulitan memperoleh bijih nikel.
Sejumlah alat berat di lokasi perusahaan kini terparkir tanpa aktivitas. PT GNI, yang berafiliasi dengan raksasa baja tahan karat Jiangsu Delong Nickel Industry Co, juga terimbas persoalan besar yang dihadapi induk perusahaannya.
Para pelaku industri pertambangan menilai bahwa ketatnya persaingan di sektor smelter nikel pirometalurgi di Indonesia menjadi faktor utama yang memicu gangguan produksi PT GNI. Selain itu, penurunan harga nikel global sejak akhir 2022 semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Diketahui bahwa PT GNI adalah salah satu perusahaan industri nikel yang ada di wilayah Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang telah berproduksi selama beberapa tahun ini. Meski begitu, saat ini pihak PT GNI merespon kabar terkait akan tutupnya perusahaan tersebut melalui rilis resminya, Selasa 25 Februari 2025.
Klarifikasi PR GNI
Berikut klarifikasi pihak PT GNI yang diterima awak media. PT GNI menegaskan, operasional perusahaan tetap berjalan seperti biasa dan tetap mengoptimalkan operasional bisnisnya.Selain itu, PT GNI juga mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini sedang dalam proses perubahan manajerial yang bertujuan untuk memperkuat struktur perusahaan dalam tantangan industri ke depan.
PT GNI memastikan, setiap keputusan yang diambil dilakukan dengan pertimbangan matang dan tujuan jangka panjang untuk kepentingan bersama. Perusahaan juga memahami bahwa proses transisi ini mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi beberapa pihak. Oleh karena itu, kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. (P-Elkana L)