London, 4/6/20 (SOLUSSInews.com) – Pandemi Covid-19 merupakan peluang bagi dunia untuk membuat perekonomian lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Demikian dinyatakan Pangeran Charles.
Berbicara di acara “The Great Reset” yang diadakan World Economic Forum (WEF) pada Rabu (3/6/20) waktu setempat, putra mahkota Inggris itu memperingatkan, perubahan iklim berpotensi memiliki dampak yang lebih buruk dibanding pandemi Covid-19.
“Ancaman perubahan iklim terjadi secara bertahap – tetapi sangat menghancurkan bagi kesejahteraan banyak orang di seluruh dunia, dan potensi dampak negatifnya melebihi Covid-19,” katanya.
Pangeran dari Wales ini mendesak tindakan nyata untuk mendorong bioekonomi yang seimbang dengan alam.
“Ini adalah kesempatan emas untuk menangkap hal yang positif dari krisis Covid-19 ini. Dampaknya yang tidak terduga akan membuat orang lebih menerima visi perubahan,” ujarnya.
Lima cara memulihkan ekonomi
Ada lima cara memulihakan ekonomi dari dampak Covid-19 sambil menghadapi pemansan global, menurut Pangeran Charles.
Pertama, perusahaan dan pembuat kebijakan harus mengerti imajinasi dan hasrat umat manusia.
Kedua, pereonomian global harus mempunyai arah baru terkait ketenagakerjaan yang berkelanjutan.
Ketiga, mengubah sistem ekonomi yang ada menuju transisi ke emisi karbon nol.
Keempat, membangkitkan kembali sains, teknologi dan inovasi.
Kelima, mendorong investasi berkelanjutan. Demikian CNBC.com seperti dilansir BeritaSatu.com.
Italia mulai ‘lockdown’
Sementara itu, dari Roma diberitakan, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte memberi pesan penuh harapan kepada warganya, Rabu (3/6/20) waktu setempat, ketika Italia mulai masuk tahap akhir untuk mencabut lockdown atau karantina wilayah yang dulu ditetapkan akibat wabah Covid-19.
“Kita berhak untuk tersenyum dan bersuka cita, setelah pekan-pekan yang penuh pengorbanan,” kata Conte.
Dia menambahkan, sekarang waktunya bagi Italia untuk bangkit dan mereformasi ekonomi.
Dengan lebih dari 33.600 korban jiwa dan hampir 234.000 kasus infeksi, Italia a merupakan salah satu negara yang paling parah terdampak wabah virus corona di dunia.
Hanya Amerika Serikat dan Inggris yang memiliki korban jiwa lebih besar dari Italia.
Mulai Rabu, Italia kembali mengizinkan perjalanan antar wilayah di negara tersebut, dan membuka kembali pintu perbatasan internasionalnya.
Dua perempuan berbincang dan berbagi bunga, dipisahkan pagar perbatasan Slovenia dan Italia, 3 Juni 2020. (AFP)
“Krisis ini harus menjadi peluang bagi kita untuk mengatasi problem struktural dan merancang ulang negara ini,” kata Conte.
“Kita harus mengatasi masalah darurat ekonomi dan sosial.”
Namun, dia juga mengingatkan warga Italia untuk tetap waspada terhadap pandemik dan “cara paling efektif adalah physical distancing dan pemakaian masker”.
Sementara itu, Presiden Italia, Sergio Mattarella juga mengingatkan ancaman virus corona belum sepenuhnya lenyap.
“Krisis ini belum selesai, semua lembaga dan rakyat masih harus menghadapi konsekuensi dan trauma yang mengikutinya,” kata presiden.
Pencabutan ‘lockdown’
Ketika lockdown mulai diterapkan awal Maret, perjalanan domestik dilarang keras dengan hanya sedikit pengecualian. Pariwisata juga sepenuhnya ditutup dan orang yang masuk Italia wajib dikarantina dua pekan.
Mulai Rabu, warga Italia boleh bepergian antar kota.
Perjalanan dari dan ke negara-negara Eropa lainnya sudah diizinkan, tergantung pada aturan di negara tujuan. Namun, perjalanan keluar dari benua Eropa masih dilarang.
Toko, café, dan restoran mulai dibuka lagi, dan sejumlah lokasi wisata seperti Menara Miring Pisa dan Koloseum sudah menerima kunjungan. Demikian BBC, seperti dilansir BeritaSatu.com. (S-BS/jr)