“Me Time” bagi ibu baru melahirkan tetap diperlukan

PRIORITAS, 25/9/25 (Jakarta): Seorang ibu yang baru melahirkan dapat berkolaborasi dengan suami untuk membantu mengasuh anak, sehingga dapat sejenak istirahat dan memiliki waktu untuk diri sendiri atau yang dikenal dengan istilah “me time”.

“Dan setelah itu, kayak udah fresh… setelah kita mandi sebentar itu jadi tiba-tiba masalahnya jadi hilang,” kata dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia dr. Dimple Nagrani, Sp.A, dalam sebuah sesi diskusi di Jakarta, Kamis (25/9/25).

Read Also

Hari Kartini: Perjalanan panjang Indonesia tak lepas dari peran para wanita tangguh

21 Apr 2025

Menurut dia, “me time” tetap diperlukan oleh seorang ibu yang baru melahirkan karena seorang “ibu baru” pasti akan mengalami fase lelah dan stres.

Terkait hal itu, dr. Dimple mengatakan, seorang ibu yang baru memiliki bayi bila merasa lelah hingga stres bisa meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami hingga orang tua atau mertua.

“Jadi saat merasa stres, jangan merasa kita lemas. Kita boleh banget minta bantuan dan bukan berarti jadi ibu yang tidak mampu atau kita jadi ibu yang kurang,” katanya lagi.

Read Also

Shitsui Hakoishi tukang cukur wanita tertua di dunia. Sudah berusia 108 tahun

08 Mar 2025

Dengan meminta bantuan pada orang terdekat, kata dia, berarti ibu menyadari bahwa ia memiliki batas dan membutuhkan istirahat.

Pada saat itulah seorang ibu membutuhkan istirahat sejenak. Setelah ibu tenang usai istirahat sejenak, maka ibu mampu menangani bayi yang menangis misalnya, atau mengalami ketidaknyamanan.

Menurutnya, ibu yang tengah dilanda panik, stres level tinggi maka akan berpengaruh pada bayi, terutama saat menggendong bayi yang bisa saja terlalu mengguncang dengan kuat.

Menggendong bayi dengan alunan yang terlalu mengguncang menurutnya justru akan membahayakan bayi, contohnya kasus shaken baby syndrome.

“Jadi shaken baby syndrome itu saat kita gendong, kitanya bukan benar menggendong naik ke atas dan bawah namun seperti mengguncang dan sebetulnya sangat tidak sehat untuk bayi,” katanya.

Kondisi ibu yang stres menyebabkan ibu tidak dapat berpikir dengan jernih, kesulitan mengambil langkah untuk selanjutnya dilakukan saat menangani bayi yang menangis atau rewel. (P-rwt)