PRIORITAS, 26/12/24 (Jakarta): Kepuasan kinerja menjelang 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto dinilai sangat mengesankan publik.
Demikian hasil survei kepuasan kinerja pemerintahan Prabowo Subianto dari Lingkaran Survei Indonesia Denny JA (LSI) Denny JA).
Pengukuran survei tersebut dinilai dari performa pemerintahan Prabowo di forum internasional, pidato publik atas berbagai isu khususnya mengenai retorika yang keras terhadap koruptor.
Penelitian yang dilakukan selama satu bulan sejak 20 November hingga 20 Desember 2024.
Pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali mengatakan bahwa para simpatisan yakin bahwa Prabowo memiliki potensi untuk menjadi strong leader yang memajukan ekonomi.
Denny menilai, pada tahun pertama kepemimpinan Prabowo, telah banyak program utama yang diluncurkan untuk menyasar sektor strategis.
“Kami menganalisis opini publik dengan menggunakan pendekatan berbasis teknologi. Riset ini membatasi delapan isu di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, tenaga kerja, sosial, dan politik,” kata pendiri LSI Denny JA, Denny Januar Ali dalam paparan riset catatan akhir tahun 2024, Kamis (26/12).
Melalui hasil riset tersebut, LSI Denny JA menemukan tujuh program yang didukung sebagai sentimen positif. Sementara satu program mendapat tantangan signifikan yang mengarah pada sentimen negatif dari publik.
Pertama kata Denny, adalah program perbaikan kesehatan ibu hamil dan menyusui melalui bantuan gizi, dengan frekuensi percakapan 2.505 meraih sentimen positif sebesar 53,7% dan negatif 46,3% .
“Program ini diapresiasi karena menyasar kelompok rentan, yaitu ibu hamil dan anak. Namun, kritik muncul terkait realisasi di lapangan, terutama di daerah terpencil,” tuturnya.
Selain itu, program kedua yang menjadi fokus Prabowo ialah mengenai target swasembada pangan dengan mencetak sawah 4 juta hektare dalam 3-4 tahun. Dikatakan bahwa dengan frekuensi percakapan 7.922, program itu meraih sentimen positif 70,0% dan negatif 30,0%.
“Masih ada publik yang optimistis dengan potensi program ini untuk meningkatkan ketahanan pangan meskipun skeptisisme tetap muncul khususnya terkait efisiensi anggaran dan target yang ambisius,” ujar Denny.
Selain itu, Denny menjelaskan program alokasi anggaran besar untuk kesejahteraan guru dan rehabilitasi sekolah yang dijalankan Prabowo mendapat frekuensi percakapan sebesar 17.925. Dari data tersebut, sebanyak 71,6% merespon sentimen positif dan 28,4% negatif.
“Dukungan kuat muncul dari masyarakat, khususnya terkait kesejahteraan guru. Tantangan utamanya adalah memastikan keadilan distribusi anggaran,” imbuhnya.
Lebih lanjut, program target pertumbuhan ekonomi 8% melalui tujuh sektor utama, termasuk transisi energi hijau telah menyita frekuensi percakapan sebanyak 8.002. Isu ini meraih sentimen positif 58,0% dan negatif 42,0%.
“Transisi energi hijau menjadi sorotan positif. Namun, sebagian masyarakat skeptis terhadap realisasi target pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” ungkap Denny.
Program kelima yang juga mendapat perhatian adalah penurunan prevalensi stunting dan program makan bergizi gratis berbasis pangan lokal yang menyita frekuensi percakapan hingga 2.264 dengan sentimen positif 52,7% dan negatif 47,3%.
“Publik menyambut baik fokus Pemerintah pada masalah stunting. Tantangan utamanya distribusi program yang merata hingga daerah terpencil,” jelas Denny.
Masih pada bidang ekonomi, isu terkait penyediaan 3 juta rumah, termasuk 2 juta rumah di desa melalui UMKM lokal telah mendapat frekuensi percakapan 4.190 dengan sentimen positif 53,7% dan negatif 46,3%.
Seperti dilansir dari Mediaindonesia.com, program ini kata Denny, dianggap sebagai langkah maju untuk mengatasi perumahan bagi masyarakat miskin, namun kritikan publik masih menyertai khususnya terkait pendanaan dan waktu realisasi.
Pemerintahan Prabowo juga akan mencanangkan kenaikan upah minimum nasional (UMN) sebesar 6,5% pada 2025. Denny menyebut bahwa isu ini telah mendapatkan frekuensi percakapan sebesar 5.248, dengan 52,6% sentimen positif dan 47,4% sentimen negatif.
Pada isu kenaikan UMM, dikatakan bahwa pekerja menyambut baik kenaikan tersebut. Sedangkan para pengusaha khawatir terhadap dampaknya pada daya saing. (P-wr)